belut listrik

Hal-hal Yang Perlu Kamu Tahu Tentang Belut Listrik

Beberapa ratus spesies ikan dan binatang memiliki organ penghasil listrik, namun yang paling terkenal dan umum diketahui adalah Belut Listrik.

Meskipun memiliki penampilan layaknya belut, belut listrik ternyata bukan termasuk jenis belut, loh! Kok bisa ya? Menurut klasifikasi saintifik, ia lebih dekat dengan kategori ikan lele atau ikan mas.

Belut listrik, atau Sidat listrik, biasa ditemukan di Sungai Amazon dan Sungai Orinoko dan daerah-daerah sekitar aliran sungai Amerika Selatan. Ia termasuk ke dalam genus Electrophorus dan merupakan anggota ordo Gymnotiformes. Ia mampu tumbuh hingga panjang 2,5 m & berbobot 21 kg, walaupun biasanya ukuran rata-rata adalah 1 meter.

Belut listrik mampu menghasilkan aliran listrik yang cukup kuat hingga membuat mangsanya, biasanya ikan lain, tersengat. Terdapat 3 spesies belut listrik, yaitu Electrophorus electricus, E. varii, dan E. voltai. Semuanya dapat ditemukan di sungai amazon.

Bagaimana Belut Listrik Menghasilkan Listrik?

Pastinya kamu sudah tahu kalau belut listrik dinamai karena mampu menghasilkan listrik berdaya besar yang dapat mereka gunakan untuk menangkap mangsa atau menjauhi predatornya. Bagaimana bisa ia menghasilkan listrik?

Di dalam tubuh belut listrik, terdapat organ yang memiliki 6000 sel elektrolisis yang dapat menyimpan tenaga listrik layaknya baterai. Saat mereka merasa terancam atau memangsa ikan, sel-sel tersebut akan mengeluarkan listrik secara bersamaan.

Seekor belut listrik dewasa mampu melepaskan kejutan listrik hingga bertegangan 660 volt. Kelebihan dari Sidat Listrik dapat menghasilkan kejutan tanpa lelah selama satu jam dan kemampuannya untuk mengontrol intensitas guncangan atau tegangan listrik mereka.

Belut listrik memakai energi mereka seperti alat pengontrol yang efektif terhadap mangsanya. Gelombang listrik yang dialirkan di dalam air itu memaksa mangsanya bergetar di tempat persembunyiannya, sehingga lokasi persembunyian mereka pun terdeteksi. Energi listrik yang cukup besar itu memicu kejang pada saraf pengontrol otot sehingga korbannya lumpuh.

Ikan ini menghasilkan pancaran listrik dalam suatu alat khusus di ekornya. Listrik ini dipancarkan melalui ribuan pori-pori di punggung hewan ini dalam bentuk sinyal dan menciptakan medan listrik di sekitarnya.

Benda apapun dalam medan ini membiaskannya, sehingga ikan ini mengetahui ukuran, daya alir dan gerak dari benda tersebut. Pada tubuh ikan ini, ada pengindera listrik yang dapat memantau medan ini seperti halnya radar.

Prinsip kerja piringan listrik ini mirip dengan cara kerja baterai. Ketika ikan beristirahat, otot-otot yang tidak berhubungan belum aktif. Namun jika menerima pesan dari saraf, akan segera bekerja secara serentak untuk mengeluarkan daya listrik. Pada saat itu, voltase semua piringan listrik atau elektrolit menyatu, sehingga mampu menghasilkan daya listrik yang besar.

Bentuk tubuh Sidat Listrik yang unik, hampir 90 persen bagian tubuhnya berupa ekor. Di bagian ekor inilah terdapat sejenis baterai-baterai kecil berupa lempengan-lempengan kecil yang horizontal dan vertikal. Jumlahnya sangat banyak, lebih dari 5.000 buah.

Tegangan listrik tiap baterai kecil ini tidak besar, tetapi kalau semua baterai dihubungkan secara berderet, akan diperoleh tegangan listrik sekitar 660 volt. Ujung ekor bertindak sebagai kutub positif baterai dan ujung kepala bertindak sebagai kutub negatif. Belut listrik dapat mengatur hubungan antara baterai kecil dalam tubuhnya itu untuk mendapat tegangan listrik kecil dan tegangan listrik besar.

Untuk navigasi, belut listrik hanya membutuhkan tegangan listrik yang kecil. Tetapi ketika berhadapan dengan musuh atau mangsanya, belut listrik akan memberikan tegangan semaksimal mungkin dalam sesaat untuk melumpuhkan mangsanya, bila mangsanya telah lumpuh maka ikan ini melalui kepala dan ekornya yang ditempelkan pada tubuh musuh atau mangsanya itu.

Tegangan listrik yang tinggi ini akan dialirkan dan membunuh mangsanya. Namun hewan lain yang ada disekitarnya tidak terpengaruh karena mereka tidak bersentuhan langsung dengan ekor dan kepala belut.

Belut listrik biasa hidup di air tawar, di daerah perairan yang kelam atau di kolam-kolam perairan wilayah Amazon dan Orinoco, Amerika Latin. Mereka biasa memangsa ikan, namun juga kadang memangsa hewan amfibi, burung dan mamalia kecil.

Karena memiliki paru-paru untuk bernafas, mereka harus naik ke permukaan air secara rutin. Mereka tidak memiliki penglihatan yang baik, namun dapat mengeluarkan aliran listrik bertenaga kecil (10 volt) yang berguna untuk bernavigasi dan mencari mangsa.

Apakah Belut Listrik Berbahaya Bagi Manusia?

Kematian manusia yang diakibatkan oleh sengatan belut listrik jarang sekali terjadi. Namun, sengatan tersebut dapat menyebabkan gagal jantung dan kesulitan bernapas yang kemudian dapat beresiko tenggelam. Kejutan seekor belut listrik yang 660 volt itu diyakini sanggup membuat seekor kuda mengalami gagal nafas dan gagal jantung, apalagi manusia.

Dari kasus-kasus yang pernah terjadi sebelumnya, korban pingsan dan akhirnya tewas tenggelam. Sebagai perbandingan, listrik yang terpasang di perumahan hanya bertegangan 220 volt saja sudah cukup berbahaya. Selain digunakan untuk pertahanan diri, kemampuan ini juga digunakan untuk menyerang mangsa dan juga sebagai media komunikasi antar belut listrik.

Apakah informasi di atas memberikan pengetahuan yang berguna untuk kamu? Tinggalkan pertanyaan dan pesanmu di kolom komentar, serta jangan lupa untuk membagikan tulisan ini kepada teman-temanmu, ya!

hewan amfibi

Semua Yang Harus Kamu Ketahui Tentang Hewan Amfibi

Apa yang muncul di pikiranmu saat mendengar kata “amfibi”? Apakah kamu langsung memikirkan spesies hewan tertentu?

