Setelah sebelumnya kita telah membahas apa itu herbisida dan fungisida serta manfaatnya dalam dunia pertanian, kali ini sobat kitacerdas akan belajar tentang apa itu insektisida. Sederhananya, insektisida adalah bahan-bahan kimia yang bersifat racun dan dipakai untuk mematikan serangga (insect).
Insektisida termasuk salah satu jenis pestisida yang bekerja dengan efek memengaruhi pertumbuhan, perkembangan, tingkah laku, perkembangbiakan, kesehatan, sistem hormon, sistem pencernaan, hingga kematian pada serangga (segala aktivitas biologis serangga). Serangga yang dimaksud lebih spesifik pada serangga pengganggu tanaman.
Secara umum, zat-zat kimia yang terkandung dalam insektisida yang difungsikan untuk membunuh hama serangga dilakukan dalam dua mekanisme yaitu, meracuni makanannya (tanaman) dan meracuni serangga secara langsung. Salah satu jenis pestisida ini merupakan kolaborasi dari campuran zat kimia dan racun yang ampuh di kalangan petani kebanyakan.
Penggunaan insektisida yang termasuk dalam jenis pestisida ini, telah diatur dalam Undang-Undang yaitu No. 12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman. Merupakan zat pengatur dan perangsang tumbuh, bahan lain, dan organisme renik, atau virus yang digunakan untuk dapat melakukan perlindungan tanaman.
Penjelasan singkat mengenai apa itu insektisida bisa kamu simak dari video berikut:
Sejarah Singkat Penggunaan Insektisida
Beberapa sumber menjelaskan bagaimana manusia telah menggunakan insektisida beberapa ratus tahun dari sekarang. Para pekerja kebun diketahui telah menggunakan pelindung tanaman berzat kimia sejak awal tahun 1800-an.
Terdapat juga beberapa data sejarah tentang penggunaan sabun untuk melindungi tanaman dari ancaman serangga. Sabun yang terbuat dari minyak ikan paling banyak digunakan meski cara ini sering membuat tanaman mati. Beberapa orang menyebut bahwa cara itu cukup efektif, meski perlu penggunaan berkali-kali.
Beberapa sumber lain menyebutkan bahwa para petani saat itu juga menggunakan campuran bawang putih, bawang merah, lada, atau berbagai jenis rempah lainnya, namun sayangnya tidak begitu efektif membunuh serangga.
Catatan sejarah menyebutkan penggunaan insektisida sintetik pertama dimulai pada tahun 1930-an dan meluas setelah perang dunia II berakhir. Pada tahun 1945 hingga tahun 1965, insektisida golongan organoklorin dipakai secara meluas baik untuk pertanian hingga kehutanan.
Insektisida DDT menjadi salah satu produk yang paling terkenal dan dijual di pasaran pada tahun 1964. Setelah itu, pada tahun 1970-an mulailah bermunculan golongan insektisida sintetik lain seperti organofosfat, karbamat, dan pyrethroid.
Sejak tahun 1995, tanaman transgenik yang membawa gen resistensi terhadap serangga mulai digunakan.
Untuk lebih jelasnya mengenai sejarah bagaimana sejarah manusia menggunakan pestisida, kamu bisa simak video di bawah ini:
Kandungan dan Jenis Insektisida
Penggolongan insektisida dapat dibedakan dari beberapa klasifikasi antara lain:
Insektisida Organik
Merupakan insektisida dari bahan kimia yang dapat mengandung unsur karbon yang mampu membunuh serangga yang menurunkan kualitas tanaman. Insektisida ini juga dapat disebut sebagai insektisida hayati atau alami, karena diperoleh dari makhluk hidup.
Jika kamu ingin tahu bagaimana membuat insektisida organik dari rumah, video berikut mungkin bisa menjelaskannya dengan mudah:
Insektisida Anorganik
Bila insektisida organik bersifat alami dan dapat diproduksi secara rumahan, insektisida anorganik adalah kebalikannya. Insektisida anorganik adalah bahan kimia yang secara besar diproduksi perusahaan yang fokus pada penghancur hama, namun tetap harus sesuai takaran dan ketentuan dalam penggunaannya.
