Beberapa kebudayaan Jepang yang unik:
- Sado
- Matsuri
- Alat musik tradisional Jepang (Koto, Wadaiko, Kokyu, Biwa)
- Hanami
- Origami
- Kabuki
- Shodo
- Shogi
- Ukiyo-e
- Sumo
Jepang merupakan salah satu negara maju di Asia Timur yang terkenal dengan kemajuan teknologi dan juga kedisiplinan orang-orangnya. Keindahan alam dan kebudayaannya juga tidak kalah menarik. Menjadikannya salah satu negara destinasi para turis untuk menikmati liburan.
Beberapa kebudayaan Jepang pada zaman dahulu dipengaruhi oleh kebudayaan China. Pada Zaman Edo, Jepang memiliki kebijakan isolasionis yang cukup ketat. Mereka menutup semua pintu hubungan dengan negara-negara lain, yang berdampak pada lahirnya kebudayaan yang cukup khas.
Jepang merupakan negara yang dibentuk oleh transisinya yang cepat dari negara isolasionis menjadi negara global. Tradisi dan kebudayaannya mewakili campuran antara dunia Jepang zaman dulu dengan tradisi zaman modern yang tidak jarang mengadopsi beberapa kebudayaan barat. Pengaruh kebudayaan barat telah memasuki segala aspek dalam kebudayaan Jepang, seperti kesenian, gaya hidup hingga makanan.
Tim Kitacerdas telah merangkum keunikan-keunikan yang ditemukan dari beberapa kebudayaan Jepang yang patut kamu ketahui, di antaranya:
1. Sado
Upacara teh, atau yang dalam bahasa Jepang disebut dengan Sado, merupakan tradisi khas Jepang yang telah dilakukan dari abad ke 9.
Tradisi ini pada dasarnya adalah serangkaian upacara mempersiapkan dan meminum teh, biasanya dilakukan di dalam ruangan teh tradisional berlantai tatami. Selain minum teh, upacara ini juga bertujuan untuk menjamu tamu dengan omotenashi khas Jepang.
Nihon Koki, salah satu teks penting bersejarah Jepang, menceritakan tentang seorang biksu buddha bernama Eichu yang setelah kembali dari China, menyajikan sencha kepada kaisar dengan serangkaian cara yang kini dikenal sebagai Sado.
Meski pada saat awal kemunculannya menggunakan teh jenis sencha, kini orang-orang lebih sering menggunakan jenis matcha.
Upacara ini bukan sekadar upacara minum teh biasa karena diperlukan pemahaman tentang filosofi wabi-sabi. Mereka yang belum pernah melakukan upacara ini juga biasanya dibimbing oleh seorang instruktur resmi untuk memastikan langkah-langkah yang dilakukan sudah benar.
2. Matsuri
Matsuri artinya adalah festival dalam bahasa Jepang. Terdapat begitu banyak festival di Jepang, mulai dari yang diselenggarakan oleh kuil lokal maupun diadakan secara nasional. Kebanyakan dari festival tersebut diselenggarakan setiap tahun untuk menghormati dan mengucapkan syukur kepada dewa atau untuk merayakan kejadian-kejadian seperti tahun baru. Musim festival, seperti pada saat musim gugur dan musim panas, juga merupakan saat di mana turis mancanegara paling banyak mengunjungi Jepang.
Matsuri tidak dapat dipisahkan dengan adanya Mikoshi, sebuah kendaraan miniatur kuil portable yang diarak keliling area pada saat festival. Mikoshi dipercaya merupakan kendaraan yang di atasnya ditempati oleh dewa. Para pemanggul mikoshi menggunakan kostum yang disebut Hanten atau Happi. Mereka akan berjalan mengelilingi area yang telah ditentukan sambil memanggul mikoshi di pundaknya. Ritual ini dipercaya akan menyerap hal buruk, menyucikan, dan menjawab doa orang-orang yang menginginkan panen.
Di dalam matsuri juga biasanya dilakukan Bon Odori, sebuah tarian yang dilakukan pada periode Bon (Juli dan Agustus) dan berasal dari kepercayaan Buddha. Tarian ini bertujuan untuk menghormati leluhur. Terdapat lebih dari 1000 jenis Bon Odori yang ada di Jepang.
