belajar majas

Belajar Gaya Bahasa: Pengertian Majas Beserta Contoh-contohnya

Intro Pengertian Majas dan Jenis secara umum

Sudah saatnya kamu bisa berbahasa Indonesia dengan gaya bahasa yang tidak biasa. Sebelum kamu berbangga dengan berbagai idiom bahasa asing yang terlihat “cool” ketika menulis, alangkah baiknya kamu juga menguasai majas yang menarik untuk memperkaya perbendaharaan bahasamu.

Majas atau gaya bahasa merupakan penyampaian sebuah pesan secara imajinatif dan kias. Penggunaan majas dalam tulisan memberikan efek tertentu kepada pembaca yang dapat menggugah emosi dan menjadikan karya sastra lebih hidup. Majas bersifat tidak sebenarnya alias kias ataupun konotasi dengan bahasa imajinatif.

Jenis-jenis majas secara umum dapat dibedakan menjadi majas perbandingan, majas pertentangan, majas sindiran, dan majas penegasan. Setiap pengelompokkan majas ini tentunya berpengaruh terhadap cara pengungkapan dan makna kiasan.

Setiap jenis mempunyai berbagai macam majas lainnya. Namun, hanya beberapa macam majas yang sering diajarkan di bangku sekolah ataupun diketahui secara umum. Berbagai jenis majas digunakan sesuai dengan arah pembicaraan atau efek gaya bahasa yang diinginkan.

Di dalam menulis karya sastra, termasuk puisi dan prosa, majas sangat sering digunakan. Umumnya, puisi dapat menggunakan lebih banyak majas dibandingkan prosa. Majas digunakan oleh pengarang dalam memaparkan gagasannya sesuai dengan tujuan dan efek yang ingin dicapai.

Agar sobat kitacerdas lebih paham mengenai majas dan ragamnya, berikut telah kami rangkum apa saja jenis-jenis beserta contohnya.

Jenis-jenis Majas dan Penggunaannya

Majas perbandingan

Majas perbandingan adalah suatu gaya bahasa berkias yang menyatakan perbandingan dengan tujuan untuk menambah kesan atau memberi pengaruh pada yang mendengar dan membacanya. Majas ini digunakan untuk menyandingkan atau membandingkan suatu objek dengan objek lain melalui proses penyamaan, kelebihan, ataupun penggantian.

Majas perbandingan memiliki subjenis lainnya, seperti:

  • Majas Personifikasi

Majas personifikasi adalah gaya bahasa yang menggambarkan suatu benda dengan memberikan sifat-sifat manusia kepada benda-benda mati sehingga seolah-olah seperti benda hidup.

Contoh:

-Kereta api tua itu meraung-raung di tengah kesunyian malam.

-Pena itu menari-nari di atas meja.

-Angin berbisik lembut menyampaikan salamku padanya.

  • Majas Tropen

Majas tropen merupakan majas yang menggunakan kata-kata yang tepat atau sejajar dalam menggambarkan kondisi atau pengertian tertentu.

Contoh:

Rani pun telah terbang ke kampungnya, maka jangan kau hanyut dalam kesedihan berkepanjangan.

Penjelasan: Perbandingan yang diutarakan dalam kalimat tersebut adalah, jangan sedih yang berkepanjangan karena Rani telah pergi juga.

  • Majas Metafora

Majas metafora merupakan majas yang menggunakan suatu benda atau objek untuk menggambarkan sifat yang ingin diutarakan.

Contoh:

  • Meskipun Nada adalah anak emas, dia tidak pernah manja pada orang tuanya.

Penjelasan: Anak emas berarti anak kesayangan, bukan anak yang terbuat dari emas.

  • Warga yang ketahuan mencuri akan menjadi buah bibir orang-orang di sekitarnya.

Penjelasan: Buah bibir berarti bahan pembicaraan, bukan buah yang berbentuk bibir.

  • Montis adalah bunga desa yang selalu mengagumkan.
  • Majas Asosiasi

Merupakan gaya bahasa yang membandingkan dua objek berbeda namun, dianggap sama. Umumnya majas ini diberikan kata sambung seperti “bak, bagaikan, dan seperti”.

Contoh:

  • Burhan selama di penjara bak burung di dalam sangkar.
  • Anna sudah lama tidak terlihat bagaikan ditelan bumi.
  • Majas Hiperbola

Majas hiperbola adalah gaya bahasa yang mengungkapkan sesuatu secara berlebihan, bahkan terkesan tidak masuk akal.

