Indonesia adalah salah satu negara yang kaya dengan keberagaman budayanya yang mengagumkan. Dari ujung timur hingga ke barat, terdapat 1.340 (sesuai data BPS di tahun 2010) suku bangsa yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia. Hampir semua daerah mempunyai budaya dan istiadat yang menjadi ciri khas daerahnya, salah satunya adalah kain.
Tim kitacerdas akan membahas beberapa kain tradisional peninggalan nenek moyang kita yang sampai sekarang masih dilestarikan sebagai kebanggaan budaya bangsa.
1. Kain Batik
Siapa yang tidak kenal kain yang satu ini? Jika berbicara mengenai kebudayaan bangsa, pasti kain yang satu ini selalu masuk ke dalam jajaran tersebut. Kata batik sendiri berasal dari kata tik yang berarti titik. Terinspirasi dari cara membuatnya yang menggabungkan titik-titik dalam kain hingga membentuk sebuah motif.
Di Indonesia, batik sudah ada sejak zaman kerajaan Majapahit. Zaman dahulu batik hanya dipakai oleh keluarga kerajaan atau orang yang memiliki kekuasaan tinggi. Namun seiring perkembangan zaman, batik dipakai oleh masyarakat secara luas hingga menjadi ciri khas orang Indonesia.
Batik dibuat dengan cara membuat pola menggunakan lilin yang ditorehkan ke kain menggunakan canting. Setelah semua pola selesai dibuat, kain akan dicelup ke dalam pewarna. Setelah itu diproses berkali-kali hingga akhirnya jadi selembar kain dengan motif yang mengesankan.
Batik tulis cenderung lebih mahal karena proses pembuatannya yang rumit dan membutuhkan waktu yang cukup lama. Namun karena permintaan akan batik yang tinggi, maka dibuatlah batik cetak yang diproduksi secara masal menggunakan mesin dengan motif yang sudah ditentukan.
Persebaran batik meluas hampir ke setiap daerah Indonesia. Beberapa daerah sentra produksi batik di Indonesia seperti Yogyakarta, Solo, Pekalongan, Semarang, Kediri, Madura, Banyuwangi dan beberapa daerah lainnya. Semuanya memiliki motif yang beraneka ragam. Namun secara garis besar, motif batik biasanya berupa benda-benda khas daerahnya atau pola tumbuh-tumbuhan dan buah.
2. Kain Songket
Kain Songket adalah kain tradisional khas dari daerah Minangkabau yang masih dikerjakan secara manual sehingga dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk menghasilkan satu kain songket yang baik. Kain ini dalam pembuatannya perlu kesabaran dan ketelitian.
Kata songket sendiri dalam bahasa setempat mengandung arti mengait. Seorang pengrajin kain songket harus ahli dalam mengaitkan benang warna emas dan perak dalam rangkaian sehingga membentuk pola-pola yang sangat khas. Sampai saat ini pola yang dikenal dari kain songket adalah pola Saik Kalamai, Buah Palo, Barantai Putiah, Barantai Merah.
3. Kain Ulos
Kain Ulos adalah kain jenis tenun khas suku Batak Sumatera Utara. Kata Ulos sendiri berarti kain dalam bahasa setempat. Kain ini dominan sekali dengan warna merah, hitam, ungu dan putih. Seorang pengrajin akan membuat pola pada rangkaian benang sehingga menjadi motif yang khas. Kain ini dipercaya memberikan kehangatan dan menolak bahaya, sehingga kain Ulos sering diberikan kepada seorang wanita yang hamil.
Selain itu, kain Ulos juga banyak dipakai pada acara besar seperti pernikahan, kematian, dan kelahiran. Dalam perkembangannya, kain los tidak hanya dipakai dalam acara adat tetapi kegiatan penting lain oleh orang Batak sebagai identitas diri.
4. Kain Tenun Ikat
Kain tenun Ikat hampir sama dengan kain Songket. Hanya pola dan daerah asal saja yang membedakannya. Kain Ikat berasal dari daerah Nusa Tenggara dan sekitarnya. Kain ini dibuat dengan menggunakan alat sederhana yang dikerjakan dengan tangan.
Bahan yang digunakan adalah benang pakan atau lungsing yang terlebih dahulu diikat lalu dicelupkan ke pewarna alami. Setelah itu mulai dibuat pola dan mulai penyusunan benang hingga menjadi kain sesuai panjang yang dikehendaki.
5. Kain Tenun Dayak
Tenun khas suku dayak ini sudah dibuat sejak zaman dahulu di mana setelah selesai berladang, para wanita dayak akan mulai menenun. Hal ini dilakukan untuk mengisi waktu senggang jika tidak ada pekerjaan lain. Dalam pembuatannya, kain tenun ini menggunakan alat tradisional yang bernama gedog. Kain dibuat dengan menyusun benang satu persatu sehingga membuat satu kain saja akan memerlukan waktu yang sangat lama.
