Burung murai batu (Copsychus malabaricus), atau yang dalam bahasa Inggris disebut dengan The white-rumped shama, merupakan salah satu jenis burung kicau berukuran kecil yang termasuk ke dalam famili Muscicapidae. Sebelumnya, burung ini diklasifikasikan ke dalam anggota famili turdidae.
Burung ini biasa ditemukan di daerah vegetasi, seperti di sub-kontinen India dan Asia Tenggara. Namun karena ia semakin sering dipelihara oleh manusia, murai batu kini telah diperkenalkan ke wilayah-wilayah lainnya. Di Indonesia sendiri, burung ini terdapat di seluruh pulau Sumatera, sebagian pulau Jawa dan Kalimantan.
Karena letak penyebarannya yang semakin luas, ia tidak memenuhi kriteria untuk dimasukan dalam kategori hewan terancam (Vulnerable). Namun begitu, tidak dapat dipungkiri bahwa keberadaannya di berbagai wilayah menjadi kian berkurang karena perburuan besar-besaran dan kerusakan lingkungan hutan sebagai habitatnya.
Untuk itu, lembaga Konservasi Internasional (IUCN) yang mengatakan bahwa burung murai batu di Indonesia perlu mendapatkan perhatian khusus karena jumlahnya sudah semakin berkurang. Sehingga oleh pemerintah Indonesia burung ini masuk dalam salah satu satwa yang dilindungi.
Murai batu merupakan kelompok burung yang dikenal sangat teritorial dan kuat dalam mempertahankan wilayahnya. Khususnya pada saat musim kawin, pejantan akan mempertahankan sekitar 0.09 ha dari teritorinya. Namun hal ini mungkin akan berbeda pada saat bukan musim kawin.
Sedikit mirip dengan burung kacer, warna tubuhnya hampir seluruhnya hitam, kecuali bagian bawah badannya yang berwarna merah cerah hingga jingga kusam, juga sedikit biru di bagian kepala. Ekor burung murai batu bila ditegakkan dalam keadaan terkejut atau berkicau bisa mencapai 30 cm.
Untuk perbedaan jenis kelamin pada burung jantan dan betina, burung ini memiliki perbedaan yang sangat signifikan dan jelas. Dari tampilan fisik, untuk jantan memiliki bentuk tubuh yang lebih besar dibandingkan dengan betina. Dan untuk suara kicauan yang dihasilkan, burung jantan memiliki suara yang jauh lebih keras dan bervariasi dibandingkan dengan betina.
Di daerah Asia Tenggara, periode musim kawin burung murai batu dimulai dari bulan Januari hingga September. Namun utamanya mereka akan bertelur dari bulan April hingga Juni dan menelurkan 4 hingga 5 telur.
Masa inkubasi telur akan berlangsung selama 12 hingga 15 hari hingga kemudian menetas. Mereka lantas akan meletakkannya di sarangnya yang terdapat di lubang pohon. Sarang dibangun oleh betina, lalu pejantan bertugas untuk menjaga teritori sarang tersebut.
Untuk menarik perhatian betina, murai batu jantan akan mengeluarkan kicauan nyaring yang akan diikuti oleh goyangan ekor mereka. Jika si betina menolak ajakan kawin tersebut, ia akan memberikan gestur mengancam dengan membuka paruh mereka.
Burung murai batu biasa memakan serangga jika di alam liar, sedangkan di penangkaran mereka biasa diberi makan legume kering dengan telur atau daging mentah.
Kicauan burung murai batu dikenal melengking dan menyerupai melodi, yang mana membuat mereka populer di daerah Asia Tenggara & Asia Selatan untuk dijadikan burung peliharaan yang dilombakan dalam kejuaraan burung kicau.
Ia mampu mengeluarkan suara yang lantang namun jelas, kadang juga dapat menyerupai suara burung lain. Mereka juga biasa mengeluarkan suara ‘Tck’ saat mencari makan atau sebagai sinyal bahaya.
Berikut merupakan salah satu cuplikan indahnya kicauan murai batu:
Jenis-Jenis Murai Batu Yang Terdapat di Indonesia
1. Murai Batu Aceh
Murai Batu Aceh, termasuk salah satu burung yang mengagumkan juga dengan badan yang lebih kecil dari jenis lainnya, namun mempunyai ekor yang dapat mencapai 30 cm. Burung yang banyak ditemukan di daerah Aceh dan Sumatera Utara ini mempunyai mental petarung yang baik, juga suara yang nyaring sehingga menjadi incaran para penggemar burung kicau.
2. Murai Batu Medan
Murai Batu Medan mempunyai ciri dimana ekornya melengkung panjang dan agak tipis. Ukurannya bisa mencapai 30 cm. Ia memiliki kicauan yang keras dan melengking juga mempunyai mental petarung yang baik dan berani sehingga populer sebagai burung lomba. Di alam bebas, burung ini akan berkicau dengan mengembangkan dada dan perutnya sehingga kelihatan begitu elok dan begitu menantang.
3. Murai Batu Nias
Burung asal Nias ini terkenal dengan kecerdasan dalam menirukan suara kicau burung lainnya bahkan juga suara manusia sekalipun. Karena inilah ia menjadi salah satu burung favorit penggemar burung. Burung jenis ini memiliki panjang ekor sekitar 15 cm sampai 20 cm yang hitam pekat yang menjadikan ciri khas burung asal Nias ini.
4. Murai Batu Lampung
Murai asal Lampung mempunyai ekor yang lebih pendek dan kaku dari pada jenis lainnya dengan panjang hanya sekitar 10 sampai 18 centimeter, dikenal mempunyai stamina yang cukup baik sehingga dapat berkicau dengan keras dalam waktu yang cukup lama, mempunyai suara kicauan yang cukup baik dan mampu meniru suara kicau burung lain namun jenis kicauan kurang bervariasi atau cenderung mengulang.
5. Murai Batu Borneo
Salah satu burung murai asal Kalimantan yang mulai mendapat tempat di hati para penghobi burung berkicau tanah air, burung ini juga mempunyai penampilan dan kemampuan kicauan karakter suara gacor dan mental baja yang mengagumkan dan sering mengembangkan bulunya saat berkicau tidak seperti murai asal Sumatera yang suka ngeplay saat berkicau.
Burung ini dikenal sebagai burung agresif yang selalu menentang jika mendengar kicauan burung lain terutama di habitat aslinya, mempunyai ciri panjang ekor antara 8 hingga 13 centi meter termasuk ukuran ekor yang relatif lebih.
Apakah informasi di atas memberikan pengetahuan baru bagimu? Tinggalkan pertanyaan dan pesan di kolom komentar serta jangan lupa untuk membagikan tulisan ini jika kamu menyukainya.