burung murai batu

Semua Fakta Menarik yang Wajib Kamu Tahu Seputar Burung Murai Batu

Burung murai batu (Copsychus malabaricus), atau yang dalam bahasa Inggris disebut dengan The white-rumped shama, merupakan salah satu jenis burung kicau berukuran kecil yang termasuk ke dalam famili Muscicapidae. Sebelumnya, burung ini diklasifikasikan ke dalam anggota famili turdidae.

Burung ini biasa ditemukan di daerah vegetasi, seperti di sub-kontinen India dan Asia Tenggara. Namun karena ia semakin sering dipelihara oleh manusia, murai batu kini telah diperkenalkan ke wilayah-wilayah lainnya. Di Indonesia sendiri, burung ini terdapat di seluruh pulau Sumatera, sebagian pulau Jawa dan Kalimantan.

Karena letak penyebarannya yang semakin luas, ia tidak memenuhi kriteria untuk dimasukan dalam kategori hewan terancam (Vulnerable). Namun begitu, tidak dapat dipungkiri bahwa keberadaannya di berbagai wilayah menjadi kian berkurang karena perburuan besar-besaran dan kerusakan lingkungan hutan sebagai habitatnya.

Untuk itu, lembaga Konservasi Internasional (IUCN) yang mengatakan bahwa burung murai batu di Indonesia perlu mendapatkan perhatian khusus karena jumlahnya sudah semakin berkurang. Sehingga oleh pemerintah Indonesia burung ini masuk dalam salah satu satwa yang dilindungi.

Murai batu merupakan kelompok burung yang dikenal sangat teritorial dan kuat dalam mempertahankan wilayahnya. Khususnya pada saat musim kawin, pejantan akan mempertahankan sekitar 0.09 ha dari teritorinya. Namun hal ini mungkin akan berbeda pada saat bukan musim kawin.

Sedikit mirip dengan burung kacer, warna tubuhnya hampir seluruhnya hitam, kecuali bagian bawah badannya yang berwarna merah cerah hingga jingga kusam, juga sedikit biru di bagian kepala. Ekor burung murai batu bila ditegakkan dalam keadaan terkejut atau berkicau bisa mencapai 30 cm.

Untuk perbedaan jenis kelamin pada burung jantan dan betina, burung ini memiliki perbedaan yang sangat signifikan dan jelas. Dari tampilan fisik, untuk jantan memiliki bentuk tubuh yang lebih besar dibandingkan dengan betina. Dan untuk suara kicauan yang dihasilkan, burung jantan memiliki suara yang jauh lebih keras dan bervariasi dibandingkan dengan betina.

Di daerah Asia Tenggara, periode musim kawin burung murai batu dimulai dari bulan Januari hingga September. Namun utamanya mereka akan bertelur dari bulan April hingga Juni dan menelurkan 4 hingga 5 telur.

Masa inkubasi telur akan berlangsung selama 12 hingga 15 hari hingga kemudian menetas. Mereka lantas akan meletakkannya di sarangnya yang terdapat di lubang pohon. Sarang dibangun oleh betina, lalu pejantan bertugas untuk menjaga teritori sarang tersebut.

Untuk menarik perhatian betina, murai batu jantan akan mengeluarkan kicauan nyaring yang akan diikuti oleh goyangan ekor mereka. Jika si betina menolak ajakan kawin tersebut, ia akan memberikan gestur mengancam dengan membuka paruh mereka.

Burung murai batu biasa memakan serangga jika di alam liar, sedangkan di penangkaran mereka biasa diberi makan legume kering dengan telur atau daging mentah.

Kicauan burung murai batu dikenal melengking dan menyerupai melodi, yang mana membuat mereka populer di daerah Asia Tenggara & Asia Selatan untuk dijadikan burung peliharaan yang dilombakan dalam kejuaraan burung kicau.

Ia mampu mengeluarkan suara yang lantang namun jelas, kadang juga dapat menyerupai suara burung lain. Mereka juga biasa mengeluarkan suara ‘Tck’ saat mencari makan atau sebagai sinyal bahaya.

Berikut merupakan salah satu cuplikan indahnya kicauan murai batu:

Jenis-Jenis Murai Batu Yang Terdapat di Indonesia

burung murai batu
Murai batu memiliki banyak jenis yang dikelompokan berdasarkan daerah penyebarannya

1. Murai Batu Aceh

Murai Batu Aceh, termasuk salah satu burung yang mengagumkan juga dengan badan yang lebih kecil dari jenis lainnya, namun mempunyai ekor yang dapat mencapai 30 cm. Burung yang banyak ditemukan di daerah Aceh dan Sumatera Utara ini mempunyai mental petarung yang baik, juga suara yang nyaring sehingga menjadi incaran para penggemar burung kicau.

2. Murai Batu Medan

Murai Batu Medan mempunyai ciri dimana ekornya melengkung panjang dan agak tipis. Ukurannya bisa mencapai 30 cm. Ia memiliki kicauan yang keras dan melengking juga mempunyai mental petarung yang baik dan berani sehingga populer sebagai burung lomba. Di alam bebas, burung ini akan berkicau dengan mengembangkan dada dan perutnya sehingga kelihatan begitu elok dan begitu menantang.

3. Murai Batu Nias

Burung asal Nias ini terkenal dengan kecerdasan dalam menirukan suara kicau burung lainnya bahkan juga suara manusia sekalipun. Karena inilah ia menjadi salah satu burung favorit penggemar burung. Burung jenis ini memiliki panjang ekor sekitar 15 cm sampai 20 cm yang hitam pekat yang menjadikan ciri khas burung asal Nias ini.

4. Murai Batu Lampung

Murai asal Lampung mempunyai ekor yang lebih pendek dan kaku dari pada jenis lainnya dengan panjang hanya sekitar 10 sampai 18 centimeter, dikenal mempunyai stamina yang cukup baik sehingga dapat berkicau dengan keras dalam waktu yang cukup lama, mempunyai suara kicauan yang cukup baik dan mampu meniru suara kicau burung lain namun jenis kicauan kurang bervariasi atau cenderung mengulang.

5. Murai Batu Borneo

Salah satu burung murai asal Kalimantan yang mulai mendapat tempat di hati para penghobi burung berkicau tanah air, burung ini juga mempunyai penampilan dan kemampuan kicauan karakter suara gacor dan mental baja yang mengagumkan dan sering mengembangkan bulunya saat berkicau tidak seperti murai asal Sumatera yang suka ngeplay saat berkicau. 

Burung ini dikenal sebagai burung agresif yang selalu menentang jika mendengar kicauan burung lain terutama di habitat aslinya, mempunyai ciri panjang ekor antara 8 hingga 13 centi meter termasuk ukuran ekor yang relatif lebih.

Apakah informasi di atas memberikan pengetahuan baru bagimu? Tinggalkan pertanyaan dan pesan di kolom komentar serta jangan lupa untuk membagikan tulisan ini jika kamu menyukainya.

burung

Semua Fakta Menarik yang Wajib Kamu Tahu Seputar Burung

Apa yang terlintas di pikiranmu saat mendengar kata “burung”? Seekor makhluk bersayap yang dikenal mampu terbang dan berkicau? Memiliki paruh? Tinggal di pepohonan?

Burung, secara ilmiah, merupakan seekor hewan vertebrata berdarah panas yang berada dalam kategori kelas Aves. Hewan arboreal ini dikarakteristikan sebagai hewan berbulu, berparuh namun tidak memiliki gigi, bertelur dan memiliki sistem metabolisme yang tinggi. Ukurannya masing-masing jenis burung beragam. Ada yang sangat kecil dari 5 cm, ada pula yang besar hingga mencapai 2.75 m. Terdapat ribuan spesies burung yang berbeda dan tersebar di berbagai belahan dunia

Terdapat sekitar 10.000 spesies burung yang hingga kini masih hidup, dan lebih dari setengahnya merupakan jenis burung kicau. Mereka memiliki sayap yang perkembangannya berbeda-beda tergantung dari jenis spesiesnya. Dahulu kala, terdapat jenis burung yang tidak memiliki sayap bernama moa dan burung gajah.

Namun kini keduanya telah punah. Sayap dikenal sebagai alat bagi burung untuk dapat terbang. Namun, akibat dari evolusi menyebabkan beberapa jenis burung kehilangan kemampuan terbangnya meskipun memiliki sayap, seperti jenis burung ratita, penguin, dan beberapa burung endemik kepulauan.

Burung juga ternyata termasuk ke dalam jenis dinosaurus berbulu yang hingga kini masih hidup. Hal ini karena di dalam terminologi kladistik modern, burung termasuk ke dalam kelompok reptil dan masih satu kerabat dengan buaya. Seperti kita ketahui, buaya juga merupakan salah satu makhluk yang sudah ada dari zaman dinosaurus.

Burung merupakan keturunan dari avialan primitif, yang juga termasuk Archaeopteryx, dan hidup pada 160 juta tahun yang lalu di China. Menurut bukti DNA, burung di zaman modern (Neornithes), berevolusi semenjak pertengahan hingga akhir zaman cretaceous.

Burung sebagai makhluk sosial telah menurunkan kebiasaan serta ciri uniknya dari generasi ke generasi. Seperti misalnya cara berkomunikasi dengan sinyal visual, kicauan dan perilaku pada saat-saat tertentu seperti musim kawin, berburu dan berlindung dari predator.

Mayoritas dari spesies burung berada dalam hubungan monogami dengan pasangannya dan dapat berlangsung selama musim kawin, beberapa tahun atau seumur hidupnya. Beberapa spesies lainnya menggunakan sistem hubungan polygynous, di mana seekor burung jantan berhubungan dengan beberapa ekor betina.

Di beberapa kasus yang jarang terjadi juga terdapat sistem polyandrous, di mana satu betina berhubungan dengan beberapa ekor pejantan. Mereka bereproduksi dengan cara menelurkan telur yang dikandungnya untuk lantas dierami hingga menetas.