Berikut merupakan salah satu contoh dari festival Jepang:
3. Musik Tradisional
Berikut merupakan beberapa alat musik tradisional asal Jepang yang tidak banyak diketahui:
Koto
Koto, atau yang juga dikenal sebagai Harpa Jepang, merupakan sebuah instrumen petik yang memiliki sejarah yang detail. Tidak seperti alat musik petik lain yang berasal dari barat seperti biola dan gitar, koto memiliki 13 senar yang dapat mengeluarkan lebih dari 13 bridge. Bahkan ada juga jenis koto yang memiliki lebih dari 20 senar.
Alat musik ini mirip dengan salah satu alat musik dari Cina yang disebut Zheng. Mulai dari suara yang dikeluarkan hingga cara bermainnya pun mirip. Perbedaannya hanya terletak pada jumlah senar.
Berikut merupakan demonstrasi memainkan alat musik Koto:
Taiko
Sejarah mencatat bahwa masyarakat Jepang pada zaman dahulu mayoritasnya berprofesi sebagai petani. Para petani tersebut akan berdoa kepada dewa seraya bermain sebuah drum yang dinamakan dengan Taiko, dengan tujuan untuk memberi rasa syukur atau menghindari marabahaya.
Pada awalnya, taiko dibawa ke Jepang dari Korea dan China pada abad ke 6 pada periode Kofun. Seiring waktu, alat musik ini semakin dilibatkan dalam beberapa kebudayaan Jepang lain. Taiko kini sering dimainkan pada acara festival lokal dan juga acara berdoa di kuil. Pemainnya biasanya akan memainkan Taiko sembari meneriaki kata-kata penyemangat seiring dengan lagu yang dimainkan. Lalu orang-orang di sekitarnya akan menari mengikuti lantunan lagu tersebut.
Berikut merupakan salah satu penampilan orang-orang Jepang saat memainkan Taiko:
Kokyu
Merupakan satu-satunya instrumen dari Jepang yang dimainkan bersama dengan bow (alat penggesek). Alat musik ini berasal dari China namun dibawa ke Jepang dan kini telah berevolusi sehingga bentuk, suara, dan bahannya sudah berbeda dengan versi awalnya.
Secara tradisional, kokyu merupakan bagian dari sankyoku ensemble yang dimainkan bersamaan dengan alat musik lain. Namun belakangan ini, penggunaannya telah digantikan dengan shakuhachi, instrumen suling khas Jepang.
Biwa
Awalnya, terdapat alat musik bernama Pipa dari China masuk ke Jepang. Lalu masyarakat Jepang memodifikasinya hingga menjadi apa yang kini dinamakan dengan biwa. Terdapat banyak jenis biwa, seperti gagaku biwa yang digunakan pada musik kerajaan, moso biwa yang digunakan saat berdoa dan storytelling oleh biksu buta, heike biwa yang mengiringi cerita Heike, satsuma biwa yang berkembang di era modern dan chikuzen biwa yang telah populer sejak periode Meiji.
Sebuah relik biwa bersenar lima dapat ditemukan di museum Shosoin yang berada di kuil Todaiji. Selain dari gagaku biwa yang digunakan pada Gagaku Imperial Court Music, biwa biasanya digunakan untuk mengiringi pembacaan cerita atau narasi.
Berikut merupakan salah satu demonstrasi permainan biwa yang dapat kamu lihat:
4. Hanami
Salah satu atraksi turis terbesar di Jepang adalah musim semi saat cherry blossom dan sakura bermekaran. Hal ini telah berhasil menarik turis dari berbagai negara untuk mengunjungi Jepang hanya untuk melihat secara langsung bunga bermekaran.
Kata hanami (花見・はなみ) dalam bahasa Jepang sendiri jika diartikan berarti melihat bunga. Namun, tradisi ini secara spesifik berarti melihat bunga cherry blossom. Mengapa demikian?
Cherry blossom disimbolkan sebagai pertanda datangnya musim semi, pergantian waktu dan pergantian alami kehidupan. Bunga cherry blossom hanya akan bersemi dan mekar selama dua minggu, dan setelahnya mereka akan berguguran. Hal ini memiliki filosofi bahwa hidup sangatlah cepat, untuk itu masyarakat Jepang menggunakan momen tersebut untuk merefleksikan hidup mereka sembari memandangi bunga yang bermekaran.