Kata amfibi atau yang dalam bahasa Inggris disebut dengan amphibian, berasal dari bahasa Yunani yang merupakan gabungan dari kata “amphi” yang berarti dual, dan “bio” yang berarti kehidupan. Untuk itu, kata amfibi merujuk kepada istilah yang diberikan kepada makhluk hidup yang dapat tinggal di dua lingkungan yang berbeda, air dan darat.

Namun tahukah kamu bahwa ternyata tidak semua amfibi memiliki gaya hidup ini?

Pada kenyataannya, beberapa hewan amfibi ada yang lebih banyak menghabiskan waktu di air atau bahkan 100% akuatik karena tidak melalui proses metamorfosis menjadi hewan dewasa, contohnya adalah axolotls.

Jika mereka dapat hidup di air dan darat, lalu bagaimana caranya mereka bernapas?

Beberapa hewan amfibi ada yang bernapas melalui kulitnya dan beberapa ada yang bernapas dengan paru-paru. Kulit mereka harus tetap basah dan terjaga kelembapannya agar kulitnya dapat menyerap oksigen.

Untuk itulah mereka mengeluarkan mukus pada permukaan kulitnya agar tetap lembap. Karena jika kulit mereka kering, mereka tidak akan bisa bernapas dan kemudian mati. Sedangkan kecebong dan beberapa amfibi akuatik memiliki insang layaknya ikan yang mereka gunakan untuk bernapas.

Hewan amfibi memiliki dua jenis kelenjar, yaitu kelenjar mukosa dan kelenjar racun. Kelenjar mukosa berisikan cairan protein yang berfungsi membuat kulit hewan tersebut tetap lembap. Sedangkan kelenjar racun, berfungsi sebagai wadah racun yang digunakan sebagai pertahanan diri.

Seperti halnya reptil, hewan amfibi merupakan hewan berdarah dingin. Karena karakteristik kulitnya, mereka rentan terhadap perubahan cuaca. Jika berada di cuaca yang terlalu panas, sel di tubuh mereka akan rusak.

Sedangkan jika berada di cuaca yang terlalu berangin, kulit mereka akan kering lalu mengalami dehidrasi. Karena itulah amfibi merupakan hewan pertama yang terancam mati bila terdapat kerusakan lingkungan. Ini juga alasan mengapa beberapa spesies katak kini telah punah.

Hewan amfibi tidak suka cuaca ekstrem. Pada saat musim dingin terjadi di daerah non-tropis, kebanyakan dari hewan amfibi akan berhibernasi di balik lumpur yang terletak di dasar perairan atau menggali tanah untuk berhibernasi. Beberapa hewan amfibi ada juga yang bersembunyi di antara bebatuan pada musim dingin.

Pada saat-saat tersebut, mereka akan memperlambat metabolisme mereka dan detak jantung mereka juga akan melambat. Mereka bertahan hidup dari persediaan lemak hasil sisa makanan yang telah sebelumnya mereka makan.

Bahkan ada beberapa spesies kodok yang dapat bertahan di cuaca beku sekalipun dengan menjaga kadar glukosa di dalam darah mereka agar tetap tinggi. Hal tersebut berfungsi sebagai antifreeze alami.

Beberapa dari bagian tubuh mereka, seperti saluran urinnya, dapat benar-benar membeku. Namun, darah dan organ vital mereka tidak. Jantung mereka dapat berhenti berdetak dan mereka dapat berhenti bernapas, namun saat mereka mencair, organ tersebut akan kembali berfungsi dan mereka akan tetap hidup.

Hewan amfibi memiliki external nares yang terletak di langit-langit mulut mereka yang berguna sebagai indera penciuman. Bagian tubuh ini juga dapat berfungsi untuk membantu bernapas.

Beberapa spesies amfibi, seperti salamander, dapat mengeluarkan feromon yang berfungsi sebagai panggilan saat musim kawin.

Banyak dari hewan amfibi memiliki gigi. Namun, jangan bayangkan kalau gigi mereka sama seperti gigi yang kita punya. Mereka hanya memiliki gigi yang disebut dengan Vomerine yang terletak pada rahang atas mereka.

Gigi ini berfungsi untuk menahan mangsa yang mereka tangkap agar tidak dapat lepas dan juga untuk mengoyaknya. Saat makan, hewan amfibi menelan mangsanya secara utuh, inilah kenapa mereka tidak memiliki gigi untuk mengunyah.

Beberapa hewan amfibi juga ternyata beracun, lho! Namun biasanya hanya hewan-hewan dengan warna kulit cerah yang memiliki racun. Hal ini merupakan alat pertahanan diri untuk memperingatkan predator bahwa mereka beracun.

Pengelompokan Hewan Amfibi

Menurut phylogenesis tradisional, hewan amfibi terbagi ke dalam 3 sub-kelas, yaitu:

1. Labyrinthodontia

Hewan-hewan di kelas labyrinthodontia merupakan hewan amfibi yang telah punah sejak 350 hingga 190 juta tahun lalu pada era Paleozoic dan Mesozoic. Fitur unik mereka terletak pada enamel giginya yang memiliki pola seperti labirin.

2. Lepospondyli

Hewan di kelas ini merupakan kelompok kecil dari beragam spesies yang hidup 340 hingga 270 juta tahun lalu pada era Carboniferous hingga awal periode Permian.

3. Lissamphibia

Semua spesies amfibi yang kini masih hidup termasuk ke dalam sub-kelas ini. Karakteristik hewan lissamphibia terletak pada struktur giginya, kulit, dan tempat menyimpan cadangan lemaknya. Secara umum, sub-kelas ini juga memiliki ordo berbeda, yaitu:

Anura (Salientia)

Ordo Anura adalah sekelompok hewan yang saat masih berbentuk larva memiliki ekor dan saat sudah dewasa ekornya perlahan hilang. Terdapat lebih dari 3.400 spesies hewan yang tergolong ke dalam ordo Anura.

Hewan yang masuk kategori ini adalah jenis katak dan kodok. Katak memiliki kulit yang selalu lembap dan saat kecil hidup di air namun saat dewasa bisa hidup di air dan di daratan. Kodok yang mirip dengan katak juga termasuk ke dalam kelompok Anura meski memiliki golongan sendiri dalam sistematika penamaan ilmiahnya.