Kini keberadaan beberapa spesies burung semakin terancam akibat dari aktivitas manusia. Sekitar 120 hingga 130 spesies burung diperkirakan telah punah semenjak abad ke-17 akibat dari aktivitas manusia. Perusakan ekosistem burung telah membuat burung kehilangan habitat serta sumber makanannya. Perburuan berlebihan juga membantu mengurangi jumlah burung di alam liar.

Klasifikasi Jenis Burung

burung
Burung memiliki ribuan spesies yang terbagi ke dalam beberapa kelompok ordo dan famili yang beragam berdasarkan karakteristiknya

Dalam pengklasifikasian burung, sistem yang digunakan banyak bergantung dari karakteristik struktural untuk menyimpulkan hubungan evolusioner.

Klasifikasi berikut ini merupakan sintesis dari informasi terkini yang dikumpulkan oleh ahli burung (ornithologist) asal Amerika Serikat, Frank Gill (2002)

Kelas Aves (Burung)

Terdapat 5.700 spesies burung pengicau di dalam 74 famili burung yang tersebar di seluruh dunia.

Terdapat 425 spesies di dalam 3 famili berbeda.

Terdapat 400 spesies dalam 6 famili berbeda, termasuk jacamar, puffbirds, barbets, honey guides, dan tukan. Burung jenis ini terkenal karena bentuk paruhnya yang khas dan biasa digunakan untuk mematuk pohon.

  • Ordo Charadriiformes (Burung camar dan sejenisnya)

Terdapat 370 spesies dalam 17 famili berbeda.

  • Ordo Pteroclidiformes (sandgrouse)

Terdapat 16 spesies yang berasal dari 1 famili. Jenis burung ini menyerupai burung merpati dan memakan biji-bijian serta serangga. Berasal dari gurun di daerah benua Afrika dan Asia.

  • Ordo Psittaciformes (Beo, Kakatua dan sejenisnya)

Terdapat 368 spesies di dalam 2 famili berbeda. 10 spesies telah punah semenjak tahun 1600an. Burung jenis ini biasa memakan biji-bijian, buah atau nektar. Berukuran 8-100 cm

Terdapat 300 lebih spesies di dalam 1 famili. Tersebar di seluruh dunia kecuali di kutub utara. Berukuran 15-20 cm

Terdapat 309 spesies di dalam 5 famili berbeda, termasuk elang, burung bangkai, burung kondor dan sejenisnya. Berukuran 14-150 cm.

  • Ordo Galliformes (Burung yang menyerupai ayam)

Terdapat 290 spesies di 5 famili berbeda, termasuk burung pegar, megapoda, burung mutiara dan sejenisnya. Berukuran dari 15 hingga 200 cm

  • Ordo Gruiformes (Burung bangau dan sejenisnya)

Terdapat sekitar 210 spesies di 11 famili dan berukuran 12-176 cm.

  • Ordo Procellariiformes (Burung laut hidung botol)

Terdapat 117 spesies di dalam 4 famili berbeda, termasuk albatros, petrel dan sejenisnya. Biasa hidup di daerah pinggiran pantai dan berukuran 13-200 cm

  • Ordo Coraciiformes (Burung pekakak dan sejenisnya)

Terdapat 211 spesies di dalam 10 famili. Tersebar di berbagai daerah di dunia kecuali kutub utara.

  • Ordo Strigiformes (Burung hantu)

180 spesie di dalam 2 famili berbeda. Hewan nokturnal yang memiliki paruh melengkung dan berukuran 12-69 cm

  • Ordo Musophagiformes (Burung turako)

18 spesies di dalam 1 famili. Memiliki bulu berwarna-warni dan biasa mengkonsumsi buah-buahan. Berukuran 35-70 cm.

141 spesies dalam 2 famili berbeda, namun 1 spesies telah punah dari tahun 1600. Mayoritas burung jenis ini adalah hewan arboreal, dan beberapa terrestrial. Biasa memakan buah-buahan dan berukuran 16-76 cm.

  • Ordo Anseriformes

150 spesies dalam 2 famili berbeda, termasuk bebek, angsa dan entok. Memiliki kaki yang terhubung dengan selaput di sela-selanya. Berukuran 34-180 cm

  • Ordo Ciconiiformes

120 spesies di 6 famili berbeda, termasuk shoebills, New World vultures, ibises, bitterns. Terdapat di seluruh dunia kecuali kutub utara. Berukuran 25-152 cm.

  • Ordo Caprimulgiformes (Burung cabak kota)

121 spesies di dalam 5 famili berbeda. Tersebar di berbagai dunia kecuali kutub utara. Berukuran 15-6- cm

Terdapat 66 spesies di 6 famili berbeda, termasuk burung tropis dan sejenisnya. Merupakan jenis burung air dan berukuran 48-188cm

  • Ordo Tinamiformes (Burung tinamus)

Terdapat 47 spesies dalam 1 famili. Tersebar di wilayah Amerika Tengah dan Selatan. Berukuran 20-53 cm

  • Ordo Trogoniformes (Burung trogon)

Terdapat 37 spesies dalam 1 famili. Tersebar di negara-negara tropis kecuali Australia.

  • Ordo Podicipediformes (Burung grebe)

Terdapat 22 spesies dalam 1 famili yang tersebar di seluruh dunia, namun 2 di antaranya telah punah. Burung ini berukuran 20-78 cm

Terdapat 17 spesies yang berasal dari 1 famili. Salah satu jenis burung yang tidak dapat terbang meskipun memiliki sayap

  • Ordo Gaviiformes (Burung Loon)

Terdapat 5 spesies di dalam 1 famili. Berukuran 53-91 cm

  • Ordo Coliiformes (Mousebird)

6 spesies di dalam 1 famili. Berasal dari daerah Sahara, Afrika. Mayoritas merupakan herbivora, beberapa ada juga yang insektivora. Berukuran 29-36 cm

Terdapat 10 spesies yang termasuk dalam 6 famili berbeda. Dapat ditemukan di benua Afrika, Amerika, Australia dan Oceania. Jenis kelompok burung besar yang tidak mampu terbang.

Saat burung berevolusi dan kehilangan kemampuannya untuk terbang, ukuran badannya pun akan bertambah. Seperti yang terjadi pada burung unta dan jenis burung ratita lainnya. Burung unta juga merupakan jenis burung terbesar yang masih hidup dengan tinggi sekitar 3 meter dan berbobot 150 kg. Beberapa burung terdahulu yang telah punah berukuran lebih besar dari burung unta.

Indonesia sendiri merupakan rumah bagi sekitar 1.600 jenis spesies burung. Namun, populasi beberapa spesies burung kini terancam punah akibat rusaknya alam dan lingkungan habitat mereka yang menjadi tempat berkembang biak dan mencari makanan. Kini, lima puluh persen jenis burung di dunia terancam punah karena habitatnya terusik kegiatan manusia. Terutama jenis burung yang memiliki ketergantungan sangat tinggi dengan habitat hutan.

Habitat Burung

Burung terdapat di semua benua di dunia, beberapa bahkan sampai ke kutub utara sekalipun. kebanyakan jenis burung hidup di darat dan mayoritas berada di daerah tropis. Banyak spesies burung yang telah membangun populasi perkembangbiakan di wilayah lain karena hasil dari penangkaran yang diinisiasi oleh manusia.

Beberapa pengenalan wilayah baru memang disengaja, misalnya Burung Puyuh yang dikenalkan ke seluruh dunia sebagai burung buruan. Namun beberapa ada yang  karena tidak kesengajaan, disebabkan pelarian dari penangkaran yang akhirnya membentuk populasi.

Apakah informasi di atas memberikan pengetahuan yang berguna untuk kamu? Tinggalkan pertanyaan dan pesanmu di kolom komentar, serta jangan lupa untuk membagikan tulisan ini kepada teman-temanmu, ya!

candi

Kumpulan Candi-Candi Di Jawa Timur

Apa yang terlintas dalam pikiranmu saat mendengar kata candi? Apakah kamu memikirkan sebuah bangunan bersejarah tempat tujuan para turis yang menyimpan banyak cerita tentang kerajaan kuno?

Menurut KBBI sendiri, candi merupakan sebuah bangunan kuno yang menjadi tempat pemujaan atau penyimpanan abu para raja atau pendeta pada zaman kerajaan Hindu dan Budha, sekitar abad ke-4 dan 15. Arkeolog Indonesia mendeskripsikan candi sebagai sebuah bangunan suci peninggalan kerajaan Hindu dan Budha yang digunakan untuk upacara dan ritual keagamaan.

Namun, bangunan lain seperti reruntuhan kuno, pemandian hingga gerbang kuno yang tidak ada hubungannya dengan keagamaan juga sering disebut sebagai candi. Sementara tempat pemujaan yang secara khusus difungsikan sebagai tempat peristirahatan terakhir para raja kuno disebut dengan cungkup.

Pada arsitektur Hindu Bali, istilah candi merujuk kepada bangunan berbahan batu tempat pemujaan yang memiliki tangga, atap berbentuk piramida dan berlokasi di dalam pura. Bangunan tersebut banyak mendapatkan inspirasi dari candi yang terletak di Jawa Timur.

Pada perspektif kelompok Budha kontemporer di Indonesia, candi juga mengacu kepada sebuah kuil, baik yang kuno maupun yang baru. Terkadang ia memegang posisi yang serupa dengan Stupa, sebuah struktur kuno yang digunakan untuk abu pendeta Budha atau bangsawan yang dikremasi.

Candi di daerah Jawa, menurut peneliti, juga digunakan untuk menyimpan abu para raja atau bangsawan yang telah dikremasi. Patung para dewa yang disimpan di dalam garbhagriha (ruang utama) dibuat menyerupai raja yang telah meninggal dan dianggap sebagai perwujudan dewa Wisnu atau Siwa menurut konsep devaraja. Salah satu contohnya adalah patung Raja Airlangga di Candi Belahan yang digambarkan sebagai Dewa Wisnu yang sedang menunggangi Garuda.