5. Origami
Origami dalam bahasa Jepang memiliki arti ‘melipat kertas’. Dan seperti halnya kebudayaan lain dari Jepang, origami juga berakar dari China. Dikatakan bahwa kertas juga pertama kali ditemukan dan dilipat di China pada abad pertama dan kedua. Pada periode Heian (794-1185), kertas masih merupakan sebuah komoditas yang langka sehingga seni melipat kertas masih digunakan untuk upacara kerajaan, pernikahan dan doa.
Baru pada periode Edo (1600-1868) tradisi ini berkembang sebagai bentuk hiburan bagi para pedagang dan kelas menengah kebawah.
Selain itu, origami juga menjadi simbol peringatan Hari Perdamaian (Peace Day) setiap tanggal 6 Agustus di Jepang. Hal ini berkaitan dengan Sadako sasaki, seorang anak perempuan korban bom atom Hiroshima yang membuat 1000 origami sebelum ia meninggal dunia akibat kanker pada usia 12 tahun. Dan karena hal ini, setiap hari perdamaian Jepang, anak-anak dari seluruh dunia akan mengirimkan origami ke kota Hiroshima untuk memperingati kejadian tersebut.
6. Kabuki
Kabuki (歌舞伎) merupakan sebuah bentuk teater tradisional asal Jepang yang muncul pada periode Edo. ia dikenal sebagai salah satu dari tiga seni teater klasik Jepang, bersama dengan noh dan bunraku. Kabuki juga telah dinamai sebagai salah satu warisan bersejarah tak benda oleh UNESCO.
Kabuki yang ada pada era modern diperankan oleh pria dewasa secara keseluruhan, namun pada mulanya seni ini diciptakan oleh perempuan bernama Izumo no Okuni.
Ia merupakan seorang pendeta Shinto yang mulai memainkan kabuki di awal tahun 1600an di berbagai lokasi sekitar Kyoto. Para perempuan tersebut berperan sebagai karakter perempuan dan juga laki-laki di dalam sebuah parodi kehidupan. Onna-kabuki, atau pemain kabuki perempuan memainkan peran yang kala itu dinilai sugestif, sehingga berhasil memperoleh ketenaran hingga diminta untuk tampil di kerajaan.
Kabuki lantas menjadi hal yang kala itu diasosiasikan dengan prostitusi, karena beberapa pemain juga menawarkan jasa lain. Dari sini, timbullah kepanikan moral hingga puncaknya perempuan dilarang menjadi pemain kabuki pada tahun 1629 hingga saat ini. Karena inilah para pemain kabuki saat ini seluruhnya diperankan oleh pria yang memerankan karakter perempuan dan juga laki-laki.
Berikut merupakan salah satu penampilan kabuki yang dapat kamu simak:
7. Shodo
Shodo (書道) dalam bahasa Jepang sering diartikan sebagai “seni tulis artistik atau menulis indah”. Kata ini juga dapat diartikan sebagai “Seni tradisional kaligrafi Jepang”.
Keindahan dari seni shodo merupakan hasil dari percampuran teknik menulis yang diiringi dengan inner silence dan konsentrasi spiritual.
Seni kaligrafi Jepang berasal dari China ketikan masa dinasti Han. Ia baru diperkenalkan ke masyarakat Jepang pada abad ke 6 M sebagai salah satu cara untuk berkomunikasi antar negara.
Shodo memiliki banyak tujuan bagi masyarakat Jepang. Selain sebagai bentuk kesenian, ia juga dijadikan sebagai salah satu cara berkomunikasi dan pengamalan nilai-nilai Zen, yaitu harmoni dan kebijakan. Kesenian ini diturunkan dari generasi ke generasi dan menekankan keindahan serta keseimbangan dalam menulis.
Kaligrafi Jepang menggabungkan antara puisi, literatur, dan lukisan. Pembuatnya juga harus menggabungkan antara ritme, emosi, estetika, dan spiritualitas hingga menjadi sebuah bentuk kesenian. Shodo merupakan salah satu aspek penting dalam kebudayaan Jepang. Seni menulis kaligrafi ini bahkan diajarkan kepada anak-anak sedari mereka berada di sekolah dasar.