Contoh:

  • Pria itu memiliki semangat yang keras seperti baja, tentu ia akan menjadi orang sukses.
  • Harga bahan bakar bensin membumbung tinggi.
  • Ibu itu terkejut setengah mati ketika mendengar anaknya tidak lulus UN.
  • Bapakku membanting tulang demi menghidupi keluarga.
  • Majas Eufemisme

Gaya bahasa yang mengganti kata-kata yang dianggap kurang baik atau kasar dengan padanan kata yang lebih halus.

Contoh:

  • Setiap kantor dan ruang publik wajib memiliki fasilitas bagi para difabel.

Penjelasan: difabel digunakan sebagai pengganti frasa “cacat”.

  • Penyandang tuna rungu bisa mengakses layanan perpustakaan kampus.
  • Kasus kriminal yang dilakukan orang itu membawanya ke hotel prodeo.
  • Pengidap gangguan jiwa perlu mendapatkan layanan khusus agar tidak membuat masyarakat resah.
  • Majas Alegori

Majas alegori merupakan gaya bahasa yang menyandingkan suatu objek dengan kata-kata kiasan bermakna konotasi atau ungkapan.

Contoh:

  • Jika sudah sampai pada dermaga kehidupan, pada anaklah kita akan berlabuh.
  • Dinda sedang mencari pelabuhan cintanya, dan pada Reno lah ia berlabuh.
  • Dalam pertarungan mencari jati diri, diri kita sendirilah petarungnya, dan orang tua adalah pelatihnya.
  • Pertandingan politik ini, membutuhkan kapten yang tepat.
  • Di dalam perlombaan memenangkan hati, jurinya adalah perasaan.
  • Majas Simbolik

Gaya bahasa dengan ungkapan yang membandingkan antara manusia dengan sikap makhluk hidup lainnya.

Contoh :

  • Putri sosok bunga desa yang banyak memiliki kelebihan.

Keterangan: bunga desa menunjukkan sosok yang banyak dikagumi.

  • Perempuan itu memang jinak-jinak merpati.
  • Kebanyakan perempuan itu memang malu-malu kucing.
  • Dela sangat berani seperti raja hutan.
  • Winda disebut-sebut sebagai kembang desa yang dikagumi semua pria.
  • Yuni seperti ratu lebah yang dipuja oleh banyak orang.
  • Dian yang masih menyendiri hingga sekarang memang layak dianggap bunga teratai, indah tapi susah dijangkau.

Majas ini juga bisa dijelaskan sebagai gaya bahasa yang melukiskan sesuatu dengan memakai simbol atau lambang dalam menyatakan maksud.

Contoh:

  • Ungkapan perasaan cinta dengan bunga dan cokelat.
  • Majas Metonimia

Merupakan majas atau gaya bahasa yang menggunakan merek dagang atau nama barang untuk melukiskan sesuatu yang dipergunakan sehingga kata itu berkaitan dan berasosiasi dengan benda keseluruhan.

Contoh:

  • Lidah ini sangat nikmat digoyang oleh Sarimi Soto Koya.
  • Lion Air selalu membawaku terbang keliling dunia.
  • Nutri Sari selalu melegakan tenggorokanku disaat kehausan.
  • Majas Sinekdok

Majas sinekdok adalah majas yang menyebutkan sebagian untuk menggantikan benda secara keseluruhan atau sebaliknya. Majas sinekdok terdiri atas dua bentuk, yaitu:

1. Pars pro toto: Menggambarkan sebagian untuk keseluruhan.

Contoh:

  • Sudah sebulan lamanya dia tidak kelihatan batang hidungnya.
  • Kita adalah anak Adam.

2. Totum pro parte: Menggambarkan seluruh untuk sebagian.

Contoh:

  • Indonesia bertanding voli melawan Thailand.
  • Indonesia menjuarai All England hingga delapan kali berturut-turut.
  • Majas Simile

Majas perbandingan ini menyandingkan suatu aktivitas dengan suatu ungkapan. Majas simile tidak membandingkan dua objek yang berbeda, melainkan membandingkan kegiatan dengan menggunakan ungkapan yang maknanya serupa dan disampaikan secara lebih lugas atau eksplisit. sehingga pembaca langsung bisa menebak arti dari perumpamaan yang digunakan.