Apoda

Salah satu jenis hewan Apoda adalah Cecilia, hewan amfibi yang tidak memiliki ekor maupun kaki. Bentuknya mirip dengan cacing, belut, dan ular. Tekstur kulit pada cecilia sangat lembut dan berwarna gelap, namun beberapa jenis dari cecilia ditemukan dengan warna kulit sangat cerah seperti merah dan kuning.

Pada kulit cecilia terdapat sisik-sisik kecil seperti ular yang menutupi tubuhnya yang beruas-ruas. Kulit dari hewan ini dapat menghasilkan racun yang dapat membantunya dalam bertahan hidup dari pemangsanya.

Cecilia memiliki pembuahan internal, berbeda dengan jenis katak yang pembuahannya berada di luar tubuh. Cecilia jantan memiliki organ mirip penis yang disebut Phallodeum. Organ ini akan masuk ke tubuh betina melalui kloaka hingga 3 jam lamanya. Hewan ini banyak sekali ditemukan pada area lembap seperti parit atau pinggir sungai.

Hewan ini termasuk ke dalam ordo Gymnophiona dan tersebar di Asia Tenggara, Amerika Tengah dan Selatan, dan Afrika. Mereka adalah hewan fossorial yang memiliki tentacle sensor yang berfungsi sebagai indera karena ia memiliki kemampuan penglihatan yang lemah.

Caudata

Hewan amfibi jenis ini adalah salamander. Hewan salamander berbentuk menyerupai kadal yang biasanya hidup di darat. Tapi salamander dapat hidup dan bernapas di dalam air. Tubuh salamander memanjang dengan ekor yang cukup panjang tapi kaki yang pendek.

Hewan ini memiliki 550 jenis dan tersebar di seluruh dunia, namun sayang di Indonesia tidak memiliki hewan salamander ini. Hanya jenis katak dan cecilia yang ada. Meskipun jenis ini amfibi namun, beberapa jenis dari salamander ada yang sejak kecil hingga dewasa dominan hidup di air, bahkan tidak pernah ke darat sama sekali.

Salamander memiliki keunikan dalam hal regenerasi. Bagian tubuh yang putus pada salamander bisa perlahan-lahan tumbuh lagi menjadi organ yang baru, kemampuan sama seperti yang dimiliki oleh kadal dan cicak.

Metamorfosis Pada Hewan Amfibi

hewan amfibi
Hewan amfibi mengalami apa yang dinamakan dengan proses metamorfosis dalam perkembangannya

Hal menarik lainnya yang dapat diperhatikan dari hewan amfibi adalah siklus perkembangannya mulai dari telur-larva-hewan dewasa.

Larva merupakan tahap di mana hewan amfibi sepenuhnya hidup di air. Mereka bergerak dengan cara berenang. Larva katak dan kodok disebut dengan kecebong. Pada saat kecebong mencapai ukuran tertentu, bagian tubuh dan paru-paru akan mulai tumbuh dan ekor perlahan mulai menghilang.

Setelah itu mereka akan mulai melompat atau merangkak keluar dari air pada saat dewasa untuk menghabiskan hidup mereka di darat. Proses inilah yang dinamakan dengan metamorfosis.

Metamorfosis merupakan proses biologis di mana hewan amfibi secara fisik berkembang setelah menetas dari telur. Namun proses ini tidak terjadi pada reptil. Perubahan yang terjadi meliputi struktur pada tubuh hewan melalui pertumbuhan sel dan diferensiasi.

Proses metamorfosis biasanya akan diikuti dengan perubahan sumber nutrisi atau perilaku. Sangat sedikit vertebrata yang mengalami proses metamorfosis, namun semua hewan amfibi mengalaminya hingga taraf tertentu.

Pada hewan amfibi, metamorfosis diatur oleh jumlah thyroxine di dalam darah yang dapat membantu menstimulasi terjadinya metamorfosis, dan prolactin yang dapat mencegah efeknya.

Tidak semua hewan melalui tahapan metamorfosis yang sama. Beberapa ada yang mengalami proses metamorfosis sempurna, dan sisanya mengalami proses metamorfosis tidak sempurna.

Metamorfosis sempurna merujuk pada proses perubahan yang terjadi selama hidup hewan tersebut di mana perubahan fisik terjadi secara drastis. Sebagai contohnya katak dan kodok yang melalui fase berupa telur, kecebong, dan katak dewasa yang berbeda antara satu dan lainnya.

Sementara itu, metamorfosis tidak sempurna mengacu kepada perkembangan pada suatu hewan di mana perubahan fisik tidak banyak terjadi. Contohnya adalah pada beberapa serangga seperti nyamuk dan belalang.

Tidak banyak perbedaan ditemukan antara bentuk nimfa belalang dan belalang dewasa. Pun demikian dengan kecoa, yang tidak banyak berubah bentuk antara saat masih berupa nimfa dengan kecoa setelah dewasa.

Apa sekarang kamu jadi lebih paham mengenai kehidupan hewan amfibi? Tinggalkan pesan dan pertanyaanmu di kolom komentar serta jangan lupa untuk membagikan tulisan ini ke teman-temanmu, ya!

komodo

Semua Fakta Menarik yang Wajib Kamu Tahu Seputar Komodo

Komodo, yang memiliki nama latin Varanus komodoensis ini, merupakan hewan terbesar yang ada di dalam spesies kadal. Hewan ini dapat ditemukan di Pulau Komodo dan pulau-pulau kecil di sekitarnya seperti pulau Flores, Gili Motang, Rinca dan Gili Dasami di daerah Nusa Tenggara.

Di Indonesia sendiri komodo sering disebut juga Biawak Komodo, Komodo Monitor atau oleh penduduk setempat disebut Ora. Karena keunikannya, banyak turis asing hingga mancanegara yang jauh-jauh datang ke pulau-pulau tersebut hanya untuk melihat hewan ini.

Ia mampu tumbuh hingga sepanjang 3 meter dan berbobot 135 kg. Meskipun kebanyakan dari komodo kecil yang ada kini merupakan hasil dari reproduksi, ternyata komodo betina juga mampu untuk bereproduksi tanpa proses kawin, atau biasa disebut dengan partenogenesis. Komodo bereproduksi dengan cara bertelur.

Sang betina biasanya akan menggali sebuah lubang di tanah sedalam 9 meter untuk tempatnya bertelur. Telur tersebut biasanya akan menetas di bulan April atau Mei. Dibutuhkan waktu 8 hingga 9 tahun bagi komodo kecil untuk tumbuh dewasa. Harapan hidup hewan ini adalah 30 tahun.

Komodo yang baru menetas berukuran sekitar 45 cm, dan mereka akan hidup di pepohonan selama beberapa bulan agar terhindar dari predator. Yang harus kamu ketahui adalah komodo memiliki sifat kanibalisme dan mampu memakan komodo yang lebih kecil atau bahkan sesama komodo dewasa jika persediaan makanan mereka menipis.