Candi-candi yang banyak tersebar di daerah Indonesia adalah peninggalan kerajaan di masa lampau. Daerah yang paling terkenal dengan candinya adalah Jawa Tengah. Daerah ini memiliki Candi Borobudur dan Candi Prambanan yang terkenal ramai dikunjungi oleh wisatawan lokal maupun mancanegara. Namun begitu, Jawa Timur memiliki candi peninggalan dari kerajaan yang terkenal, yaitu Kerajaan Majapahit.

Sejarah Persebaran Candi di Jawa Timur

Pada awal abad ke-10, Jawa Timur merupakan pusat kedaulatan di daerah Jawa. Mpu Sendok, yang merupakan keturunan raja Hindu Mataram, membangun kerajaan di Jawa Tengah. Pusat kerajaan tersebut terletak di Watugaluh, sebuah area yang kini dikenal sebagai Jombang.

Setelah itu, ia menurunkan kekuasaan kepada putrinya, Sri Isyana Tunggawijaya. Lalu cucunya, Mahendratta, menikahi seorang raja Bali, Udayana. Lalu mereka berdua memiliki anak yang bernama Airlangga. Keturunan dari Airlangga ini lah yang menginisiasi pembangunan mayoritas candi yang berada di Jawa Timur.

Seperti diceritakan di dalam prasasti Dinoyo (760SM), lokasi Kerajaan Kanjuruhan diperkirakan terletak di Dinoyo, Malang. Para ahli percaya bahwa kerajaan ini memegang peranan penting dalam pembangunan candi kerajaan Hindu, candi Badhut. Candi ini dan candi Songgoriti yang terletak di Batu, Malang, tidak begitu diketahui sejarahnya sampai era Dinasti Airlangga. 

Candi di daerah Jawa Timur memiliki karakteristik yang berbeda dibandingkan dengan candi lain yang terletak di Jawa Tengah, Bali, Yogyakarta dan lainnya. Bangunan besar seperti candi-candi di Jawa Tengah tidak banyak ditemui di Jawa Timur.

Candi yang berlokasi di Jawa Timur berukuran relatif lebih kecil dan juga lebih mengedepankan keseniannya. Atapnya berbentuk lapisan-lapisan horizontal yang ditambahkan dengan batu. Biasanya pada bagian sisi gerbang candi terdapat patung atau ukiran naga dan bukan Makara.

Objek yang ditampilkan pada ukiran relik biasanya hanya setengah wajah dan karakter yang digambarkan berasal dari ajaran Hindu dan merepresentasikan Trimurti. Candi di Jawa Timur memakan waktu pembangunan yang lebih lama dibandingkan dengan pembangunan candi di daerah Jawa Tengah yang memakan waktu 200-300 tahun. Pembangunan candi di Jawa Timur terus berlangsung hingga abad ke-15.

Di era Majapahit, kebanyakan dari candi yang dibangung menggunakan bahan batu dan ornamen sederhana. Pada saat itu banyak dari candi Hindu dan Budha yang terbengkalai dan tidak dilanjutkan karena banyak masyarakat yang menjadi mualaf. Area di sekitar candi tersebut lalu dijadikan tempat tinggal oleh warga, dan banyak warga yang mempreteli bagian-bagian candi tersebut.

Daftar Candi Yang Terletak di Jawa Timur

  1. Candi Bacem, terletak di Dusun Cungkup, Desa Bacem, Kecamatan Sutojayan, Kabupaten Blitar.
  2. Candi Badut, terletak di kawasan Tidar, di bagian barat kota Malang.
  3. Candi Bangkal, terletak di Desa Bangkal, kecamatan Ngoro, Mojokerto.
  4. Candi Boyolangu, terletak di Desa Boyolangu, Kecamatan Boyolangu, Kabupaten Tulungagung.
  5. Candi Brahu, terletak di Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto.
  6. Candi Belahan, terletak di Wonosunyo, Kecamatan Gempol.
  7. Candi Deres, terletak di Desa Purwoasri, Kecamatan Gumukmas di Kabupaten Jember.
  8. Candi Dermo, terletak di Kabupaten Sidoarjo.
  9. Candi Medalem, terletak di Kecamatan Tulangan, dan Kabupaten Sidoarjo.
  10. Candi Pamotan, terletak di Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo.
  11. Candi Penampihan, terletak di kecamatan Sendang Kabupaten Tulungagung.
  12. Candi Sumur, terletak di Kabupaten Sidoarjo.
  13. Candi Tawangalun, terletak di Kabupaten Sidoarjo.
  14. Candi Wangkal, terletak di Desa Wangkal, Kecamatan Krembung, Kabupaten Sidoarjo.
  15. Candi Dadi, terletak di Desa Wajak Kidul, Boyolangu, Tulungagung.
  16. Candi Dorok, terletak di Desa Manggis, Kecamatan Puncu – Kabupaten Kediri.
  17. Candi Gambar Wetan, terletak di kabupaten Blitar.
  18. Candi Gayatri, berasa di kalurahan Boyolangu, kecamatan Boyolangu, kabupaten Tulungagung.
  19. Candi Gunung Gangsir, berada di Kecamatan Beji, Kabupaten Pasuruan.
  20. Candi Jabung, berada di Desa Jabung, Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo.
  21. Candi Jago, berada di Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang.
  22. Candi Jawi, berada di Kecamatan Prigen, Pasuruan.
  23. Candi Kalicilik, terletak di Desa Candirejo, Kecamatan Ponggok, Kabupaten Blitar.
  24. Candi Kedaton, terletak di Kecamatan Tiris, Kabupaten Probolinggo.
  25. Candi Kidal, terletak di desa Rejokidal, kecamatan Tumpang, kabupaten Malang.
  26. Candi Kotes, terletak di Desa Kotes, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar.
  27. Candi Kunir, terletak di Desa Kedungmoro, Kunir, kab Lumajang.
  28. Candi Lor, berada di kabupaten Nganjuk.
  29. Candi Meja, berada di Kabupaten Tulungagung.
  30. Candi Mirigambar, berada di desa Mirigambar, Sumbergempol, Tulungagung.
  31. Candi Ngetos, berada di Kecamatan Ngetos, kota Nganjuk.
  32. Candi Penataran, terletak di Desa Penataran, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar.
  33. Candi Pari, berada di Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo.
  34. Candi Plumbangan, terletak di Kecamatan Doko, Kabupaten Blitar.
  35. Candi Rambut Monte, berada di Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar.
  36. Candi Rimbi, berada di Kabupaten Jombang.
  37. Candi Sanggariti, terletak di Kota Batu.
  38. Candi Sanggrahan, berada di Kecamatan Boyolangu, Kabupaten Tulungagung.
  39. Candi Sawentar, terletak di Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar.
  40. Candi Selomangleng, terletak di Kecamatan Boyolangu, Kabupaten Tulungagung.
  41. Candi Simping, terletak di Desa Sumberjati, Kecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar.
  42. Candi Singosari atau Singhasari, berada di Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang.
  43. Candi Sumberawan, berada di Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang.
  44. Candi Surawana, terletak di Desa Canggu, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri.
  45. Candi Tegowangi, berada di terletak di Desa Canggu, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri.
  46. Candi Tepas, berada di Tepas, Kesamben, kabupaten Blitar.
  47. Candi Tikus, berada di kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto.
  48. Candi Wringin Branjang, terletak di Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar
belut listrik

Hal-hal Yang Perlu Kamu Tahu Tentang Belut Listrik

Beberapa ratus spesies ikan dan binatang memiliki organ penghasil listrik, namun yang paling terkenal dan umum diketahui adalah Belut Listrik.

Meskipun memiliki penampilan layaknya belut, belut listrik ternyata bukan termasuk jenis belut, loh! Kok bisa ya? Menurut klasifikasi saintifik, ia lebih dekat dengan kategori ikan lele atau ikan mas.

Belut listrik, atau Sidat listrik, biasa ditemukan di Sungai Amazon dan Sungai Orinoko dan daerah-daerah sekitar aliran sungai Amerika Selatan. Ia termasuk ke dalam genus Electrophorus dan merupakan anggota ordo Gymnotiformes. Ia mampu tumbuh hingga panjang 2,5 m & berbobot 21 kg, walaupun biasanya ukuran rata-rata adalah 1 meter.

Belut listrik mampu menghasilkan aliran listrik yang cukup kuat hingga membuat mangsanya, biasanya ikan lain, tersengat. Terdapat 3 spesies belut listrik, yaitu Electrophorus electricus, E. varii, dan E. voltai. Semuanya dapat ditemukan di sungai amazon.

Bagaimana Belut Listrik Menghasilkan Listrik?

Pastinya kamu sudah tahu kalau belut listrik dinamai karena mampu menghasilkan listrik berdaya besar yang dapat mereka gunakan untuk menangkap mangsa atau menjauhi predatornya. Bagaimana bisa ia menghasilkan listrik?

Di dalam tubuh belut listrik, terdapat organ yang memiliki 6000 sel elektrolisis yang dapat menyimpan tenaga listrik layaknya baterai. Saat mereka merasa terancam atau memangsa ikan, sel-sel tersebut akan mengeluarkan listrik secara bersamaan.

Seekor belut listrik dewasa mampu melepaskan kejutan listrik hingga bertegangan 660 volt. Kelebihan dari Sidat Listrik dapat menghasilkan kejutan tanpa lelah selama satu jam dan kemampuannya untuk mengontrol intensitas guncangan atau tegangan listrik mereka.