Contoh:

  • Anak kecil itu menangis bagaikan anak ayam kehilangan induknya, selalu kebingungan.
  • Sering-seringlah bergaul, agar tidak kurang wawasan, seperti kura-kura dalam tempurung.
  • Dia selalu saja patuh pada ketua geng itu, seperti kerbau yang ditusuk hidungnya.
  • Dinda memang sudah terkenal sebagai pemalas, seperti beruang di musim dingin.
  • Adikmu tampak sangat lapar, jalannya seperti singa kelaparan.
  • Rapat hari ini sangat kacau, seperti hutan terserang angin ribut.
  • Majas Alusio

Majas alusio adalah pemakaian ungkapan yang tidak diselesaikan karena sudah dikenal.

Contoh:

  • Majas Antropomorfisme

Merupakan majas metafora yang menggunakan kata atau bentuk lain yang berhubungan dengan manusia untuk hal yang bukan manusia.

Contoh:

  • Setelah tiba di kaki gunung ia beristirahat di mulut sungai.
  • Majas Aptronim

Majas aptronim adalah pemberian nama yang tepat dengan sifat atau pekerjaan orang.

Contoh:

  • Karena di depan rumahnya ada pohon rambutan, ia dipanggil juragan rambutan.
  • Putro sering memukul orang yang dianggapnya musuh, sehingga ia dipanggil si tukang jagal.
  • Majas Fabel

Majas fabel digunakan ketika menyatakan perilaku binatang sebagai manusia yang dapat berpikir dan bertutur kata.

Contoh:

  • Semut-semut itu saling bekerja sama untuk membawa pulang makanan besar itu.
  • Kucing itu berpikir keras, bagaimana cara terbaik untuk menyantap tikus di depannya.
  • Majas Parabel

Majas Parabel adalah gaya bahasa untuk ungkapan atau nilai tetapi dikiaskan atau disamarkan dalam cerita.

Contoh:

  • Cerita Adam dan Hawa.
  • Majas Perifrase

Majas yang digunakan untuk ungkapan yang panjang sebagai pengganti ungkapan yang lebih pendek.

Contoh:

  • Kemanapun ia pergi, ia selalu menunggangi besi tua bertuliskan Honda tahun 1945.
  • Majas Eponim

Majas yang digunakan untuk menjadikan nama orang sebagai tempat atau pranata.

Contoh:

  • Gelora Bung Karno.
  • Studio Bung Tomo.
  • Majas Disfemisme

Pengungkapan pernyataan tabu atau yang dirasa kurang pantas sebagaimana adanya.

Contoh:

  • Apa kabar, Nada? (Padahal, Nada adalah Ibunya sendiri).
  • Majas Depersonifikasi

Gaya bahasa yang pengungkapannya dengan menjadikan benda-benda mati atau tidak bernyawa.

Contoh:

  • Andai engkau jadi buku, aku akan jadi penanya.
  • Jika aku menjadi pintu, aku pun akan menjadi ganggangnya.
  • Majas Hipokorisme

Majas ini menggunakan nama timangan atau kata yang dipakai untuk menunjukkan hubungan karib.

Contoh:

  • Lama sekali Andreas memandangi ikatan bunga biji mata itu, yang membuat Andreas kian terkesima dengannya.

Majas Pertentangan

Gaya bahasa atau kata berkias yang menyatakan pertentangan dengan maksud sebenarnya oleh pembicara atau penulis dengan tujuan untuk memberikan kesan dan pengaruhnya kepada pembaca atau pendengar.

Jenis dari majas pertentangan dibedakan menjadi berikut:

  • Majas Paradoks

Majas ini terlihat seolah-olah ada pertentangan atau majas yang antar bagiannya menyatakan sesuatu yang bertentangan. Lebih mudahnya, majas ini membandingkan situasi asli atau fakta dengan situasi yang kebalikannya.

Contoh:

  • Dia merasa kesepian di antara banyaknya orang yang sedang berpesta.
  • Gajinya besar, tapi hidupnya melarat.
  • Jordan menangis meskipun ia melihat semua orang di sekitarnya tertawa.
  • Majas Litotes

Majas litotes digunakan untuk merendahkan diri, meskipun keadaan sebenarnya lebih bagus dari apa yang diungkapkan.

Contoh:

  • Kapan-kapan jika pergi ke Bogor, saya harap Anda mau mampir ke gubuk kami.

Keterangan:

Gubuk yang dimaksud di sini adalah rumah, sekalipun sebetulnya bukan gubuk melainkan rumah yang memiliki bangunan kokoh.

  • Selamat menikmati hidangan ala kadarnya ini.

Keterangan:

Situasi yang sebenarnya terhidang makanan daging, sate, ikan, sayur mayur, buah-buahan.

  • Majas Antitesis

Majas ini merupakan gaya bahasa yang memadukan pasangan kata yang memiliki arti bertentangan.