Video di bawah ini dapat menjelaskan bagaimana bentuk dari insektisida anorganik tersebut:
Insektisida Sintetik
Insektisida sintetik memiliki beberapa golongan besar dengan berbagai tujuan:
- Senyawa Organofosfat
Golongan insektisida ini tersusun dan berasal dari molekul organik dengan penambahan fosfat. Ragam insektisida yang masuk dalam golongan ini, antara lain:
- Chlorpyrifos
- Chlorpyrifos-methyl
- Diazinon
- Dichlorvos
- Pirimphos-methyl
- Fenitrothion
- Malathion
- Senyawa Organoklorin
Insektisida golongan ini diciptakan dari molekul organik dengan penambahan klorin. Insektisida ini memiliki sifat sangat persisten, yaitu di mana ketika senyawa ini masih tetap aktif hingga bertahun-tahun lamanya. Hal inilah yang membuat penggunaannya kini dilarang karena memberikan dampak buruk pada lingkungan. Contoh dari insektisida ini adalah:
- Lindane
- Chlordane
Video berikut dapat menjelaskan bagaimana insektisida jenis chlordane digunakan pada tahun 1959. Sebelum akhirnya insektisida ini dilarang penggunaannya di Negara Amerika Serikat secara menyeluruh pada tahun 1988.
- DTT
Sebuah klip video pada tahun 1946 ini menunjukkan bagaimana DDT dapat membunuh serangga lalat. Meskipun terbukti ampuh, namun para ahli kesehatan mencekal penggunaannya setelah terbukti dapat menyebabkan tumbuhnya sel kanker pada manusia.
Negara Amerika Serikat telah mencekal penggunaannya sejak tahun 1973.
- Karbamat
Golongan insektisida karbamat sangat efektif mematikan banyak jenis hama pada suhu tinggi dan meninggalkan residu dalam jumlah sedang. Meskipun demikian, insektisida karbamat akan terurai pada suasana yang terlalu basa.
Salah satu produk karbamat yang banyak digunakan adalah:
- bendiokarbamat
- Pyrethrin/Pyrethroid Sintetik
Insektisida ini dibagi menjadi dua kategori, yaitu bersifat fotostabil dan bersifat tidak non fotostabil namun kemostabil. Produknya sering dicampur dengan senyawa lain untuk menghasilkan efek yang lebih baik. Salah satu produk dari insektisida golongan ini adalah:
- Permethrin
- Pengatur Tumbuh Serangga
Insektisida golongan ini berisi hormon yang berperan dalam siklus pertumbuhan serangga, fungsinya seperti menghambat perkembangan normal dari serangga. Contoh produk dari golongan insektisida ini antara lain:
- Methoprene
Video berikut menjelaskan bagaimana insektisida jenis methoprene berpengaruh pada lingkungan dan kesehatan pada manusia.
- Hydramethylnon
- Pyriproxyfen
- Flufenoxuron
- Fumigan
Fumigan merupakan gas-gas yang mudah menguap dan dapat membunuh hama serangga. Insektisida fumigan hanya diizinkan digunakan oleh orang-orang terlatih karena resiko dari tingkat toksisitasnya yang tinggi. Contoh insektisida ini seperti:
- Metil Bromida (CH3Br)
- Aluminium Fosfit
- Magnesium Fosfit
- Kalsium Sianida
- Hidrogen Sianida
Insektisida Hayati
Insektisida sudah dikenal sebagai alat pembunuh serangga atau hama yang menggunakan senyawa sintetik, tetapi nyatanya juga terdapat insektisida alami yang menggunakan bahan dasar dari bakteri, pohon, hingga bunga.
Insektisida ini pun terbukti ampuh dan mengurangi dampak buruk kepada lingkungan dan kesehatan manusia. Berikut beberapa insektisida hayati yang menggunakan unsur-unsur alami:
Silica (SiO2)
Adalah insektisida anorganik yang memiliki sistem kerja dengan menghilangkan selubung lilin pada kutikula serangga sehingga menyebabkan mereka mati lemas. Insektisida jenis ini acap kali dibuat dari tanah diatom (kieselguhr), yang tersusun dari molekul diatom bacillariophyceae.