Belut listrik memakai energi mereka seperti alat pengontrol yang efektif terhadap mangsanya. Gelombang listrik yang dialirkan di dalam air itu memaksa mangsanya bergetar di tempat persembunyiannya, sehingga lokasi persembunyian mereka pun terdeteksi. Energi listrik yang cukup besar itu memicu kejang pada saraf pengontrol otot sehingga korbannya lumpuh.

Ikan ini menghasilkan pancaran listrik dalam suatu alat khusus di ekornya. Listrik ini dipancarkan melalui ribuan pori-pori di punggung hewan ini dalam bentuk sinyal dan menciptakan medan listrik di sekitarnya.

Benda apapun dalam medan ini membiaskannya, sehingga ikan ini mengetahui ukuran, daya alir dan gerak dari benda tersebut. Pada tubuh ikan ini, ada pengindera listrik yang dapat memantau medan ini seperti halnya radar.

Prinsip kerja piringan listrik ini mirip dengan cara kerja baterai. Ketika ikan beristirahat, otot-otot yang tidak berhubungan belum aktif. Namun jika menerima pesan dari saraf, akan segera bekerja secara serentak untuk mengeluarkan daya listrik. Pada saat itu, voltase semua piringan listrik atau elektrolit menyatu, sehingga mampu menghasilkan daya listrik yang besar.

Bentuk tubuh Sidat Listrik yang unik, hampir 90 persen bagian tubuhnya berupa ekor. Di bagian ekor inilah terdapat sejenis baterai-baterai kecil berupa lempengan-lempengan kecil yang horizontal dan vertikal. Jumlahnya sangat banyak, lebih dari 5.000 buah.

Tegangan listrik tiap baterai kecil ini tidak besar, tetapi kalau semua baterai dihubungkan secara berderet, akan diperoleh tegangan listrik sekitar 660 volt. Ujung ekor bertindak sebagai kutub positif baterai dan ujung kepala bertindak sebagai kutub negatif. Belut listrik dapat mengatur hubungan antara baterai kecil dalam tubuhnya itu untuk mendapat tegangan listrik kecil dan tegangan listrik besar.

Untuk navigasi, belut listrik hanya membutuhkan tegangan listrik yang kecil. Tetapi ketika berhadapan dengan musuh atau mangsanya, belut listrik akan memberikan tegangan semaksimal mungkin dalam sesaat untuk melumpuhkan mangsanya, bila mangsanya telah lumpuh maka ikan ini melalui kepala dan ekornya yang ditempelkan pada tubuh musuh atau mangsanya itu.

Tegangan listrik yang tinggi ini akan dialirkan dan membunuh mangsanya. Namun hewan lain yang ada disekitarnya tidak terpengaruh karena mereka tidak bersentuhan langsung dengan ekor dan kepala belut.

Belut listrik biasa hidup di air tawar, di daerah perairan yang kelam atau di kolam-kolam perairan wilayah Amazon dan Orinoco, Amerika Latin. Mereka biasa memangsa ikan, namun juga kadang memangsa hewan amfibi, burung dan mamalia kecil.

Karena memiliki paru-paru untuk bernafas, mereka harus naik ke permukaan air secara rutin. Mereka tidak memiliki penglihatan yang baik, namun dapat mengeluarkan aliran listrik bertenaga kecil (10 volt) yang berguna untuk bernavigasi dan mencari mangsa.

Apakah Belut Listrik Berbahaya Bagi Manusia?

Kematian manusia yang diakibatkan oleh sengatan belut listrik jarang sekali terjadi. Namun, sengatan tersebut dapat menyebabkan gagal jantung dan kesulitan bernapas yang kemudian dapat beresiko tenggelam. Kejutan seekor belut listrik yang 660 volt itu diyakini sanggup membuat seekor kuda mengalami gagal nafas dan gagal jantung, apalagi manusia.

Dari kasus-kasus yang pernah terjadi sebelumnya, korban pingsan dan akhirnya tewas tenggelam. Sebagai perbandingan, listrik yang terpasang di perumahan hanya bertegangan 220 volt saja sudah cukup berbahaya. Selain digunakan untuk pertahanan diri, kemampuan ini juga digunakan untuk menyerang mangsa dan juga sebagai media komunikasi antar belut listrik.

Apakah informasi di atas memberikan pengetahuan yang berguna untuk kamu? Tinggalkan pertanyaan dan pesanmu di kolom komentar, serta jangan lupa untuk membagikan tulisan ini kepada teman-temanmu, ya!

hewan amfibi

Semua Yang Harus Kamu Ketahui Tentang Hewan Amfibi

Apa yang muncul di pikiranmu saat mendengar kata “amfibi”? Apakah kamu langsung memikirkan spesies hewan tertentu?

Kata amfibi atau yang dalam bahasa Inggris disebut dengan amphibian, berasal dari bahasa Yunani yang merupakan gabungan dari kata “amphi” yang berarti dual, dan “bio” yang berarti kehidupan. Untuk itu, kata amfibi merujuk kepada istilah yang diberikan kepada makhluk hidup yang dapat tinggal di dua lingkungan yang berbeda, air dan darat.

Namun tahukah kamu bahwa ternyata tidak semua amfibi memiliki gaya hidup ini?

Pada kenyataannya, beberapa hewan amfibi ada yang lebih banyak menghabiskan waktu di air atau bahkan 100% akuatik karena tidak melalui proses metamorfosis menjadi hewan dewasa, contohnya adalah axolotls.

Jika mereka dapat hidup di air dan darat, lalu bagaimana caranya mereka bernapas?

Beberapa hewan amfibi ada yang bernapas melalui kulitnya dan beberapa ada yang bernapas dengan paru-paru. Kulit mereka harus tetap basah dan terjaga kelembapannya agar kulitnya dapat menyerap oksigen.

Untuk itulah mereka mengeluarkan mukus pada permukaan kulitnya agar tetap lembap. Karena jika kulit mereka kering, mereka tidak akan bisa bernapas dan kemudian mati. Sedangkan kecebong dan beberapa amfibi akuatik memiliki insang layaknya ikan yang mereka gunakan untuk bernapas.

Hewan amfibi memiliki dua jenis kelenjar, yaitu kelenjar mukosa dan kelenjar racun. Kelenjar mukosa berisikan cairan protein yang berfungsi membuat kulit hewan tersebut tetap lembap. Sedangkan kelenjar racun, berfungsi sebagai wadah racun yang digunakan sebagai pertahanan diri.

Seperti halnya reptil, hewan amfibi merupakan hewan berdarah dingin. Karena karakteristik kulitnya, mereka rentan terhadap perubahan cuaca. Jika berada di cuaca yang terlalu panas, sel di tubuh mereka akan rusak.

Sedangkan jika berada di cuaca yang terlalu berangin, kulit mereka akan kering lalu mengalami dehidrasi. Karena itulah amfibi merupakan hewan pertama yang terancam mati bila terdapat kerusakan lingkungan. Ini juga alasan mengapa beberapa spesies katak kini telah punah.

Hewan amfibi tidak suka cuaca ekstrem. Pada saat musim dingin terjadi di daerah non-tropis, kebanyakan dari hewan amfibi akan berhibernasi di balik lumpur yang terletak di dasar perairan atau menggali tanah untuk berhibernasi. Beberapa hewan amfibi ada juga yang bersembunyi di antara bebatuan pada musim dingin.

Pada saat-saat tersebut, mereka akan memperlambat metabolisme mereka dan detak jantung mereka juga akan melambat. Mereka bertahan hidup dari persediaan lemak hasil sisa makanan yang telah sebelumnya mereka makan.

Bahkan ada beberapa spesies kodok yang dapat bertahan di cuaca beku sekalipun dengan menjaga kadar glukosa di dalam darah mereka agar tetap tinggi. Hal tersebut berfungsi sebagai antifreeze alami.

Beberapa dari bagian tubuh mereka, seperti saluran urinnya, dapat benar-benar membeku. Namun, darah dan organ vital mereka tidak. Jantung mereka dapat berhenti berdetak dan mereka dapat berhenti bernapas, namun saat mereka mencair, organ tersebut akan kembali berfungsi dan mereka akan tetap hidup.

Hewan amfibi memiliki external nares yang terletak di langit-langit mulut mereka yang berguna sebagai indera penciuman. Bagian tubuh ini juga dapat berfungsi untuk membantu bernapas.

Beberapa spesies amfibi, seperti salamander, dapat mengeluarkan feromon yang berfungsi sebagai panggilan saat musim kawin.

Banyak dari hewan amfibi memiliki gigi. Namun, jangan bayangkan kalau gigi mereka sama seperti gigi yang kita punya. Mereka hanya memiliki gigi yang disebut dengan Vomerine yang terletak pada rahang atas mereka.

Gigi ini berfungsi untuk menahan mangsa yang mereka tangkap agar tidak dapat lepas dan juga untuk mengoyaknya. Saat makan, hewan amfibi menelan mangsanya secara utuh, inilah kenapa mereka tidak memiliki gigi untuk mengunyah.

Beberapa hewan amfibi juga ternyata beracun, lho! Namun biasanya hanya hewan-hewan dengan warna kulit cerah yang memiliki racun. Hal ini merupakan alat pertahanan diri untuk memperingatkan predator bahwa mereka beracun.

Pengelompokan Hewan Amfibi

Menurut phylogenesis tradisional, hewan amfibi terbagi ke dalam 3 sub-kelas, yaitu:

1. Labyrinthodontia

Hewan-hewan di kelas labyrinthodontia merupakan hewan amfibi yang telah punah sejak 350 hingga 190 juta tahun lalu pada era Paleozoic dan Mesozoic. Fitur unik mereka terletak pada enamel giginya yang memiliki pola seperti labirin.

2. Lepospondyli

Hewan di kelas ini merupakan kelompok kecil dari beragam spesies yang hidup 340 hingga 270 juta tahun lalu pada era Carboniferous hingga awal periode Permian.