Contoh:

  • Cepat atau lambat kau akan meraih kesuksesan.
  • Semua orang sama di mata hukum, tak peduli tua-muda atau kaya-miskin.
  • Majas Kontradiksi Interminus

Gaya bahasa yang menyangkal pernyataan yang disebutkan sebelumnya. Apa yang sudah dikatakan, disangkal lagi oleh ucapan kemudian. Biasanya majas ini disertai dengan konjungsi “misalnya, hanya saja, atau kecuali”.

Contoh:

  • Semua murid boleh bermain, kecuali murid yang tidak mengerjakan tugas.
  • Semuanya sudah hadir, kecuali si Nada.

Penjelasan:

Kalau masih ada yang belum hadir, mengapa dikatakan “semua” sudah        hadir.

  • Semua masyarakat semakin sejahtera, kecuali mereka yang berada di perbatasan.

Majas Sindirian

Majas sindiran merupakan kata-kata kias yang memang tujuannya untuk menyindir seseorang ataupun perilaku dan kondisi.

Jenis majas ini terbagi menjadi tiga sub jenis, yaitu sebagai berikut:

  • Majas Ironi

Majas ironi adalah majas sindiran yang menyatakan sebaliknya dari apa yang sebenarnya dengan maksud untuk menyindir seseorang. Majas ini menggunakan kata-kata yang bertentangan dengan fakta yang ada. Pada majas ironi, bagian awal kalimat seakan-akan memuji tetapi sebenarnya sedang menyindir.

Contoh :

  • Rapormu sungguh indah, dihiasi dengan warna merah merona.
  • Apalah artinya aku yang cuma anak ingusan dan tak mengerti apa-apa.
  • Cepat benar kau datang sehingga undangan telah lama meninggalkan tempat ini.
  • Rapi sekali kamarmu sampai sulit untuk mencari bagian kasur yang bisa ditiduri.
  • Majas Sinisme

Majas sinisme adalah majas yang menyampaikan sindiran secara langsung pada objek yang dimaksud. Majas ini adalah majas sindiran yang bermakna sedikit lebih kasar. Majas sinisme tidak menggunakan ungkapan untuk memperhalus sindiran seperti ironi, namun sindiran ini untuk sebagian orang terasa kasar.

Contoh:

  • Suaramu bagus sekali seperti tikus kejepit sampai membuatku tak bisa fokus bekerja.

Penjelasan:

Suara tikus kejepit adalah sindiran keras bahwa suara orang tersebut sangat tidak enak didengar.

  • Gulingmu sangat bau, seperti tidak pernah dicuci.
  • Badannya gemuk sekali seperti orang yang kelebihan gizi.
  • Paman itu terlalu baik, sampai-sampai semua barangnya dibagikan pada orang lain.
  • Majas Sarkasme

Majas Sarkasme adalah majas sindiran yang menggunakan kata-kata SANGAT Kasar sehingga cenderung menyakiti perasaan orang yang mendengarkannya, cenderung seperti hujatan.

Contoh:

  • Pergi dari sini! Kamu hanyalah sampah masyarakat yang harus dimusnahkan dari muka bumi ini.

Penjelasan:

Sampah masyarakat adalah orang-orang yang tidak berguna bagi lingkungan sekitarnya.

  • Dasar tidak becus! Kalau tidak bisa kerja, kamu hanya akan jadi sampah masyarakat.
  • Kau ini benar-benar otak udang!

Penjelasan:

Maksud dari otak udang adalah bodoh.

Majas Penegasan

Suatu gaya bahasa atau kiasan yang dipergunakan untuk memberikan penegasan atau meningkatkan kesan serta pengaruh terhadap pendengar atau pembaca. Penulis dapat meningkatkan pengaruh kepada pembacanya agar menyetujui sebuah ujaran ataupun kejadian.

Adapun jenis-jenis majas ini seperti:

  • Majas Pleonasme

Merupakan majas yang menggunakan kata-kata yang bermakna sama sehingga terkesan tidak efektif, namun memang sengaja untuk menegaskan suatu hal dan kondisi.

Contoh:

  • Para anggota band naik ke atas panggung untuk menyanyikan lagu pertama mereka yang tengah naik daun.

Penjelasan:

Padahal sudah jelas kalau naik itu pasti keatas bukan kebawah.

  • Saya melihat perkelahian itu dengan mata kepala saya sendiri.

Penjelasan:

Padahal penggunaan kata mata saja sudah cukup jelas tanpa ditambah kata kepala.