Asam Borat (H3BO3)
Membasmi hama semut, para petani cukup sering menggunakan asam borat sebagai insektisida anorganik yang dipakai untuk menarik perhatian semut.
Pyrethrum
Merupakan insektisida organik alami yang berasal dari kepala bunga tropis krisan. Senyawa yang dihasilkannya dapat menghambat serangga yang baik pada konsentrasi rendah. Senyawa ini sangat mahal karena berkaitan dengan proses ekstraksinya.
Retenon
Insektisida organik alami ini diperoleh dari pohon Derris. Senyawa ini berfungsi menyerang permukaan tubuh hama. Salah satu tanaman yang mengandung rotenon adalah daun kacang babi Tephrosia vogelii. Daun kacang babi efektif dalam mengendalikan hama Crocidolomia pavonana, Nilaparvata lugens, Myzus persicae.
Neem
Insektisida organik ini berasal dari ekstrak pohon neem (azadirachta indica). Ekstrak dari pohon neem menyebabkan terganggunya aktivitas sistem pencernaan serangga, khususnya golongan Lepidoptera (ngengat dan kupu-kupu beserta larvanya).
Ekstrak neem juga berperan sebagai pengatur tumbuh yang menyebabkan beberapa jenis serangga terus berada pada kondisi larva dan tidak bisa tumbuh dewasa dan berkembang.
Bakteri Bacillus thuringiensis
Bakteri ini memproduksi toksin Bt yang mampu mematikan serangga yang memakannya. Toksin Bt aktif pada pH basa dan menyebabkan saluran pencernaan serangga rusak (berlubang) hingga berujung pada kematian.
Para peneliti yang ahli di bidangnya telah berhasil memindahkan gen yang berperan dalam produksi toksin Bt dari B.thuringiensis ke tanaman kapas sehingga serangga yang memakan tanaman kapas tersebut akan mati.
Berikut video yang bisa kamu simak untuk penjelasan mengenai bakteri Bacillus thuringiensis:
Ragam Insektisida
Selain dari beberapa jenis insektisida yang telah terbagi dalam beberapa kategori, berikut terdapat beberapa contoh insektisida yang sering digunakan oleh para petani dalam memaksimalkan hasil pertanian, di antaranya:
Merek : CASCADE
Nama bahan aktif : Flufenoksuron 50 gr/l
Formulasi : 50 EC
Bobot/volume : 300 ml
Jenis pestisida : Insektisida cair
Merek : FURADAN
Nama bahan aktif : Karbofuran 3%
Formulasi : 3GR
Bobot/volume : 2 kg
Jenis pestisida : Sistemik
Merek : DECIS
Nama bahan aktif : Deltametrin 25 gr/l
Formulasi : 2,5 EC
Bobot/volume : 500 ml
Jenis pestisida : Insektisida cair
Merek : CURATERR
Nama bahan aktif : Karbofuran 3%
Formulasi : –
Bobot/volume : 2 kg
Jenis pestisida : Insektisida
Merek : SEVIN
Nama bahan aktif : Karbani 85%
Formulasi : 85 S
Bobot/volume : 500 g
Jenis pestisida : Insektisida
Merek : MARSHAL
Nama bahan aktif : Karbonsulfat 25,53%
Formulasi : 25 ST
Bobot/volume : 20 g
Jenis pestisida : Insektisida
Merek : BVR (Beauveria Bassiana)
Nama bahan aktif : –
Formulasi : –
Bobot/volume : 100 g
Jenis pestisida : Insektisida
Efek Buruk Insektisida
Penggunaan insektisida secara berlebihan dan tidak sesuai takaran akan membuat ketidakseimbangan bahkan efek buruk bagi lingkungan. Efek buruk penggunaan insektisida yang berlebihan dapat mengancam dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Insektisida yang dipakai sering kali menyerang organisme non target seperti burung dan makhluk hidup lainnya. Hal ini yang membuat kekhawatiran penggunaan insektisida berpotensi membahayakan makhluk hidup lainnya.