3. Lissamphibia

Semua spesies amfibi yang kini masih hidup termasuk ke dalam sub-kelas ini. Karakteristik hewan lissamphibia terletak pada struktur giginya, kulit, dan tempat menyimpan cadangan lemaknya. Secara umum, sub-kelas ini juga memiliki ordo berbeda, yaitu:

Anura (Salientia)

Ordo Anura adalah sekelompok hewan yang saat masih berbentuk larva memiliki ekor dan saat sudah dewasa ekornya perlahan hilang. Terdapat lebih dari 3.400 spesies hewan yang tergolong ke dalam ordo Anura.

Hewan yang masuk kategori ini adalah jenis katak dan kodok. Katak memiliki kulit yang selalu lembap dan saat kecil hidup di air namun saat dewasa bisa hidup di air dan di daratan. Kodok yang mirip dengan katak juga termasuk ke dalam kelompok Anura meski memiliki golongan sendiri dalam sistematika penamaan ilmiahnya.

Apoda

Salah satu jenis hewan Apoda adalah Cecilia, hewan amfibi yang tidak memiliki ekor maupun kaki. Bentuknya mirip dengan cacing, belut, dan ular. Tekstur kulit pada cecilia sangat lembut dan berwarna gelap, namun beberapa jenis dari cecilia ditemukan dengan warna kulit sangat cerah seperti merah dan kuning.

Pada kulit cecilia terdapat sisik-sisik kecil seperti ular yang menutupi tubuhnya yang beruas-ruas. Kulit dari hewan ini dapat menghasilkan racun yang dapat membantunya dalam bertahan hidup dari pemangsanya.

Cecilia memiliki pembuahan internal, berbeda dengan jenis katak yang pembuahannya berada di luar tubuh. Cecilia jantan memiliki organ mirip penis yang disebut Phallodeum. Organ ini akan masuk ke tubuh betina melalui kloaka hingga 3 jam lamanya. Hewan ini banyak sekali ditemukan pada area lembap seperti parit atau pinggir sungai.

Hewan ini termasuk ke dalam ordo Gymnophiona dan tersebar di Asia Tenggara, Amerika Tengah dan Selatan, dan Afrika. Mereka adalah hewan fossorial yang memiliki tentacle sensor yang berfungsi sebagai indera karena ia memiliki kemampuan penglihatan yang lemah.

Caudata

Hewan amfibi jenis ini adalah salamander. Hewan salamander berbentuk menyerupai kadal yang biasanya hidup di darat. Tapi salamander dapat hidup dan bernapas di dalam air. Tubuh salamander memanjang dengan ekor yang cukup panjang tapi kaki yang pendek.

Hewan ini memiliki 550 jenis dan tersebar di seluruh dunia, namun sayang di Indonesia tidak memiliki hewan salamander ini. Hanya jenis katak dan cecilia yang ada. Meskipun jenis ini amfibi namun, beberapa jenis dari salamander ada yang sejak kecil hingga dewasa dominan hidup di air, bahkan tidak pernah ke darat sama sekali.

Salamander memiliki keunikan dalam hal regenerasi. Bagian tubuh yang putus pada salamander bisa perlahan-lahan tumbuh lagi menjadi organ yang baru, kemampuan sama seperti yang dimiliki oleh kadal dan cicak.

Metamorfosis Pada Hewan Amfibi

hewan amfibi
Hewan amfibi mengalami apa yang dinamakan dengan proses metamorfosis dalam perkembangannya

Hal menarik lainnya yang dapat diperhatikan dari hewan amfibi adalah siklus perkembangannya mulai dari telur-larva-hewan dewasa.

Larva merupakan tahap di mana hewan amfibi sepenuhnya hidup di air. Mereka bergerak dengan cara berenang. Larva katak dan kodok disebut dengan kecebong. Pada saat kecebong mencapai ukuran tertentu, bagian tubuh dan paru-paru akan mulai tumbuh dan ekor perlahan mulai menghilang.

Setelah itu mereka akan mulai melompat atau merangkak keluar dari air pada saat dewasa untuk menghabiskan hidup mereka di darat. Proses inilah yang dinamakan dengan metamorfosis.

Metamorfosis merupakan proses biologis di mana hewan amfibi secara fisik berkembang setelah menetas dari telur. Namun proses ini tidak terjadi pada reptil. Perubahan yang terjadi meliputi struktur pada tubuh hewan melalui pertumbuhan sel dan diferensiasi.

Proses metamorfosis biasanya akan diikuti dengan perubahan sumber nutrisi atau perilaku. Sangat sedikit vertebrata yang mengalami proses metamorfosis, namun semua hewan amfibi mengalaminya hingga taraf tertentu.

Pada hewan amfibi, metamorfosis diatur oleh jumlah thyroxine di dalam darah yang dapat membantu menstimulasi terjadinya metamorfosis, dan prolactin yang dapat mencegah efeknya.

Tidak semua hewan melalui tahapan metamorfosis yang sama. Beberapa ada yang mengalami proses metamorfosis sempurna, dan sisanya mengalami proses metamorfosis tidak sempurna.

Metamorfosis sempurna merujuk pada proses perubahan yang terjadi selama hidup hewan tersebut di mana perubahan fisik terjadi secara drastis. Sebagai contohnya katak dan kodok yang melalui fase berupa telur, kecebong, dan katak dewasa yang berbeda antara satu dan lainnya.

Sementara itu, metamorfosis tidak sempurna mengacu kepada perkembangan pada suatu hewan di mana perubahan fisik tidak banyak terjadi. Contohnya adalah pada beberapa serangga seperti nyamuk dan belalang.

Tidak banyak perbedaan ditemukan antara bentuk nimfa belalang dan belalang dewasa. Pun demikian dengan kecoa, yang tidak banyak berubah bentuk antara saat masih berupa nimfa dengan kecoa setelah dewasa.

Apa sekarang kamu jadi lebih paham mengenai kehidupan hewan amfibi? Tinggalkan pesan dan pertanyaanmu di kolom komentar serta jangan lupa untuk membagikan tulisan ini ke teman-temanmu, ya!

komodo

Semua Fakta Menarik yang Wajib Kamu Tahu Seputar Komodo

Komodo, yang memiliki nama latin Varanus komodoensis ini, merupakan hewan terbesar yang ada di dalam spesies kadal. Hewan ini dapat ditemukan di Pulau Komodo dan pulau-pulau kecil di sekitarnya seperti pulau Flores, Gili Motang, Rinca dan Gili Dasami di daerah Nusa Tenggara.

Di Indonesia sendiri komodo sering disebut juga Biawak Komodo, Komodo Monitor atau oleh penduduk setempat disebut Ora. Karena keunikannya, banyak turis asing hingga mancanegara yang jauh-jauh datang ke pulau-pulau tersebut hanya untuk melihat hewan ini.

Ia mampu tumbuh hingga sepanjang 3 meter dan berbobot 135 kg. Meskipun kebanyakan dari komodo kecil yang ada kini merupakan hasil dari reproduksi, ternyata komodo betina juga mampu untuk bereproduksi tanpa proses kawin, atau biasa disebut dengan partenogenesis. Komodo bereproduksi dengan cara bertelur.

Sang betina biasanya akan menggali sebuah lubang di tanah sedalam 9 meter untuk tempatnya bertelur. Telur tersebut biasanya akan menetas di bulan April atau Mei. Dibutuhkan waktu 8 hingga 9 tahun bagi komodo kecil untuk tumbuh dewasa. Harapan hidup hewan ini adalah 30 tahun.

Komodo yang baru menetas berukuran sekitar 45 cm, dan mereka akan hidup di pepohonan selama beberapa bulan agar terhindar dari predator. Yang harus kamu ketahui adalah komodo memiliki sifat kanibalisme dan mampu memakan komodo yang lebih kecil atau bahkan sesama komodo dewasa jika persediaan makanan mereka menipis.

Seringkali juga terdapat kasus penyerangan terhadap manusia oleh komodo hingga menimbulkan luka ringan hingga yang berakibat fatal. Hewan ini memiliki gigitan berbisa yang mampu menyumbat aliran darah mangsanya. Mangsa tersebut kemudian akan mengalami pendarahan hebat atau memiliki luka terbuka akibat gigitan yang dapat mengundang bakteri untuk menginfeksinya.

Namun hewan ini jarang menyerang mangsanya secara langsung, dan lebih memilih mangsa yang sedang sekarat atau sudah mati. Beberapa hewan yang biasa ia mangsa misalnya burung, invertebrata dan mamalia.

Komodo menyukai tempat yang panas dan kering, mereka juga senang berjemur di tempat terbuka. Sebagai hewan ektotermik, komodo lebih aktif di siang hari, meskipun mereka juga menunjukan beberapa aktivitas nokturnal. Ia juga merupakan hewan yang penyendiri dan hanya berkumpul pada saat makan atau musim kawin.

Komodo mampu berlari cepat dengan posisi berdiri dengan dua kaki belakang dan ekornya. Ini biasa dilakukan saat mengejar mangsanya. Saat ia dewasa, komodo menggunakan cakarnya sebagai alat utama penyerangan.

Untuk tempat berlindung, komodo akan menggali tanah sedalam 1-3 meter. Karena ukurannya yang besar serta kebiasaannya untuk tidur di dalam lubang, komodo mampu menjaga suhu tubuhnya agar tetap hangat di malam hari.

Setelah mengambil lebih dari 80% berat tubuhnya dalam satu kali makan, komodo akan bergerak ke tempat dengan cahaya matahari yang cukup untuk berjemur. Karena memiliki metabolisme yang lambat, cara ini dilakukan untuk mempercepat pencernaan makanan karena makanan yang ia makan dapat busuk dan meracuni komodo itu sendiri jika tidak cepat dicerna. Hal ini juga membuat komodo mampu bertahan hidup selama satu tahun dengan hanya makan 12 kali.

Setelah mencerna makanannya, komodo kemudian akan memuntahkan rambut, gigi dan tanduk yang dilapisi dengan malodorous mucus. Hal ini dikenal sebagai gastric pellet.