8. Shogi
Shogi merupakan sebuah permainan khas Jepang yang dimainkan oleh dua orang menggunakan papan. Permainan ini sedikit mirip dengan permainan catur, xiangqi (China), dan makruk (Thailand). Namun, shogi memiliki peraturan dan gaya permainan khas yang unik.
Semua permainan tersebut dikatakan berakar dari permainan chaturanga asal India kuno. Seiring dengan tersebarnya permainan tersebut ke seluruh penjuru dunia, ia lantas bercampur dengan sejarah dan kebudayaan yang berada di setiap negara. Dan karenanya, setiap negara tersebut mengembangkan versi permainan mereka sendiri.
Dalam permainan catur biasa, biasanya kamu akan menang jika berhasil mengambil raja milik lawan. Namun di dalam shogi, gyoku (raja) yang telah diambil lawan dapat digunakan kembali olehnya.
9. Ukiyo-e
Cetak blok kayu atau yang biasa dikenal dengan woodblock printing merupakan sebuah teknik mencetak tulisan atau gambar di atas balok kayu. Teknik ini pertama kali dilakukan di China pada periode dinasti Han, sebelum masyarakatnya mengenal kertas.
Di Jepang, teknik ini dinamakan mokuhanga (木版画), dan salah satu genre yang terkenal adalah ukiyo-e. Genre ini merepresentasikan apa yang disebut dengan ‘pictures of the floating world’.
Dengan menggabungkan kata uki (kesedihan) dan yoe (untuk dunia), kata ukiyo-e awalnya merefleksikan konsep ajaran Buddha dimana kehidupan dilihat sebagai ilusi dan transisi yang melibatkan siklus kelahiran, penderitaan, kematian, dan reinkarnasi.
Namun, pada awal periode Edo, kata uki memiliki arti lain, yaitu mengambang.
Gambar yang dibuat biasanya merepresentasikan tempat-tempat “red-light district” pada periode edo, dimana aktivitas sensual sangat didorong saat Jepang berada di bawah kekuasaan para Shogun. Naratif yang dibuat bukan hanya mendokumentasikan kegiatan rekreasi dan kehidupan pada era tersebut, ia juga menggambarkan estetika puisi, alam, spiritualitas, cinta, dan seks.
Subjek pada genre ukiyo-e yang paling populer adalah lingkungan dan masyarakat kelas atas, dan ini termasuk pegulat sumo, aktor teater kabuki, geisha, ksatria, dan karakter lain yang ada di literatur & folklore pada masa itu.
10. Sumo
Sumo (相撲, sumō) merupakan olahraga gulat tradisional khas Jepang yang masih secara luas dipraktikan oleh masyarakatnya. Sumo modern berkembang pada periode Edo dan semenjak itu tidak dilakukan perubahan yang signifikan.
Olahraga ini pertama kali muncul pada zaman Jepang kuno sebagai salah satu pertunjukan yang bertujuan untuk menghibur dewa pada ajaran Shinto. Olahraga ini juga memiliki banyak ritual yang berhubungan dengan kepercayaan religius, seperti purifikasi ring menggunakan garam dan meminum air suci yang hingga kini masih sering dilakukan.
Wasit di pertandingan sumo juga berdandan layaknya pendeta Shinto dan di dalam ring juga biasanya digantung sebuah miniatur kuil Shinto. Lalu pada saat pesumo menaiki ring, mereka biasanya menepuk tangan dengan tujuan untuk memanggil para dewa. Dalam tradisi olahraga sumo, hanya pria yang dapat mengikuti Sumo.
Peraturan pada olahraga ini cukup sederhana. Pemain akan dinyatakan kalah jika salah satu keluar dari ring atau menyentuh tanah selain dengan kaki mereka. Dan yang menarik adalah sebenarnya tidak ada batasan berat badan dalam pertandingan sumo. Pesumo bisa saja melawan orang yang lebih besar atau lebih kecil dari berat badannya. Untuk itu, para pesumo biasanya sengaja menaikan berat badan mereka agar dapat menambah kekuatan.
Berikut merupakan cuplikan pertandingan Sumo yang dapat kamu simak:
Apa sekarang kamu menjadi lebih paham mengenai beberapa kebudayaan unik asal Jepang? Tinggalkan pesan pada kolom komentar jika kamu memiliki pertanyaan, dan jangan lupa untuk bagikan tulisan ini ke teman-temanmu, ya!