Kenyataannya dalam penerapan insektisida oleh petani sering kali digunakan melebihi dosis yang ditentukan. Beberapa petani beranggapan bahwa semakin banyak insektisida yang diaplikasikan maka akan semakin bagus hasil yang diperoleh. Hal ini tentu jelas salah, bahkan penggunaan insektisida yang terlalu banyak justru mengakibatkan tingginya jumlah residu pestisida pada hasil panen yang nantinya akan dikonsumsi manusia atau makhluk hidup lainnya.
UN atau PBB mengeluarkan data bahwa sebanyak 200 ribu orang meninggal dunia setiap tahunnya akibat keracunan pestisida atau insektisida. Insektisida sintetik yang digunakan juga menimbulkan masalah lingkungan, dikarenakan insektisida tertentu dapat tersimpan di dalam tanah selama bertahun-tahun, dapat merusak komposisi mikroba tanah, serta mengganggu ekosistem perairan.
Video berikut cukup bisa menjelaskan bagaimana insektisida dapat mengancam kesehatan manusia:
Selain pengaruh bahan insektisida sintetik yang mengancam kesehatan manusia, terdapat juga masalah selanjutnya yang diakibatkan oleh penggunaan bahan kimia ini secara berkelanjutan, yaitu, resistensi insektisida.
Resistensi insektisida adalah suatu kenaikan proporsi individu dalam populasi yang secara genetik memiliki kemampuan untuk tetap hidup meski terpapar satu atau lebih senyawa insektisida.
Peningkatan individu ini disebabkan karena matinya individu atau kelompok serangga yang sensitif terhadap insektisida, sehingga memberikan peluang bagi individu yang resisten untuk terus berkembang biak dan hidup meneruskan gen resistensi pada keturunannya. Hal ini secara sederhananya merupakan ketidakseimbangan yang terjadi karena matinya sekelompok serangga yang lemah terhadap insektisida dan memunculkan serangga yang lebih kuat.
Berikut penjelasan mengenai resistensi insektisida yang lebih mudah untuk kamu pahami:
Kesimpulan
Hama masih menjadi hambatan dan tantangan yang mengancam petani. Penggunaan insektisida tentu memberikan pengaruh besar terhadap hasil panen. Perlunya pengendalian yang jelas dan ampuh adalah solusi yang singkat bagi para petani pada umumnya. Termasuk jika harus menggunakan insektisida sintetik secara berlebihan.
Meski terbilang ampuh, namun tetap memiliki dampak jangka pendek dan jangka panjang yang merugikan. Tantangan ini perlu dijawab ke depannya oleh para pengembang teknologi pertanian yang memiliki visi yang lebih baik lagi dalam menangani permasalahan hama.
Beberapa bahan insektisida telah dibatasi penggunaannya dan bahkan dilarang di beberapa negara, namun perlu solusi alternatif yang bisa digunakan oleh para petani untuk mengurangi insektisida kimia. Salah satu langkahnya dengan cara menggunakan insektisida nabati.
Insektisida nabati adalah bahan aktif tunggal atau majemuk yang berasal dari tumbuhan yang digunakan untuk mengendalikan hama. Insektisida nabati dapat berfungsi sebagai penolak, penarik, antifertilitas, pembunuh, dan lainnya. Sifat dari insektisida ini pun umumnya tidak berbahaya bagi manusia ataupun lingkungan, karena mudah terurai dibandingkan dengan insektisida sintetik (kimia).
Meskipun secara keseluruhan insektisida nabati tidak bisa bekerja secara cepat sebagai pengganti insektisida sintetik, namun insektisida nabati dapat mengurangi jumlah penggunaan insektisida sintetik, jika kedua insektisida tersebut digunakan secara bersamaan.
Penggunaan insektisida nabati memiliki tingkat keamanan yang lebih bagus jika dibandingkan dengan racun senyawa-senyawa anorganik. Hal ini dikarenakan molekul yang sebagian besar terdapat pada insektisida alami akan terurai menjadi senyawa-senyawa yang tidak membahayakan lingkungan.
Bagaimana sobat kitacerdas, apakah sudah memahami bagaimana fungsi insektisida dan ragamnya? Jika kamu masih memiliki pertanyaan terkait insektisida, kamu bisa menulisnya di kolom komentar dan bagikan tulisan ini ke teman-temanmu, ya.