Sejarah Penemuan Komodo

komodo
Komodo telah ada sejak zaman purba dan masih berkerabat dekat dengan beberapa jenis Dinosaurus

Komodo merupakan spesies reptil purba yang telah hidup semenjak zaman purba. Evolusi komodo dimulai dengan genus Varanus (Biawak) yang mulai berkembang di Asia antara 40-25 juta tahun yang lalu.

Hewan ini juga ternyata merupakan kerabat dekat dari dinosaurus, loh!. Hal ini dapat dilihat dari ditemukannya fosil-fosil dari jenis dinosaurus tertentu yang menunjukkan kemiripan struktur tubuh dengan komodo.

Ia ditemukan pertama kali oleh peneliti barat pada tahun 1910 dan menjadi terkenal di dunia ilmu pengetahuan sejak tahun 1911 ketika Peter Ouwens, seorang kurator pada Museum Zoologi Bogor, menerima laporan tentang penemuan satwa ini dari Perwira Pemerintah Hindia Belanda J.K.H. Van Steyn, yang selanjutnya diberi nama Varanus komodoensis.

Sejarah tentang keberadaannya juga ditemukan pada tulisan Pieter Antonie Ouwens di tahun 1912 yang berjudul “On a Large Species from The Island of Komodo”. Dari penemuan ini, muncul kesadaran dari berbagai pihak untuk menjaga kelestarian satwa ini. Semenjak itu, ekspedisi dan penelitian terhadap spesies langka ini terus dilakukan.

Menyadari perlunya perlindungan terhadap Komodo di tengah aktivitas manusia di habitat aslinya itu, pada tahun 1915 Pemerintah Belanda mengeluarkan larangan perburuan dan pembunuhan komodo.

Menurut bukti fosil komodo yang diperoleh dari Queensland, Australia, komodo ternyata berawal dari benua Australia. Sekitar 15 juta tahun lalu, tabrakan antara lempeng benua Australia dan Asia Tenggara membuat komodo mampu pindah ke kepulauan Indonesia serta memperluas keberadaannya hingga pulau Timor. Dikatakan bahwa komodo yang berada di Indonesia memiliki perbedaan dengan nenek moyangnya terdahulu yang berasal dari Australia.

Mengapa Komodo Harus Dilindungi?

Karena ukurannya yang besar dan reputasinya sebagai predator buas, komodo menjadi daya tarik yang populer bagi pengunjung kebun binatang. Di alam liar, jumlah keberadaannya semakin berkurang karena aktivitas manusia. Ini mengapa mereka dikategorikan sebagai hewan rawan punah oleh lembaga IUCN.

Inilah mengapa pemerintah Indonesia membuat UU yang melindungi komodo di alam liar dan juga membuat Taman Nasional Komodo pada tahun 1980 sebagai upaya pencegahan kepunahan.

Tidak hanya komodo, disana terdapat 277 spesies hewan lain yang merupakan perpaduan hewan yang berasal dari Asia dan Australia. Mereka terdiri dari 32 spesies mamalia, 128 spesies burung, dan 37 spesies reptilia. Bersama dengan komodo, setidaknya 25 spesies hewan darat dan burung termasuk hewan yang dilindungi karena jumlahnya yang terbatas atau terbatasnya penyebaran mereka.

Taman nasional ini terdiri atas tiga pulau besar,  Pulau Komodo, Pulau Rinca, dan Pulau Padar serta beberapa pulau kecil. Wilayah darat taman nasional ini 603 km² dan wilayah total adalah 1817 km². Belakangan, ditetapkan pula Cagar Alam Wae Wuul dan Wolo Tado di Pulau Flores untuk membantu pelestarian komodo.

Bencana alam, kehilangan lahan habitat, kebakaran hutan, hilangnya mangsa karena perburuan berlebihan oleh manusia dan perdagangan hewan secara ilegal merupakan beberapa penyebab dari berkurangnya hewan ini.

Dengan adanya Appendix I of CITES (the Convention on International Trade in Endangered Species), pemerintah internasional telah memutuskan bahwa perdagangan kulit dan spesimen komodo adalah ilegal.

Apakah informasi di atas memberikan pengetahuan yang berguna untuk kamu? Tinggalkan pertanyaan dan pesanmu di kolom komentar, serta jangan lupa untuk membagikan tulisan ini kepada teman-temanmu, ya!

capung

Semua Fakta Menarik yang Wajib Kamu Tahu Seputar Capung

Apa yang terlintas di benakmu saat mendengar kata capung? Pasti kamu membayangkan seekor serangga terbang yang memiliki bentuk wajah seperti lalat namun bertubuh panjang, bukan?

Capung merupakan jenis serangga yang termasuk ke dalam ordo Odonata dan sub-ordo Anisoptera. Hewan ini juga ternyata termasuk hewan purba yang sudah ada sejak tiga ratus juta tahun yang lalu. Capung dewasa memiliki ciri-ciri fisik berbadan panjang, memiliki mata yang multifacet, sayap transparan.

Ia sering disamakan dengan damselflies (capung jarum) karena kesamaan fisiknya. Keduanya memang berasal dari ordo yang sama, namun berbeda sub-ordo. Capung jarum berasal dari ordo Zygoptera.

Capung mempunyai ciri bertubuh relatif besar. Bila hinggap, sayapnya akan terbuka atau membentang. Ia dapat terbang jauh dan kuat menjelajahi wilayah luas. Sedangkan capung jarum bertubuh kecil, memiliki perut yang kurus ramping mirip jarum, bila hinggap sayap tertutup, tegak menyatu di atas punggung, terbang dengan lemah dan tidak terlalu jauh.

Capung ciwet, atau yang lebih dikenal dengan Wandering glider, merupakan jenis capung migrasi yang mampu menempuh jarak hingga 18.000 km untuk bermigrasi. Secara individu, jenis ini mampu terbang hingga jarak 6.000 km, salah satu jarak terjauh yang mampu ditempuh oleh serangga.

Capung merupakan hewan predator yang ulung, tingkat keberhasilan dalam memburu mangsanya bisa mencapai 95 persen. Dengan kemampuan terbang di udara, menyelam di air, terbang mundur, berputar 360 derajat dan berbalik 180 derajat, kemampuan terbangnya bahkan dapat mencapai 30 mil per jam.

Terdapat sekitar 3012 spesies capung yang diketahui per tahun 2010. Mereka diklasifikasikan ke dalam 348 genus dan 11 famili. Capung dapat ditemukan di berbagai benua di dunia kecuali benua Antartika.

Hewan ini dapat ditemukan mulai dari tepi pantai sampai dataran tinggi. Dalam keseharianmu, pasti kamu pernah menemukan kumpulannya beterbangan di pekarangan rumah, sawah, hutan, danau, sungai bahkan di lingkungan perkotaan.

Siklus Berkembang Biak Capung

capung
Capung merupakan salah satu hewan yang mengalami metamorfosis tidak sempurna

Capung menyukai lingkungan berair untuk bertelur. Mereka meletakkan telurnya pada tumbuhan di air menggenang atau air mengalir. Capung jantan memiliki sifat yang lebih teritorial dan akan membela wilayah tempat larvanya ditelurkan.

Telur yang menetas mengeluarkan larva atau tempayak akan hidup dan berkembang di dasar air dan mengalami metamorfosis. Capung merupakan serangga hemimetabola, yang berarti ia tidak melewati tahap pupa dan memiliki metamorfosis tidak sempurna.

Kemudian berkembang menjadi larva/nimfa dan kemudian keluar dari air menjadi capung dewasa. Siklus hidup capung bervariasi, sejak dari telur, menetas sampai dewasa berkisar dari 6 bulan sampai 6 atau 7 tahun.

Beberapa spesies capung menelurkan telurnya di dalam jaringan tumbuhan, dan beberapa lainnya bertelur tepat di atas permukaan air. Larva akan menyerap oksigen dari air tersebut menggunakan insang yang terdapat pada bagian rektumnya. Perutnya akan memompa air masuk dan keluar melalui anus.

Sejak dalam air dalam bentuk larva dan nimfa hidup sebagai hewan karnivora yang ganas, sebagai larva memakan plankton dan  sebagai nimfa memburu dan memangsa anak-anak ikan dan berudu. Sedangkan capung dewasa memangsa nyamuk, lalat dan serangga lainnya.

Habitat hewan ini bisa sebagai indikator alami untuk mendeteksi kualitas air di lingkungan sekitar ia berada. Jika kita masih bisa menemui hewan ini, berarti menandakan perairan kita cukup bersih dari pencemaran. Hal ini dikarenakan telur dan larva hanya bisa berkembang biak dan bertahan hidup di perairan yang tak tercemar.

Larva yang belum memiliki sayap itu biasanya berwarna gelap dan berbintik, menyerupai sedimen atau tumbuhan dimana ia menempel. Matanya menonjol keluar layaknya capung dewasa, namun memiliki struktur yang lebih kuat.

Terdapat bagian tubuh yang disebut dengan “topeng” yang merupakan sebutan untuk bagian mulut ketiga larva. Ukurannya lebar dan harus terlipat di antara kepala dan thorax saat sedang tidak digunakan. Di ujung topeng tersebut terdapat penjepit berbentuk taring yang digunakan untuk menangkap mangsa, seperti cacing, berudu, dan ikan kecil.

Apakah informasi di atas memberikan pengetahuan yang berguna untuk kamu? Tinggalkan pertanyaan dan pesanmu di kolom komentar, serta jangan lupa untuk membagikan tulisan ini kepada teman-temanmu, ya!

hewan reptil

Fakta Unik Reptil: Hewan Vertebrata Berdarah Dingin

Reptil merupakan kelompok hewan vertebrata dengan ciri fisik yaitu memiliki kulit bersisik atau bercangkang, beberapa hewan bahkan memiliki keduanya.