Seringkali juga terdapat kasus penyerangan terhadap manusia oleh komodo hingga menimbulkan luka ringan hingga yang berakibat fatal. Hewan ini memiliki gigitan berbisa yang mampu menyumbat aliran darah mangsanya. Mangsa tersebut kemudian akan mengalami pendarahan hebat atau memiliki luka terbuka akibat gigitan yang dapat mengundang bakteri untuk menginfeksinya.

Namun hewan ini jarang menyerang mangsanya secara langsung, dan lebih memilih mangsa yang sedang sekarat atau sudah mati. Beberapa hewan yang biasa ia mangsa misalnya burung, invertebrata dan mamalia.

Komodo menyukai tempat yang panas dan kering, mereka juga senang berjemur di tempat terbuka. Sebagai hewan ektotermik, komodo lebih aktif di siang hari, meskipun mereka juga menunjukan beberapa aktivitas nokturnal. Ia juga merupakan hewan yang penyendiri dan hanya berkumpul pada saat makan atau musim kawin.

Komodo mampu berlari cepat dengan posisi berdiri dengan dua kaki belakang dan ekornya. Ini biasa dilakukan saat mengejar mangsanya. Saat ia dewasa, komodo menggunakan cakarnya sebagai alat utama penyerangan.

Untuk tempat berlindung, komodo akan menggali tanah sedalam 1-3 meter. Karena ukurannya yang besar serta kebiasaannya untuk tidur di dalam lubang, komodo mampu menjaga suhu tubuhnya agar tetap hangat di malam hari.

Setelah mengambil lebih dari 80% berat tubuhnya dalam satu kali makan, komodo akan bergerak ke tempat dengan cahaya matahari yang cukup untuk berjemur. Karena memiliki metabolisme yang lambat, cara ini dilakukan untuk mempercepat pencernaan makanan karena makanan yang ia makan dapat busuk dan meracuni komodo itu sendiri jika tidak cepat dicerna. Hal ini juga membuat komodo mampu bertahan hidup selama satu tahun dengan hanya makan 12 kali.

Setelah mencerna makanannya, komodo kemudian akan memuntahkan rambut, gigi dan tanduk yang dilapisi dengan malodorous mucus. Hal ini dikenal sebagai gastric pellet.

Sejarah Penemuan Komodo

komodo
Komodo telah ada sejak zaman purba dan masih berkerabat dekat dengan beberapa jenis Dinosaurus

Komodo merupakan spesies reptil purba yang telah hidup semenjak zaman purba. Evolusi komodo dimulai dengan genus Varanus (Biawak) yang mulai berkembang di Asia antara 40-25 juta tahun yang lalu.

Hewan ini juga ternyata merupakan kerabat dekat dari dinosaurus, loh!. Hal ini dapat dilihat dari ditemukannya fosil-fosil dari jenis dinosaurus tertentu yang menunjukkan kemiripan struktur tubuh dengan komodo.

Ia ditemukan pertama kali oleh peneliti barat pada tahun 1910 dan menjadi terkenal di dunia ilmu pengetahuan sejak tahun 1911 ketika Peter Ouwens, seorang kurator pada Museum Zoologi Bogor, menerima laporan tentang penemuan satwa ini dari Perwira Pemerintah Hindia Belanda J.K.H. Van Steyn, yang selanjutnya diberi nama Varanus komodoensis.

Sejarah tentang keberadaannya juga ditemukan pada tulisan Pieter Antonie Ouwens di tahun 1912 yang berjudul “On a Large Species from The Island of Komodo”. Dari penemuan ini, muncul kesadaran dari berbagai pihak untuk menjaga kelestarian satwa ini. Semenjak itu, ekspedisi dan penelitian terhadap spesies langka ini terus dilakukan.

Menyadari perlunya perlindungan terhadap Komodo di tengah aktivitas manusia di habitat aslinya itu, pada tahun 1915 Pemerintah Belanda mengeluarkan larangan perburuan dan pembunuhan komodo.

Menurut bukti fosil komodo yang diperoleh dari Queensland, Australia, komodo ternyata berawal dari benua Australia. Sekitar 15 juta tahun lalu, tabrakan antara lempeng benua Australia dan Asia Tenggara membuat komodo mampu pindah ke kepulauan Indonesia serta memperluas keberadaannya hingga pulau Timor. Dikatakan bahwa komodo yang berada di Indonesia memiliki perbedaan dengan nenek moyangnya terdahulu yang berasal dari Australia.

Mengapa Komodo Harus Dilindungi?

Karena ukurannya yang besar dan reputasinya sebagai predator buas, komodo menjadi daya tarik yang populer bagi pengunjung kebun binatang. Di alam liar, jumlah keberadaannya semakin berkurang karena aktivitas manusia. Ini mengapa mereka dikategorikan sebagai hewan rawan punah oleh lembaga IUCN.

Inilah mengapa pemerintah Indonesia membuat UU yang melindungi komodo di alam liar dan juga membuat Taman Nasional Komodo pada tahun 1980 sebagai upaya pencegahan kepunahan.

Tidak hanya komodo, disana terdapat 277 spesies hewan lain yang merupakan perpaduan hewan yang berasal dari Asia dan Australia. Mereka terdiri dari 32 spesies mamalia, 128 spesies burung, dan 37 spesies reptilia. Bersama dengan komodo, setidaknya 25 spesies hewan darat dan burung termasuk hewan yang dilindungi karena jumlahnya yang terbatas atau terbatasnya penyebaran mereka.

Taman nasional ini terdiri atas tiga pulau besar,  Pulau Komodo, Pulau Rinca, dan Pulau Padar serta beberapa pulau kecil. Wilayah darat taman nasional ini 603 km² dan wilayah total adalah 1817 km². Belakangan, ditetapkan pula Cagar Alam Wae Wuul dan Wolo Tado di Pulau Flores untuk membantu pelestarian komodo.

Bencana alam, kehilangan lahan habitat, kebakaran hutan, hilangnya mangsa karena perburuan berlebihan oleh manusia dan perdagangan hewan secara ilegal merupakan beberapa penyebab dari berkurangnya hewan ini.

Dengan adanya Appendix I of CITES (the Convention on International Trade in Endangered Species), pemerintah internasional telah memutuskan bahwa perdagangan kulit dan spesimen komodo adalah ilegal.