  • Berto masuk ke dalam ruangan tersebut dengan wajah semringah.
  • Majulah ke depan agar orang-orang bisa menyaksikan penampilanmu.
  • Turunkan tangan ke bawah setelah menjawab soal yang diberikan guru.
  • Jangan berharap bisa mundur ke masa lalu karena kamu sedang hidup di masa kini.
  • Majas Repetisi

Majas Repetisi adalah majas mengulang kata-kata dalam sebuah kalimat sebagai penegasan atau untuk menarik perhatian.

Contoh:

  • Dia pelakunya, dia pencurinya, dia yang mengambil mobilku.

Penjelasan:

Dia yang dimaksud dalam kalimat ini hanyalah satu orang, yaitu si pencuri mobil.

  • Fokus kita adalah pada kerja, saya tekankan kita harus kerja, kerja, kerja!
  • Saya ingin menjadi lebih baik, saya ingin membanggakan orang tua, saya ingin membuat mereka bahagia.
  • Majas klimaks

Majas ini merupakan gaya bahasa yang mengurutkan sesuatu dari tingkat rendah ke tingkat tinggi. Sederhananya, majas ini menjelaskan lebih dari dua hal secara berurutan di mana tingkatannya semakin lama semakin tinggi.

Contoh:

  • TK, SD, SMP, SMA harus dilalui seseorang dalam menuntut ilmu.
  • Pada saat itu semua orang mulai dari bayi, anak-anak, remaja, orang dewasa, hingga lansia pergi mengungsi akibat kebakaran hutan.
  • Majas antiklimaks

Kebalikan dengan majas klimaks, majas ini merupakan gaya bahasa yang lebih menjelaskan atau menegaskan sesuatu dari tingkatan tertinggi ke tingkatan terendah. 

Contoh:

  • Jangankan satu juta rupiah, seratus ribu rupiah, sepuluh ribu rupiah bahkan seratus rupiah pun saya tidak punya.

Penjelasan:

satu juta, seratus ribu, sepuluh ribu, seratus rupiah adalah urutan dari nominal tertinggi sampai terendah.

  • setiap hari Senin, mulai kepala sekolah, guru, staf dan siswa rutin melaksanakan upacara bendera.
  • Masyarakat perkotaan, perdesaan, hingga yang tinggi di dusun seharusnya sadar akan kearifan lokalnya masing-masing.
  • Majas Paralelisme

Gaya bahasa pada majas paralelisme sering digunakan pada pembuatan karya sastra puisi. Majas ini menggunakan kata yang diulang-ulang dalam berbagai definisi yang berbeda. Jika pengulangannya terletak di awal disebut dengan anafora, apabila pengulangannya di akhir, disebut dengan epifora.

Contoh:

  • Dengarkan aku yang kau abaikan,

Dengarkan suara hatiku yang merintih memohon,

Dengarkan gelisah yang tak berujung ini”

Penjelasan:

Dalam pembuatan puisi setiap kata yang dikurangi akan menghilangkan makna dan emosi di dalamnya. Jika kata ‘dengarkan’ ditiadakan maka rasanya akan sangat berbeda.

  • Kasih itu penyabar.

Kasih itu tidak pernah marah.

Kasih itu selalu mengerti”

  • Majas Epifora

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahwa majas ini adalah pengulangan kata atau frase yang terdapat di akhir kalimat.

Contoh:

  • Kalau Kamu mau, aku akan datang.

Jika Kamu berkenan, aku akan datang.

Bila Kamu minta, aku akan datang.

  • Majas Okupasi

Majas okupasi adalah majas yang melukiskan sesuatu dengan bantahan, tetapi kemudian diberi penjelasan atau diakhiri dengan kesimpulan.

Contoh:

  • Merokok dapat mengganggu kesehatan, tetapi si perokok tidak bisa menghentikan kebiasaannya. Maka bermunculanlah pabrik-pabrik rokok karena untungnya banyak.

Kesimpulan

belajar majas
Belajar dan memahami gaya bahasa baru adalah hal yang menarik

Dari sekian banyak majas yang mungkin sudah kamu kenal atau tahu ataupun yang baru kamu dengar menunjukkan bahwa banyak cara untuk mengungkapkan maksud sesuatu hal kepada lawan bicaramu. Tidak melulu dengan kata-kata yang umum, tetapi mampu dengan kiasan dan kata-kata indah lainnya.