Tidak seperti jenis hewan lain seperti burung dan mamalia, reptil merupakan hewan berdarah dingin yang secara konstan tidak menjaga temperatur dalam tubuhnya. Tanpa bulu atau rambut yang dapat berfungsi sebagai insulasi, mereka tidak dapat menjaga suhu hangat saat cuaca dingin. Dan karena mereka juga tidak memiliki kelenjar keringat, mereka pun tidak dapat mendinginkan badan mereka saat cuaca panas. Saat terjadi peningkatan atau penurunan temperatur secara drastis, hewan reptil hanya akan mencoba bergerak ke arah tempat yang lebih teduh atau hangat.

Mereka memiliki metabolisme yang lambat dan cenderung lebih menyukai tempat hangat. Saat musim dingin, mereka akan berhibernasi. Hewan reptil juga mengandalkan temperatur untuk bereproduksi. Kebanyakan dari hewan reptil juga merupakan Ovipar atau bertelur dan sebagian kecil Ovovivipar (bertelur dan menetas dalam dalam tubuh kemudian dilahirkan) seperti pada ular dan sebagian kadal. Ular boa dan piton merupakan satu-satunya hewan reptil yang melahirkan. Spesies reptil lainnya bereproduksi dengan bertelur. Telur tersebut lantas akan menetas setelah beberapa hari atau bulan setelahnya. Temperatur tanah memegang peranan penting dalam masa-masa tersebut karena ia akan menentukan jenis kelamin hewan tersebut.

Reptilia juga termasuk hewan Tetrapoda atau hewan berkaki empat walaupun tidak semuanya. Hewan reptil sendiri tercatat telah ada sejak 315 juta tahun yang lalu dan juga merupakan hewan yang mendominasi dunia saat periode Mesozoikum. Periode tersebut hanya bertahan selama 270 juta tahun hingga akhirnya mencapai kepunahan dinosaurus.

Kelompok hewan reptil yang kini masih hidup adalah kura-kura (ordo Testudinata), tuatara (ordo Rhynchocephalia [Sphenodontia]), kadal dan ular (ordo Squamata), dan buaya (ordo Crocodilia). Secara keseluruhan, terdapat sekitar 8.700 spesies reptil yang masih hidup di dunia.

Hewan reptil yang telah punah bahkan memiliki spesies yang lebih beragam lagi mulai dari plesiosaurus laut, pliosaurus, dan ichthyosaurus. Secara taksonomi, reptilia dan synapsida (kelompok mamalia yang serupa dengan hewan reptil) merupakan kelompok yang masih bersaudara dan memiliki nenek moyang yang sama. Selama jutaan tahun lamanya, beberapa spesies dari kedua kelompok ini memiliki kemiripan dari segala aspek. Namun seiring perubahan zaman, gaya hidup mereka pun berubah dan dari garis keturunan synapsid munculah hewan mamalia yang memiliki rambut, berdarah hangat (endothermic), serta memiliki kelenjar susu.

Semua spesies burung dan beberapa jenis reptil yang telah punah seperti dinosaurus juga berevolusi hingga memiliki fisiologi endothermic. Namun, mayoritas dari reptil yang kini hidup memiliki fisiologi ectothermic (berdarah dingin).

Banyak dari spesies reptil memiliki sisik epidermal yang berguna melindungi tubuh mereka dari kekeringan dan juga dapat melakukan regenerasi ketika terjadi kerusakan. Sisik ini terbuat dari salah satu jenis keratin yaitu beta keratine. Keratin merupakan komponen utama pembentuk sisik hewan reptil. Sisik dan interscalar yang dimiliki juga mengandung alpha keratin.

Ukuran sisik yang dimiliki hewan reptil beragam. Mulai dari yang berukuran mikroskopik seperti yang dimiliki dwarf gecko (Sphaerodactylus), hingga yang berukuran relatif besar seperti sisik yang dimiliki kadal dan ular. Ukuran paling besar berada pada sisik yang menutupi cangkang kura-kura dan juga sisik buaya.

Habitat Hewan Reptil

Reptil merupakan jenis hewan yang mayoritas berada di daerah tropis dan kebanyakan dari mereka berada di antara garis lintang 30° utara dan garis bujur 30° selatan. Meskipun ada beberapa hewan yang hidup berdekatan dengan lingkar arktik, yaitu ular viper eropa (Vipera berus) dan Kadal vivipar (Lacerta vivipara/Zootoca vivipara).

Spesies reptil seperti ular, kadal, dan kura-kura juga tinggal di wilayah dingin, dan karenanya gaya hidup mereka telah berevolusi agar mampu bertahan dan bereproduksi hanya dengan beraktivitas selama kurang lebih tiga bulan setiap tahunnya.

Banyak dari hewan reptil, khususnya spesies kadal, yang memiliki temperatur tubuh favorit. Mereka hanya akan beraktivitas jika temperatur tubuh mereka berada di atas 28 °C dan akan berada di bawah cahaya matahari demi mendapatkan temperatur tinggi tersebut.

Habitat hidup hewan reptil sangatlah beragam, mulai dari pegunungan hingga laut. Ular perut kuning (Pelamis platurus) memiliki habitat di sekitar laut. Ia makan dan bereproduksi jauh dari garis pantai sementara jenis ular laut lain tinggal di daerah pesisir pantai. Penyu juga salah satu hewan reptil lain yang beraktivitas di daerah laut dan kebanyakan dari spesiesnya memiliki fase pelagic yang dialami dari saat mereka menetas hingga menjadi penyu kecil.

Banyak dari spesies ular, buaya dan kadal yang merupakan hewan akuatik dan memiliki habitat di daerah sungai atau danau. Sementara beberapa spesies ular dan kadal lainnya berhabitat di hutan, padang rumput hingga padang pasir.

Pengelompokan Hewan Reptil

Reptil yang hidup di jaman ini merupakan representasi dari sedikit kelompok reptil yang ada secara keseluruhan, untuk itu, pengelompokan hewan reptil tergantung kepada sisa fosilnya. Misalnya, tertinggi klasifikasi reptil ditentukan oleh karakter kerangka spesies tersebut.

Reptil (dari kelas Reptilia) dan mamalia (dari kelas Mamalia) merupakan dua jenis hewan yang masih hidup dari kelompok Amniota, sebuah kelompok hewan dengan karakter memiliki membran amniotik. Struktur embrionik ini memang tidak dapat ditemukan dari jejak fosil, namun mereka dari tampilannya di masa ini, dapat diketahui bahwa reptil dan synapsids memiliki nenek moyang yang sama.

Berdasarkan ordonya, hewan reptil dapat diklasifikasikan menjadi 4 kelompok, yaitu:

Ordo Crocodilia

buaya
Semua spesies buaya merupakan anggota dari ordo crocodilia

Ordo crocodilia mempunyai sisik yang tebal terbentuk dari keratin yang diperkuat dengan lempengan tulang yang disebut skuta sebagai pelindung. Ciri fisiknya adalah berkaki empat dan berkuku pada setiap jarinya, lalu memiliki otot yang kuat pada ekornya dan berkembang biak secara Ovipar.

Kepala pada ordo crocodilia berbentuk piramida, keras dan kuat disertai dengan gigi yang runcing untuk mencabik-cabik mangsanya. Habitat alaminya adalah di perairan air tawar maupun air asin.

Contoh hewan ordo Crocodilia: Buaya Air Tawar, Buaya Air Asin dan berbagai jenis bangsa buaya lainnya.

Ordo Chelonia

penyu
Anggota dari ordo ini merupakan hewan-hewan reptil bercangkang keras seperti kura-kura dan penyu

Ordo chelonia merupakan hewan reptilia yang memiliki cangkang dalam bentuk lempengan serta tulang belakang dan rusuk yang saling menyatu. Tubuhnya yang pendek dan lebar dilindungi oleh karapaks (cangkang bagian atas) dan plastron (cangkang bagian bawah). Ciri khas hewan dari ordo ini adalah mereka tidak bergigi dan lidahnya tidak dapat menjulur.

Hewan dari ordo ini biasa hidup di daerah air asin dan air tawar. Mereka berkembang biak dengan bertelur dan sang induk biasanya akan menanam telurnya di dalam lubang.

Contoh hewan Ordo Chelonia: yaitu Kura-kura dan penyu.

Ordo Rhinchochepalia

tuatara
Tuatara memiliki kemiripan dengan spesies iguana atau kadal, namun mereka merupakan hewan dari ordo yang berbeda

Ordo Rhinchochepalia merupakan jenis reptil yang telah ada sejak zaman prasejarah dan masih bertahan hidup hingga saat ini. Satu-satunya spesies ordo Rhinchochepalia yang masih ada yaitu Tuatara, ia memiliki kemiripan dengan kadal.

Tuatara hanya terdapat di Selandia Baru dan merupakan satu-satunya spesies Ordo Rhinchochepalia yang masih hidup dan diyakini telah hidup sejak zaman Dinosaurus. Reptil ini memiliki mata ke-3 di dahinya yang berfungsi untuk mengenali gelap dan terang serta memiliki duri yang berderet sepanjang tulang belakang.

Ia berkembang biak dengan bertelur dan hanya satu butir saja dalam satu kali masa bertelur. Pertumbuhan tuatara sangat lama, paling lama diantara reptil yang lain. Ia memerlukan waktu antara 10-20 tahun untuk mencapai usia dewasa. Tuatara adalah hewan pemalu dan penyendiri. Ia juga merupakan hewan nokturnal yang aktif di malam hari. Makanan utama mereka adalah burung, kadal, katak, serangga, dan laba-laba.

Tuatara dewasa mencapai panjang hingga 80 cm dengan berat sampai 1,3 kg. Warna tubuhnya biasanya kelabu kehijauan atau kelabu kecokelatan.