Apakah informasi di atas memberikan pengetahuan yang berguna untuk kamu? Tinggalkan pertanyaan dan pesanmu di kolom komentar, serta jangan lupa untuk membagikan tulisan ini kepada teman-temanmu, ya!

capung

Semua Fakta Menarik yang Wajib Kamu Tahu Seputar Capung

Apa yang terlintas di benakmu saat mendengar kata capung? Pasti kamu membayangkan seekor serangga terbang yang memiliki bentuk wajah seperti lalat namun bertubuh panjang, bukan?

Capung merupakan jenis serangga yang termasuk ke dalam ordo Odonata dan sub-ordo Anisoptera. Hewan ini juga ternyata termasuk hewan purba yang sudah ada sejak tiga ratus juta tahun yang lalu. Capung dewasa memiliki ciri-ciri fisik berbadan panjang, memiliki mata yang multifacet, sayap transparan.

Ia sering disamakan dengan damselflies (capung jarum) karena kesamaan fisiknya. Keduanya memang berasal dari ordo yang sama, namun berbeda sub-ordo. Capung jarum berasal dari ordo Zygoptera.

Capung mempunyai ciri bertubuh relatif besar. Bila hinggap, sayapnya akan terbuka atau membentang. Ia dapat terbang jauh dan kuat menjelajahi wilayah luas. Sedangkan capung jarum bertubuh kecil, memiliki perut yang kurus ramping mirip jarum, bila hinggap sayap tertutup, tegak menyatu di atas punggung, terbang dengan lemah dan tidak terlalu jauh.

Capung ciwet, atau yang lebih dikenal dengan Wandering glider, merupakan jenis capung migrasi yang mampu menempuh jarak hingga 18.000 km untuk bermigrasi. Secara individu, jenis ini mampu terbang hingga jarak 6.000 km, salah satu jarak terjauh yang mampu ditempuh oleh serangga.

Capung merupakan hewan predator yang ulung, tingkat keberhasilan dalam memburu mangsanya bisa mencapai 95 persen. Dengan kemampuan terbang di udara, menyelam di air, terbang mundur, berputar 360 derajat dan berbalik 180 derajat, kemampuan terbangnya bahkan dapat mencapai 30 mil per jam.

Terdapat sekitar 3012 spesies capung yang diketahui per tahun 2010. Mereka diklasifikasikan ke dalam 348 genus dan 11 famili. Capung dapat ditemukan di berbagai benua di dunia kecuali benua Antartika.

Hewan ini dapat ditemukan mulai dari tepi pantai sampai dataran tinggi. Dalam keseharianmu, pasti kamu pernah menemukan kumpulannya beterbangan di pekarangan rumah, sawah, hutan, danau, sungai bahkan di lingkungan perkotaan.

Siklus Berkembang Biak Capung

capung
Capung merupakan salah satu hewan yang mengalami metamorfosis tidak sempurna

Capung menyukai lingkungan berair untuk bertelur. Mereka meletakkan telurnya pada tumbuhan di air menggenang atau air mengalir. Capung jantan memiliki sifat yang lebih teritorial dan akan membela wilayah tempat larvanya ditelurkan.

Telur yang menetas mengeluarkan larva atau tempayak akan hidup dan berkembang di dasar air dan mengalami metamorfosis. Capung merupakan serangga hemimetabola, yang berarti ia tidak melewati tahap pupa dan memiliki metamorfosis tidak sempurna.

Kemudian berkembang menjadi larva/nimfa dan kemudian keluar dari air menjadi capung dewasa. Siklus hidup capung bervariasi, sejak dari telur, menetas sampai dewasa berkisar dari 6 bulan sampai 6 atau 7 tahun.

Beberapa spesies capung menelurkan telurnya di dalam jaringan tumbuhan, dan beberapa lainnya bertelur tepat di atas permukaan air. Larva akan menyerap oksigen dari air tersebut menggunakan insang yang terdapat pada bagian rektumnya. Perutnya akan memompa air masuk dan keluar melalui anus.

Sejak dalam air dalam bentuk larva dan nimfa hidup sebagai hewan karnivora yang ganas, sebagai larva memakan plankton dan  sebagai nimfa memburu dan memangsa anak-anak ikan dan berudu. Sedangkan capung dewasa memangsa nyamuk, lalat dan serangga lainnya.

Habitat hewan ini bisa sebagai indikator alami untuk mendeteksi kualitas air di lingkungan sekitar ia berada. Jika kita masih bisa menemui hewan ini, berarti menandakan perairan kita cukup bersih dari pencemaran. Hal ini dikarenakan telur dan larva hanya bisa berkembang biak dan bertahan hidup di perairan yang tak tercemar.

Larva yang belum memiliki sayap itu biasanya berwarna gelap dan berbintik, menyerupai sedimen atau tumbuhan dimana ia menempel. Matanya menonjol keluar layaknya capung dewasa, namun memiliki struktur yang lebih kuat.

Terdapat bagian tubuh yang disebut dengan “topeng” yang merupakan sebutan untuk bagian mulut ketiga larva. Ukurannya lebar dan harus terlipat di antara kepala dan thorax saat sedang tidak digunakan. Di ujung topeng tersebut terdapat penjepit berbentuk taring yang digunakan untuk menangkap mangsa, seperti cacing, berudu, dan ikan kecil.

Apakah informasi di atas memberikan pengetahuan yang berguna untuk kamu? Tinggalkan pertanyaan dan pesanmu di kolom komentar, serta jangan lupa untuk membagikan tulisan ini kepada teman-temanmu, ya!

hewan reptil

Fakta Unik Reptil: Hewan Vertebrata Berdarah Dingin

Reptil merupakan kelompok hewan vertebrata dengan ciri fisik yaitu memiliki kulit bersisik atau bercangkang, beberapa hewan bahkan memiliki keduanya.

Tidak seperti jenis hewan lain seperti burung dan mamalia, reptil merupakan hewan berdarah dingin yang secara konstan tidak menjaga temperatur dalam tubuhnya. Tanpa bulu atau rambut yang dapat berfungsi sebagai insulasi, mereka tidak dapat menjaga suhu hangat saat cuaca dingin. Dan karena mereka juga tidak memiliki kelenjar keringat, mereka pun tidak dapat mendinginkan badan mereka saat cuaca panas. Saat terjadi peningkatan atau penurunan temperatur secara drastis, hewan reptil hanya akan mencoba bergerak ke arah tempat yang lebih teduh atau hangat.