Kamu pun juga dapat memperkaya perbendaharaan bahasamu dengan rutin membaca KBBI dan kamus tesaurus, agar pemilihan katamu semakin beragam. Bagi kamu yang ingin tahu lebih banyak mengenai hal-hal yang berbau majas atau gaya bahasa dan memiliki pertanyaan seputar itu, kamu bisa menanyakannya di kolom komentar. Jika kamu rasa artikel ini penting dan menarik, bagikan ke teman-temanmu, ya.

Candi Borobudur

Mengenal Candi Borobudur Dan Sejarahnya

Siapa yang tidak kenal Candi Borobudur? Candi paling terkenal di Indonesia yang pasti pernah dikunjungi oleh sebagian besar masyarakat Indonesia.

Candi borobudur merupakan salah satu candi Budha terbesar di dunia yang merupakan warisan budaya Indonesia yang sudah terkenal di seluruh dunia. Ia bahkan sudah ditetapkan oleh UNESCO pada tahun 1991 sebagai salah satu warisan budaya dunia. Candi ini terletak di Kota Kecamatan Borobudur, sekitar 3 km dari Kota Mungkid (ibukota Kabupaten Magelang, Jawa Tengah).

Candi borobudur diyakini merupakan peninggalan kerajaan Dinasti Syailendra pada masa pemerintahan raja Samaratungga dari Kerajaan Mataram Kuno dan selesai dibangun pada abad ke-8. Banyak sekali misteri yang meliputi Candi Borobudur yang hingga kini belum terkuak. Karena tidak ada prasasti atau buku yang dapat menjelaskan dengan pasti tentang pembangunan Candi Borobudur.

Dalam Bahasa Indonesia, bangunan keagamaan purbakala disebut dengan istilah candi. Istilah candi juga digunakan secara lebih luas untuk merujuk kepada semua bangunan purbakala yang berasal dari masa Hindu-Buddha di Nusantara, misalnya gerbang, gapura, dan petirtaan (kolam dan pancuran pemandian). 

Sejarah Berdirinya Candi Borobudur

Tidak seperti candi lainnya yang dibangun di atas tanah datar, Borobudur dibangun di atas bukit dengan ketinggian 265 m (869 ft) dari permukaan laut dan 15 m (49 ft) di atas dasar danau purba yang telah mengering. Keberadaan danau purba ini menjadi bahan perdebatan yang hangat di kalangan arkeolog pada abad ke-20; dan menimbulkan dugaan bahwa Borobudur dibangun di tepi atau bahkan di tengah danau.

Pada 1931, seorang seniman dan pakar arsitektur Hindu Buddha, W.O.J. Nieuwenkamp, mengajukan teori bahwa Dataran Kedu dulunya adalah sebuah danau, dan Borobudur dibangun melambangkan bunga teratai yang mengapung di atas permukaan danau. Bunga teratai baik dalam bentuk padma (teratai merah), utpala (teratai biru), ataupun kumuda (teratai putih) dapat ditemukan dalam semua ikonografi seni keagamaan Buddha.

Seringkali digenggam oleh Boddhisatwa sebagai laksana (lambang regalia), menjadi alas duduk singgasana Buddha atau sebagai lapik stupa. Bentuk arsitektur Borobudur sendiri menyerupai bunga teratai, dan postur Budha di Borobudur melambangkan Sutra Teratai yang kebanyakan ditemui dalam naskah keagamaan Buddha mazhab Mahayana (aliran Buddha yang kemudian menyebar ke Asia Timur).

Tiga pelataran melingkar di puncak Borobudur juga diduga melambangkan kelopak bunga teratai. Akan tetapi teori Nieuwenkamp yang terdengar luar biasa dan fantastis ini banyak menuai bantahan dari para arkeolog. pada daratan di sekitar monumen ini telah ditemukan bukti-bukti arkeologi yang membuktikan bahwa kawasan sekitar Borobudur pada masa pembangunan candi ini adalah daratan kering, bukan dasar danau purba.

Sementara itu, pakar geologi justru mendukung pandangan Nieuwenkamp dengan menunjukkan bukti adanya endapan sedimen lumpur di dekat situs ini. Sebuah penelitian stratigrafi, sedimen dan analisis sampel serbuk sari yang dilakukan tahun 2000 mendukung keberadaan danau purba di lingkungan sekitar Borobudur, yang memperkuat gagasan Nieuwenkamp.