Ordo Squamata

Ordo Squamata merupakan ordo terbesar dalam kelompok reptil. Hewan-hewan yang termasuk ke dalam ordo ini adalah kadal, iguana, ular dan hewan amfibi yang secara keseluruhan dikenal dengan reptil bersisik atau squamates.

Terdapat sebanyak 10.000 spesies hewan di dalam ordo ini yang membuatnya ordo dengan hewan vertebrata terbanyak kedua setelah perciformes. Hewan dari ordo ini dikenal memiliki kulit sisik berduri atau menyerupai tameng.

Apakah penjelasan mengenai hewan reptil di atas memberikan pengetahuan yang bermanfaat untukmu? Tinggalkan pertanyaan dan pesanmu di kolom komentar, serta jangan lupa untuk membagikan tulisan ini ke teman-temanmu, ya!

bintang

Tertarik Dengan Zodiak? Simak Hubunganya Dengan Rasi Bintang Di sini!

Rasi bintang, atau yang juga sering disebut dengan konstelasi bintang, merupakan sebuah area di ruang angkasa yang menjadi tempat dimana bintang-bintang membentuk sebuah pola yang biasanya menyerupai hewan, tokoh mitologi atau benda mati.

Awal mula keberadaan rasi bintang bisa ditarik kembali dari zaman pra sejarah. Orang-orang terdahulu menghubungkan pola-pola bintang di langit dengan kepercayaan dan mitologi di daerah tersebut. Karenanya, masing-masing negara dan daerah memiliki penjelasan yang berbeda mengenai rasi bintang.

48 rasi bintang yang berasal dari kebudayaan barat bermula dari kepercayaan orang-orang Yunani. Rasi bintang yang berada di langit utara ditambahkan pada abad ke 15 hingga ke 18 pada saat penjelajah barat mengunjungi Southern Hemisphere. 12 rasi bintang kuno kini lebih dikenal sebagai zodiak. Awal mula zodiak tidak diketahui secara jelas. Ia mulai banyak dipercaya pada 400 SM di Chaldea, Babilonia.

Rasi Bintang, atau konstelasi, merupakan sekelompok bintang yang tampak berhubungan membentuk suatu pola gugus atau konfigurasi khusus. Dalam ruang tiga dimensi, kebanyakan bintang yang kita amati tidak memiliki hubungan satu dengan lainnya, tetapi dapat terlihat seperti berkelompok pada bola langit malam.

Manusia memiliki kemampuan yang sangat tinggi dalam mengenali pola, dan sepanjang sejarah telah mengelompokkan bintang-bintang yang tampak berdekatan menjadi rasi-rasi bintang.

Para pelaut Indonesia dahulu sebelum mengenal kompas telah menggunakan Rasi Bintang sebagai navigasi atau petunjuk arah dalam menjelajahi lautan, Rasi Bintang juga bisa sebagai penunjuk waktu atau musim dimana ada bintang-bintang yang hanya muncul hanya pada tertentu.

Berbagai Jenis Rasi Bintang

rasi bintang
Rasi bintang membentuk pola-pola yang didasari oleh kepercayaan beberapa budaya kuno

Di tahun 1922, the International Astronomical Union (IAU) secara resmi menetapkan 88 nama rasi bintang. Setiap titik koordinat di luar angkasa, terdapat salah satu rasi bintang tersebut. Ia didasari oleh konstelasi Yunani kuno yang terinspirasi oleh karya Ptolemy dan juga Aratus, dengan sedikit modifikasi modern oleh Petrus Plancius, Johannes Hevelius dan Nicolas Louis de Lacaille.

Di tahun 1922, Henry Norris Russell membuat daftar 88 konstelasi dan beberapa singkatannya. Namun konstelasi tersebut belum memiliki garis batas yang jelas. Baru di tahun 1928, IAU secara resmi menerima 88 konstelasi tersebut.

Dalam versi IAU, daftar tersebut telah ditambahkan batasan yang jelas beserta garis bujur vertikal dan horizontalnya yang dikembangkan oleh Eugene Delporte. Daftar tersebut baru dirilis pada tahun 1930. Sistem ini difungsikan untuk memetakan area. Dari keseluruhan rasi tersebut, 36 berada di langit utara dan 52 sisanya berada di selatan.

Terdapat pola rasi bintang lain yang disebut dengan Asterisme, namun ia tidak diakui secara resmi karena tidak masuk ke dalam definisi formal rasi bintang. Namun ia masih banyak digunakan oleh pengamat untuk menavigasi langit malam.

Asterisme bisa juga berisi beberapa bintang di dalam rasi bintang, atau bisa juga berbagi bintang dengan lebih dari satu rasi bintang. Salah satu contoh dari jenis rasi Asterisme yaitu Pleiades dan Hyades yang terdapat di dalam rasi bintang Taurus, lalu the False Cross yang terbagi antara rasi selatan Carina dan Vela; terakhir ada Venus’ Mirror di dalam rasi bintang Orion.

Baik rasi bintang yang diakui oleh IAU ataupun tidak, bermula dari pola yang dibayangkan dari hasil pengamatan bintang di langit. Banyak dari rasi tersebut yang didasari dari imajinasi mitologi kuno.

Berikut merupakan ke-88 nama rasi bintang yang diakui oleh IAU:

  1. Andromeda   (Putri Andromeda)
  2. Antlia   (Pompa Air)
  3. Apus   (Cendrawasih)
  4. Aquarius   (Pembawa Air)
  5. Aquila   (Elang)
  6. Ara   (Altar)
  7. Aries   (Domba Jantan)
  8. Auriga   (Sais Kereta Perang)
  9. Bootes   (Pengembala)
  10. Caelum   (Pahat)
  11. Camelopardalis   (Jerapah)
  12. Cancer   (Ketam)
  13. Canes Venatici   (Anjing-anjing Pemburu)
  14. Canis Major   (Anjing Besar)
  15. Canis Minor   (Anjing Kecil)
  16. Capricornus   (Kambing Laut)
  17. Carina   (Lunas Kapal Argo)
  18. Cassiopeia   (Ratu Ethiopia)
  19. Centaurus   (Centaur)
  20. Cepheus   (Raja Ethiopia)
  21. Cetus   (Ikan Paus)
  22. Chamaeleon   (Bunglon)
  23. Circinus   (Kompas)
  24. Columba   (Merpati)
  25. Coma Berenices   (Rambut Berenice)
  26. Corona Australis   (Mahkota Selatan; Yunani Kuno – Ptolemaeus)
  27. Corona Borealis   (Mahkota Utara)
  28. Corvus   (Burung Gagak)
  29. Crater  (Cangkir)
  30. Crux   (Salib Selatan)
  31. Cygnus   (Angsa)
  32. Delphinus   (Lumba-lumba)
  33. Dorado   (Ikan Todak)
  34. Draco   (Naga)
  35. Equuleus   (Kuda kecil)
  36. Eridanus   (Sungai)
  37. Fornax   (Tungku)
  38. Gemini   (Kembar)
  39. Grus   (Burung bangau)
  40. Hercules   (Hercules, anak Zeus)
  41. Horologium   (Jam)
  42. Hydra   (Naga laut)
  43. Hydrus   (Ular air)
  44. Indus   (Indian)
  45. Lacerta   (Kadal)
  46. Leo   (Singa)
  47. Leo minor   (Singa kecil)
  48. Lepus   (Kelinci)
  49. Libra   (Timbangan)
  50. Lupus   (Serigala)
  51. Lynx   ( Lynx)
  52. Lyra   (Harpa)
  53. Mensa   ( Meja)
  54. Microscopium   (Mikroskop)
  55. Monoceros   (Kuda Bertanduk)
  56. Musca   (Lalat)
  57. Norma   (Timabangan Datar)
  58. Octans   (Oktan)
  59. Ophiuchus   (Tangan Naga)
  60. Orion   (Pemburu)
  61. Pavo   (Merak)
  62. Pegasus   (Kuda bersayap)
  63. Perseus   (Perseus)
  64. Phoenix   (Phoenix)
  65. Pictor   (Kuda-kuda)
  66. Pisces   (Ikan)
  67. Piscis Austrinus   (Ikan Selatan)
  68. Puppis   (Buritan kapal Argo)
  69. Pyxis   (Kompas kapal Argo)
  70. Reticulum   (Jaring)
  71. Sagitta   (Anak Panah)
  72. Sagittarius   (Pemanah)
  73. Scorpius   (Kalajengking)
  74. Sculptor   (Alat Pemahat)
  75. Scutum   (Perisai)
  76. Serpens   (Ular)
  77. Sextans   (Sekstan)
  78. Taurus   (Lembu Jantan)
  79. Telescopium   (Teleskop)
  80. Triangulum   (Segitiga)
  81. Triangulum Australe   (Segitiga Selatan)
  82. Tucana   (Burung tukan)
  83. Ursa Major   (Beruang Besar)
  84. Ursa Minor   (Beruang Kecil)
  85. Vela   (Layar Kapal Argo)
  86. Virgo   (Sang Perawan)
  87. Volans   (Ikan Terbang)
  88. Vulpecula   (Rubah)

Malam Langit Gelap

LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional) Indonesia, telah menetapkan tanggal 6 Agustus sebagai hari keantariksaan seiring dengan disahkannya Undang-Undang Keantariksaan Nomor 21 tahun 2013.

Undang-Undang itu dianggap sebagai landasan untuk pengembangan kegiatan keantariksaan di Indonesia, seperti antariksa, penginderaan jauh, penguasaan teknologi roket satelit dan aeronautika, peluncuran roket, dan komersialisasi keantariksaan.

Seiring dengan diresmikannya hari keantariksaan, LAPAN mengkampanyekan gerakan sosial “Malam Langit Gelap”.  Kampanye ini mengajak masyarakat untuk turut bergerak mematikan lampu setiap tanggal 6 Agustus untuk meminimalisir polusi cahaya guna melihat benda-benda langit lebih jelas.