Mereka memiliki metabolisme yang lambat dan cenderung lebih menyukai tempat hangat. Saat musim dingin, mereka akan berhibernasi. Hewan reptil juga mengandalkan temperatur untuk bereproduksi. Kebanyakan dari hewan reptil juga merupakan Ovipar atau bertelur dan sebagian kecil Ovovivipar (bertelur dan menetas dalam dalam tubuh kemudian dilahirkan) seperti pada ular dan sebagian kadal. Ular boa dan piton merupakan satu-satunya hewan reptil yang melahirkan. Spesies reptil lainnya bereproduksi dengan bertelur. Telur tersebut lantas akan menetas setelah beberapa hari atau bulan setelahnya. Temperatur tanah memegang peranan penting dalam masa-masa tersebut karena ia akan menentukan jenis kelamin hewan tersebut.

Reptilia juga termasuk hewan Tetrapoda atau hewan berkaki empat walaupun tidak semuanya. Hewan reptil sendiri tercatat telah ada sejak 315 juta tahun yang lalu dan juga merupakan hewan yang mendominasi dunia saat periode Mesozoikum. Periode tersebut hanya bertahan selama 270 juta tahun hingga akhirnya mencapai kepunahan dinosaurus.

Kelompok hewan reptil yang kini masih hidup adalah kura-kura (ordo Testudinata), tuatara (ordo Rhynchocephalia [Sphenodontia]), kadal dan ular (ordo Squamata), dan buaya (ordo Crocodilia). Secara keseluruhan, terdapat sekitar 8.700 spesies reptil yang masih hidup di dunia.

Hewan reptil yang telah punah bahkan memiliki spesies yang lebih beragam lagi mulai dari plesiosaurus laut, pliosaurus, dan ichthyosaurus. Secara taksonomi, reptilia dan synapsida (kelompok mamalia yang serupa dengan hewan reptil) merupakan kelompok yang masih bersaudara dan memiliki nenek moyang yang sama. Selama jutaan tahun lamanya, beberapa spesies dari kedua kelompok ini memiliki kemiripan dari segala aspek. Namun seiring perubahan zaman, gaya hidup mereka pun berubah dan dari garis keturunan synapsid munculah hewan mamalia yang memiliki rambut, berdarah hangat (endothermic), serta memiliki kelenjar susu.

Semua spesies burung dan beberapa jenis reptil yang telah punah seperti dinosaurus juga berevolusi hingga memiliki fisiologi endothermic. Namun, mayoritas dari reptil yang kini hidup memiliki fisiologi ectothermic (berdarah dingin).

Banyak dari spesies reptil memiliki sisik epidermal yang berguna melindungi tubuh mereka dari kekeringan dan juga dapat melakukan regenerasi ketika terjadi kerusakan. Sisik ini terbuat dari salah satu jenis keratin yaitu beta keratine. Keratin merupakan komponen utama pembentuk sisik hewan reptil. Sisik dan interscalar yang dimiliki juga mengandung alpha keratin.

Ukuran sisik yang dimiliki hewan reptil beragam. Mulai dari yang berukuran mikroskopik seperti yang dimiliki dwarf gecko (Sphaerodactylus), hingga yang berukuran relatif besar seperti sisik yang dimiliki kadal dan ular. Ukuran paling besar berada pada sisik yang menutupi cangkang kura-kura dan juga sisik buaya.

Habitat Hewan Reptil

Reptil merupakan jenis hewan yang mayoritas berada di daerah tropis dan kebanyakan dari mereka berada di antara garis lintang 30° utara dan garis bujur 30° selatan. Meskipun ada beberapa hewan yang hidup berdekatan dengan lingkar arktik, yaitu ular viper eropa (Vipera berus) dan Kadal vivipar (Lacerta vivipara/Zootoca vivipara).

Spesies reptil seperti ular, kadal, dan kura-kura juga tinggal di wilayah dingin, dan karenanya gaya hidup mereka telah berevolusi agar mampu bertahan dan bereproduksi hanya dengan beraktivitas selama kurang lebih tiga bulan setiap tahunnya.

Banyak dari hewan reptil, khususnya spesies kadal, yang memiliki temperatur tubuh favorit. Mereka hanya akan beraktivitas jika temperatur tubuh mereka berada di atas 28 °C dan akan berada di bawah cahaya matahari demi mendapatkan temperatur tinggi tersebut.

Habitat hidup hewan reptil sangatlah beragam, mulai dari pegunungan hingga laut. Ular perut kuning (Pelamis platurus) memiliki habitat di sekitar laut. Ia makan dan bereproduksi jauh dari garis pantai sementara jenis ular laut lain tinggal di daerah pesisir pantai. Penyu juga salah satu hewan reptil lain yang beraktivitas di daerah laut dan kebanyakan dari spesiesnya memiliki fase pelagic yang dialami dari saat mereka menetas hingga menjadi penyu kecil.

Banyak dari spesies ular, buaya dan kadal yang merupakan hewan akuatik dan memiliki habitat di daerah sungai atau danau. Sementara beberapa spesies ular dan kadal lainnya berhabitat di hutan, padang rumput hingga padang pasir.

Pengelompokan Hewan Reptil

Reptil yang hidup di jaman ini merupakan representasi dari sedikit kelompok reptil yang ada secara keseluruhan, untuk itu, pengelompokan hewan reptil tergantung kepada sisa fosilnya. Misalnya, tertinggi klasifikasi reptil ditentukan oleh karakter kerangka spesies tersebut.

Reptil (dari kelas Reptilia) dan mamalia (dari kelas Mamalia) merupakan dua jenis hewan yang masih hidup dari kelompok Amniota, sebuah kelompok hewan dengan karakter memiliki membran amniotik. Struktur embrionik ini memang tidak dapat ditemukan dari jejak fosil, namun mereka dari tampilannya di masa ini, dapat diketahui bahwa reptil dan synapsids memiliki nenek moyang yang sama.

Berdasarkan ordonya, hewan reptil dapat diklasifikasikan menjadi 4 kelompok, yaitu:

Ordo Crocodilia

buaya
Semua spesies buaya merupakan anggota dari ordo crocodilia

Ordo crocodilia mempunyai sisik yang tebal terbentuk dari keratin yang diperkuat dengan lempengan tulang yang disebut skuta sebagai pelindung. Ciri fisiknya adalah berkaki empat dan berkuku pada setiap jarinya, lalu memiliki otot yang kuat pada ekornya dan berkembang biak secara Ovipar.

Kepala pada ordo crocodilia berbentuk piramida, keras dan kuat disertai dengan gigi yang runcing untuk mencabik-cabik mangsanya. Habitat alaminya adalah di perairan air tawar maupun air asin.

Contoh hewan ordo Crocodilia: Buaya Air Tawar, Buaya Air Asin dan berbagai jenis bangsa buaya lainnya.