Ketinggian permukaan danau purba ini naik-turun berubah-ubah dari waktu ke waktu, dan bukti menunjukkan bahwa dasar bukit dekat Borobudur pernah kembali terendam air dan menjadi tepian danau sekitar abad ke-13 dan ke-14. Aliran sungai dan aktivitas vulkanik diduga memiliki andil turut mengubah bentang alam dan topografi lingkungan sekitar Borobudur termasuk danau nya. Salah satu gunung berapi paling aktif di Indonesia adalah Gunung Merapi yang terletak cukup dekat dengan Borobudur dan telah aktif sejak masa Pleistosen.

Candi Borobudur diperkirakan dibangun pada tahun 750 masehi atau abad ke-8 oleh Kerajaan Syailendra yang kala itu merupakan kerajaan beraliran Budha. Pembangunan itu sangat misterius karena manusia pada kala itu belum mengenal perhitungan arsitektur yang tinggi.

Tetapi borobudur dibangun dengan perhitungan arsitektur yang canggih, hingga kini pun tidak ada yang dapat menjelaskan bagaimana masyarakat pada masa tersebut mampu membangun Candi Borobudur.

Sudah banyak ilmuwan dari seluruh penjuru dunia yang datang untuk meneliti bangunan ini, namun tidak ada satupun yang berhasil mengungkapkan misteri pembangunan Candi Borobudur. Salah satu pertanyaan yang membuat para peneliti penasaran adalah dari mana asal batu-batu besar yang ada di candi borobudur dan bagaimana masyarakat pada kala itu menyusunnya dengan presisi.

Ada teori yang memperkirakan batu itu berasal dari gunung merapi, namun bagaimana orang terdahulu membawanya dari gunung merapi menuju lokasi candi mengingat lokasinya berada di atas bukit masih menjadi pertanyaan besar.

Nama Borobudur pertama kali ditulis dalam buku “Sejarah Pulau Jawa” karya Sir Thomas Raffles. Raffles menulis mengenai monumen bernama borobudur, akan tetapi tidak ada dokumen yang lebih tua yang menyebutkan nama yang sama persis.

Satu-satunya naskah Jawa kuno yang memberi petunjuk mengenai adanya bangunan suci Buddha yang mungkin merujuk kepada Borobudur adalah Negarakertagama, yang ditulis oleh Mpu Prapanca pada 1365.

Nama Bore-Budur, yang kemudian ditulis BoroBudur, kemungkinan ditulis Raffles dalam tata bahasa Inggris untuk menyebut desa terdekat dengan candi itu yaitu desa Bore (Boro). Kebanyakan candi memang seringkali dinamai berdasarkan desa tempat candi itu berdiri.

Raffles juga menduga bahwa istilah ‘Budur’ mungkin berkaitan dengan istilah Buda dalam bahasa Jawa yang berarti “purba”– maka bermakna, “Boro purba”. Akan tetapi arkeolog lain beranggapan bahwa nama Budur berasal dari istilah bhudhara yang berarti gunung.

Banyak teori yang berusaha menjelaskan nama candi ini. Salah satunya menyatakan bahwa nama ini kemungkinan berasal dari kata Sambharabudhara, yang artinya “gunung” (bhudara) di mana di lereng-lerengnya terletak teras-teras. Selain itu terdapat beberapa etimologi rakyat lainnya. Misalkan kata borobudur berasal dari ucapan “para Budha” yang karena pergeseran bunyi menjadi borobudur.

Penjelasan lain ialah bahwa nama ini berasal dari dua kata “bara” dan “beduhur”. Kata bara konon berasal dari kata vihara, sementara ada pula penjelasan lain di mana bara berasal dari bahasa Sanskerta yang artinya kompleks candi atau biara dan beduhur artinya ialah “tinggi”, atau mengingatkan dalam bahasa Bali yang berarti “di atas”. Jadi maksudnya ialah sebuah biara atau asrama yang berada di tanah tinggi.

Monumen ini terdiri atas enam teras berbentuk bujur sangkar yang diatasnya terdapat tiga pelataran melingkar. Dindingnya dihiasi dengan 2.672 panel relief dan aslinya terdapat 504 arca Buddha. Borobudur memiliki koleksi relief Buddha terlengkap dan terbanyak di dunia.

Stupa utama terbesar terletak di tengah sekaligus memahkotai bangunan ini, dikelilingi oleh tiga barisan melingkar 72 stupa berlubang yang di dalamnya terdapat arca buddha tengah duduk bersila dalam posisi teratai sempurna dengan mudra (sikap tangan) Dharmachakra mudra (memutar roda dharma).

Monumen ini merupakan model alam semesta dan dibangun sebagai tempat suci untuk memuliakan Buddha, sekaligus berfungsi sebagai tempat ziarah untuk menuntun umat manusia beralih dari alam nafsu duniawi menuju pencerahan dan kebijaksanaan.