Motif dalam kain tenun Dayak biasanya berupa flora, fauna, dan alam sekitar tempat mereka tinggal. Dibuat dengan warna yang sangat cerah dengan pewarna benang alami dari tumbuh-tumbuhan dari hutan. Kain ini menjadi identitas diri orang Dayak sehingga mereka akan selalu menggunakan kain tenun ini, beberapa acara pertunjukan kebudayaan Dayak dan juga kain tenun Dayak menjadi daya tarik para turis baik lokal maupun mancanegara.
6. Kain Sasirangan
Kain adat milik suku Banjar di Kalimantan Selatan ini dibuat dengan cara diikat, lalu dicelupkan dalam berbagai warna sehingga menghasilkan motif beragam. Berbeda dengan jenis tie dye, sasirangan menampilkan desain yang lebih formal dan elegan.
Kain tradisional ini dibuat oleh suku Banjar yang bermukim di Provinsi Kalimantan Selatan. Sirang adalah asal muasal kata Sasirangan. Arti dari kata tersebut adalah dijahit dengan tangan dan dijelujurkan benangnya. Bahan dasar berupa kain katun atau mori, selanjutnya digambari aneka motif khas. Kemudian disirang atau dijelujur sesuai motif yang telah dibuatnya.
Keunikan dari kain tradisional ini terlihat pada coraknya yang menampilkan khas alam dan budaya Kalimantan. Sedikitnya terdapat 30 motif sasirangan yang sangat digemari oleh warga setempat dan wisatawan. Beberapa diantaranya adalah motif daun taruju, kulat ka rikit, naga balimbur, bayam raja dan sebagainya. Kampung Sasirangan di Kecamatan Banjarmasin Tengah merupakan sentra pembuatan kain khas tersebut.
7. Sarung Bugis
Kain tenun yang satu ini termasuk spesial karena berasal dari bahan sutera dengan rangkaian benang emas dan perak. Kain tradisional Makassar ini juga menampilkan perpaduan warna yang agak ramai dan motif kotak, sehingga penampilan pesta kamu akan kelihatan berbeda.
8. Lurik
Kain yang banyak ditemukan di Solo dan Yogyakarta ini sudah naik kelas, lho. Lurik yang dulunya dikenal sebagai jenis kain murah karena terbuat dari bahan katun biasa ini sekarang banyak banget dijadikan elemen tambahan pada kemeja, kebaya, blus, hingga dress. Motif garis klasik dalam nuansa warna solid membuat tampilan baju biasa lebih menarik.
9. Tapis
Kain asal Lampung dengan berbagai motif lokal yang khas banget. Belum banyak yang memakai kain jenis ini untuk dimanfaatkan sebagai bahan dress ataupun kemeja. Sebab, termasuk kain adat yang hanya dipakai pada momen-momen tertentu. Rata-rata harganya sekitar Rp 1 juta.
Kain tradisional ini berasal dari Lampung. Peralatan tradisional masih digunakan sebagai sarana menyulam kain tapis. Para gadis di Lampung menyulam kain ini di rumahnya masing-masing. Waktu pengerjaannya biasanya memerlukan beberapa bulan lamanya. Hasil kainnya biasanya mencerminkan kepribadian dari pembuatnya.
Kain tapis tersusun dari kain berwarna gelap. Warna gelap tersebut dihasilkan dari bahan pewarna alami. Kemudian setelah proses itu barulah diterapkan proses penyulaman dengan benang emas. Pada umumnya tapis tampil dengan motif flora, fauna, piramida dan zig zag.
10. Besurek
Bengkulu adalah daerah yang menghasilkan kain tradisional ini. arti dari Besurek adalah bertuliskan atau bersurat. Penamaan kain tersebut disebabkan motifnya menampilkan kaligrafi atau huruf arab gundul. Oleh karena motif tersebut sangat dipengaruhi oleh kebudayaan Islam.
Motif tersebut yang membedakan kain besurek dengan kain batik Jawa. Tetapi kalau diperhatikan dari teknik pembuatannya sama dengan kain batik Jawa. Sedangkan untuk pewarnaannya lebih mengandalkan warna yang beragam dan lebih cerah.
Kain yang masih memiliki hubungan dekat dengan batik ini dipengaruhi oleh budaya Arab, lho. Besurek terbilang sangat unik karena memadukan tulisan kaligrafi pada motifnya. Kebanyakan, kain ini digunakan untuk bahan kemeja pria.
Apakah informasi di atas memberikan pengetahuan yang berguna untuk kamu? Tinggalkan pertanyaan dan pesanmu di kolom komentar, serta jangan lupa untuk membagikan tulisan ini kepada teman-temanmu, ya!