Ordo Chelonia

penyu
Anggota dari ordo ini merupakan hewan-hewan reptil bercangkang keras seperti kura-kura dan penyu

Ordo chelonia merupakan hewan reptilia yang memiliki cangkang dalam bentuk lempengan serta tulang belakang dan rusuk yang saling menyatu. Tubuhnya yang pendek dan lebar dilindungi oleh karapaks (cangkang bagian atas) dan plastron (cangkang bagian bawah). Ciri khas hewan dari ordo ini adalah mereka tidak bergigi dan lidahnya tidak dapat menjulur.

Hewan dari ordo ini biasa hidup di daerah air asin dan air tawar. Mereka berkembang biak dengan bertelur dan sang induk biasanya akan menanam telurnya di dalam lubang.

Contoh hewan Ordo Chelonia: yaitu Kura-kura dan penyu.

Ordo Rhinchochepalia

tuatara
Tuatara memiliki kemiripan dengan spesies iguana atau kadal, namun mereka merupakan hewan dari ordo yang berbeda

Ordo Rhinchochepalia merupakan jenis reptil yang telah ada sejak zaman prasejarah dan masih bertahan hidup hingga saat ini. Satu-satunya spesies ordo Rhinchochepalia yang masih ada yaitu Tuatara, ia memiliki kemiripan dengan kadal.

Tuatara hanya terdapat di Selandia Baru dan merupakan satu-satunya spesies Ordo Rhinchochepalia yang masih hidup dan diyakini telah hidup sejak zaman Dinosaurus. Reptil ini memiliki mata ke-3 di dahinya yang berfungsi untuk mengenali gelap dan terang serta memiliki duri yang berderet sepanjang tulang belakang.

Ia berkembang biak dengan bertelur dan hanya satu butir saja dalam satu kali masa bertelur. Pertumbuhan tuatara sangat lama, paling lama diantara reptil yang lain. Ia memerlukan waktu antara 10-20 tahun untuk mencapai usia dewasa. Tuatara adalah hewan pemalu dan penyendiri. Ia juga merupakan hewan nokturnal yang aktif di malam hari. Makanan utama mereka adalah burung, kadal, katak, serangga, dan laba-laba.

Tuatara dewasa mencapai panjang hingga 80 cm dengan berat sampai 1,3 kg. Warna tubuhnya biasanya kelabu kehijauan atau kelabu kecokelatan.

Ordo Squamata

Ordo Squamata merupakan ordo terbesar dalam kelompok reptil. Hewan-hewan yang termasuk ke dalam ordo ini adalah kadal, iguana, ular dan hewan amfibi yang secara keseluruhan dikenal dengan reptil bersisik atau squamates.

Terdapat sebanyak 10.000 spesies hewan di dalam ordo ini yang membuatnya ordo dengan hewan vertebrata terbanyak kedua setelah perciformes. Hewan dari ordo ini dikenal memiliki kulit sisik berduri atau menyerupai tameng.

Apakah penjelasan mengenai hewan reptil di atas memberikan pengetahuan yang bermanfaat untukmu? Tinggalkan pertanyaan dan pesanmu di kolom komentar, serta jangan lupa untuk membagikan tulisan ini ke teman-temanmu, ya!

bintang

Tertarik Dengan Zodiak? Simak Hubunganya Dengan Rasi Bintang Di sini!

Rasi bintang, atau yang juga sering disebut dengan konstelasi bintang, merupakan sebuah area di ruang angkasa yang menjadi tempat dimana bintang-bintang membentuk sebuah pola yang biasanya menyerupai hewan, tokoh mitologi atau benda mati.

Awal mula keberadaan rasi bintang bisa ditarik kembali dari zaman pra sejarah. Orang-orang terdahulu menghubungkan pola-pola bintang di langit dengan kepercayaan dan mitologi di daerah tersebut. Karenanya, masing-masing negara dan daerah memiliki penjelasan yang berbeda mengenai rasi bintang.

48 rasi bintang yang berasal dari kebudayaan barat bermula dari kepercayaan orang-orang Yunani. Rasi bintang yang berada di langit utara ditambahkan pada abad ke 15 hingga ke 18 pada saat penjelajah barat mengunjungi Southern Hemisphere. 12 rasi bintang kuno kini lebih dikenal sebagai zodiak. Awal mula zodiak tidak diketahui secara jelas. Ia mulai banyak dipercaya pada 400 SM di Chaldea, Babilonia.

Rasi Bintang, atau konstelasi, merupakan sekelompok bintang yang tampak berhubungan membentuk suatu pola gugus atau konfigurasi khusus. Dalam ruang tiga dimensi, kebanyakan bintang yang kita amati tidak memiliki hubungan satu dengan lainnya, tetapi dapat terlihat seperti berkelompok pada bola langit malam.

Manusia memiliki kemampuan yang sangat tinggi dalam mengenali pola, dan sepanjang sejarah telah mengelompokkan bintang-bintang yang tampak berdekatan menjadi rasi-rasi bintang.

Para pelaut Indonesia dahulu sebelum mengenal kompas telah menggunakan Rasi Bintang sebagai navigasi atau petunjuk arah dalam menjelajahi lautan, Rasi Bintang juga bisa sebagai penunjuk waktu atau musim dimana ada bintang-bintang yang hanya muncul hanya pada tertentu.

Berbagai Jenis Rasi Bintang

rasi bintang
Rasi bintang membentuk pola-pola yang didasari oleh kepercayaan beberapa budaya kuno

Di tahun 1922, the International Astronomical Union (IAU) secara resmi menetapkan 88 nama rasi bintang. Setiap titik koordinat di luar angkasa, terdapat salah satu rasi bintang tersebut. Ia didasari oleh konstelasi Yunani kuno yang terinspirasi oleh karya Ptolemy dan juga Aratus, dengan sedikit modifikasi modern oleh Petrus Plancius, Johannes Hevelius dan Nicolas Louis de Lacaille.

Di tahun 1922, Henry Norris Russell membuat daftar 88 konstelasi dan beberapa singkatannya. Namun konstelasi tersebut belum memiliki garis batas yang jelas. Baru di tahun 1928, IAU secara resmi menerima 88 konstelasi tersebut.

Dalam versi IAU, daftar tersebut telah ditambahkan batasan yang jelas beserta garis bujur vertikal dan horizontalnya yang dikembangkan oleh Eugene Delporte. Daftar tersebut baru dirilis pada tahun 1930. Sistem ini difungsikan untuk memetakan area. Dari keseluruhan rasi tersebut, 36 berada di langit utara dan 52 sisanya berada di selatan.

Terdapat pola rasi bintang lain yang disebut dengan Asterisme, namun ia tidak diakui secara resmi karena tidak masuk ke dalam definisi formal rasi bintang. Namun ia masih banyak digunakan oleh pengamat untuk menavigasi langit malam.