Para peziarah akan masuk melalui sisi timur dan memulai ritual di dasar candi dengan berjalan melingkari bangunan suci ini searah jarum jam, sambil terus naik ke undakan berikutnya melalui tiga tingkatan ranah dalam kosmologi Buddha.

Ketiga tingkatan itu adalah Kāmadhātu (ranah hawa nafsu), Rupadhatu (ranah berwujud), dan Arupadhatu (ranah tak berwujud). Dalam perjalanannya ini peziarah berjalan melalui serangkaian lorong dan tangga dengan menyaksikan tak kurang dari 1.460 panel relief indah yang terukir pada dinding dan pagar langkan.

Candi Borobudur di Masa Modern

Menurut bukti-bukti sejarah, Borobudur ditinggalkan pada abad ke-14 seiring melemahnya pengaruh kerajaan Hindu dan Budha di Jawa serta mulai masuknya ajaran Islam di nusantara. Dunia mulai menyadari keberadaan bangunan ini sejak ditemukan pada tahun 1814 oleh Sir Thomas Stamford Raffles, yang saat itu menjabat sebagai Gubernur Jenderal Inggris atas Jawa.

Sejak saat itu Borobudur telah mengalami serangkaian upaya penyelamatan dan pemugaran. Proyek pemugaran terbesar digelar pada kurun 1975 hingga 1982 atas upaya Pemerintah Republik Indonesia dan UNESCO, kemudian situs bersejarah ini masuk dalam daftar Situs Warisan Dunia.

Borobudur kini masih digunakan sebagai tempat ziarah keagamaan, tiap tahun umat Buddha yang datang dari seluruh Indonesia dan mancanegara berkumpul di Borobudur untuk memperingati Trisuci Waisak. Dalam dunia pariwisata, Borobudur adalah objek wisata tunggal di Indonesia yang paling banyak dikunjungi wisatawan.

Pembugaran Candi Borobudur

  1. 1814 – Sir Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jenderal Britania Raya di Jawa, mendengar adanya penemuan benda purbakala di desa Borobudur. Raffles memerintahkan H.C. Cornelius untuk menyelidiki lokasi penemuan, berupa bukit yang dipenuhi semak belukar.
  2. 1873 – monografi pertama tentang candi diterbitkan.
  3. 1900 – pemerintahan Hindia Belanda menetapkan sebuah panitia pemugaran dan perawatan candi Borobudur.
  4. 1907 – Theodoor van Erp memimpin pemugaran hingga tahun 1911.
  5. 1926 – Borobudur dipugar kembali, tapi terhenti pada tahun 1940 akibat krisis malaise dan Perang Dunia II.
  6. 1956 – Pemerintah Indonesia meminta bantuan UNESCO. Prof. Dr. C. Coremans datang ke Indonesia dari Belgia untuk meneliti sebab-sebab kerusakan Borobudur.
  7. 1963 – Pemerintah Indonesia mengeluarkan surat keputusan untuk memugar Borobudur, tapi berantakan setelah terjadi peristiwa G-30-S.
  8. 1968 – Pada konferensi-15 di Perancis, UNESCO setuju untuk memberi bantuan untuk menyelamatkan Borobudur.
  9. 1971 – Pemerintah Indonesia membentuk badan pemugaran Borobudur yang diketuai Prof.Ir.Roosseno.
  10. 1972 – International Consultative Committee dibentuk dengan melibatkan berbagai negara dan Roosseno sebagai ketuanya. Komite yang disponsori UNESCO menyediakan 5 juta dolar Amerika Serikat dari biaya pemugaran 7.750 juta dolar Amerika Serikat. Sisanya ditanggung Indonesia.
  11. 10 Agustus 1973 – Presiden Soeharto meresmikan dimulainya pemugaran Borobudur; pemugaran selesai pada tahun 1984
  12. 21 Januari 1985 – terjadi serangan bom yang merusakkan beberapa stupa pada Candi Borobudur yang kemudian segera diperbaiki kembali. Serangan dilakukan oleh kelompok Islam ekstrimis yang dipimpin oleh Husein Ali Al Habsyi.
  13. 1991 – Borobudur ditetapkan sebagai Warisan Dunia oleh UNESCO.

Apakah informasi di atas memberikan pengetahuan yang bermanfaat untukmu? Tinggalkan pertanyaan dan pesanmu di kolom komentar, serta jangan lupa untuk membagikan tulisan ini kepada teman-temanmu, ya!