Asterisme bisa juga berisi beberapa bintang di dalam rasi bintang, atau bisa juga berbagi bintang dengan lebih dari satu rasi bintang. Salah satu contoh dari jenis rasi Asterisme yaitu Pleiades dan Hyades yang terdapat di dalam rasi bintang Taurus, lalu the False Cross yang terbagi antara rasi selatan Carina dan Vela; terakhir ada Venus’ Mirror di dalam rasi bintang Orion.

Baik rasi bintang yang diakui oleh IAU ataupun tidak, bermula dari pola yang dibayangkan dari hasil pengamatan bintang di langit. Banyak dari rasi tersebut yang didasari dari imajinasi mitologi kuno.

Berikut merupakan ke-88 nama rasi bintang yang diakui oleh IAU:

  1. Andromeda   (Putri Andromeda)
  2. Antlia   (Pompa Air)
  3. Apus   (Cendrawasih)
  4. Aquarius   (Pembawa Air)
  5. Aquila   (Elang)
  6. Ara   (Altar)
  7. Aries   (Domba Jantan)
  8. Auriga   (Sais Kereta Perang)
  9. Bootes   (Pengembala)
  10. Caelum   (Pahat)
  11. Camelopardalis   (Jerapah)
  12. Cancer   (Ketam)
  13. Canes Venatici   (Anjing-anjing Pemburu)
  14. Canis Major   (Anjing Besar)
  15. Canis Minor   (Anjing Kecil)
  16. Capricornus   (Kambing Laut)
  17. Carina   (Lunas Kapal Argo)
  18. Cassiopeia   (Ratu Ethiopia)
  19. Centaurus   (Centaur)
  20. Cepheus   (Raja Ethiopia)
  21. Cetus   (Ikan Paus)
  22. Chamaeleon   (Bunglon)
  23. Circinus   (Kompas)
  24. Columba   (Merpati)
  25. Coma Berenices   (Rambut Berenice)
  26. Corona Australis   (Mahkota Selatan; Yunani Kuno – Ptolemaeus)
  27. Corona Borealis   (Mahkota Utara)
  28. Corvus   (Burung Gagak)
  29. Crater  (Cangkir)
  30. Crux   (Salib Selatan)
  31. Cygnus   (Angsa)
  32. Delphinus   (Lumba-lumba)
  33. Dorado   (Ikan Todak)
  34. Draco   (Naga)
  35. Equuleus   (Kuda kecil)
  36. Eridanus   (Sungai)
  37. Fornax   (Tungku)
  38. Gemini   (Kembar)
  39. Grus   (Burung bangau)
  40. Hercules   (Hercules, anak Zeus)
  41. Horologium   (Jam)
  42. Hydra   (Naga laut)
  43. Hydrus   (Ular air)
  44. Indus   (Indian)
  45. Lacerta   (Kadal)
  46. Leo   (Singa)
  47. Leo minor   (Singa kecil)
  48. Lepus   (Kelinci)
  49. Libra   (Timbangan)
  50. Lupus   (Serigala)
  51. Lynx   ( Lynx)
  52. Lyra   (Harpa)
  53. Mensa   ( Meja)
  54. Microscopium   (Mikroskop)
  55. Monoceros   (Kuda Bertanduk)
  56. Musca   (Lalat)
  57. Norma   (Timabangan Datar)
  58. Octans   (Oktan)
  59. Ophiuchus   (Tangan Naga)
  60. Orion   (Pemburu)
  61. Pavo   (Merak)
  62. Pegasus   (Kuda bersayap)
  63. Perseus   (Perseus)
  64. Phoenix   (Phoenix)
  65. Pictor   (Kuda-kuda)
  66. Pisces   (Ikan)
  67. Piscis Austrinus   (Ikan Selatan)
  68. Puppis   (Buritan kapal Argo)
  69. Pyxis   (Kompas kapal Argo)
  70. Reticulum   (Jaring)
  71. Sagitta   (Anak Panah)
  72. Sagittarius   (Pemanah)
  73. Scorpius   (Kalajengking)
  74. Sculptor   (Alat Pemahat)
  75. Scutum   (Perisai)
  76. Serpens   (Ular)
  77. Sextans   (Sekstan)
  78. Taurus   (Lembu Jantan)
  79. Telescopium   (Teleskop)
  80. Triangulum   (Segitiga)
  81. Triangulum Australe   (Segitiga Selatan)
  82. Tucana   (Burung tukan)
  83. Ursa Major   (Beruang Besar)
  84. Ursa Minor   (Beruang Kecil)
  85. Vela   (Layar Kapal Argo)
  86. Virgo   (Sang Perawan)
  87. Volans   (Ikan Terbang)
  88. Vulpecula   (Rubah)

Malam Langit Gelap

LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional) Indonesia, telah menetapkan tanggal 6 Agustus sebagai hari keantariksaan seiring dengan disahkannya Undang-Undang Keantariksaan Nomor 21 tahun 2013.

Undang-Undang itu dianggap sebagai landasan untuk pengembangan kegiatan keantariksaan di Indonesia, seperti antariksa, penginderaan jauh, penguasaan teknologi roket satelit dan aeronautika, peluncuran roket, dan komersialisasi keantariksaan.

Seiring dengan diresmikannya hari keantariksaan, LAPAN mengkampanyekan gerakan sosial “Malam Langit Gelap”.  Kampanye ini mengajak masyarakat untuk turut bergerak mematikan lampu setiap tanggal 6 Agustus untuk meminimalisir polusi cahaya guna melihat benda-benda langit lebih jelas.

tambang minyak

Gas Alam: Apa Saja Resiko Penggunaannya?

Gas alam, atau juga disebut sebagai gas bumi atau gas rawa, merupakan bahan bakar fosil berbentuk gas dengan kandungan utama metana (CH4). Ia berasal dari sisa-sisa tanaman, hewan dan mikroorganisme, yang tersimpan dalam bumi selama berjuta-juta tahun. Gas alam diperoleh dari hasil pertambangan di ladang minyak, ladang gas bumi dan juga pertambangan batu bara.

Gas Alam berperan penting sebagai sumber energi bahan bakar untuk pembangkit listrik, bahan bakar industri ringan, menengah dan berat, bahan bakar kendaraan bermotor dalam bentuk BBG/NGV, sebagai gas LPG untuk kebutuhan rumah tangga, hotel, restoran.

Ia juga digunakan sebagai bahan baku pupuk, petrokimia, metanol, dan bahan baku plastik. Kandungan CO2-nya juga dapat digunakan untuk soft drink dan dry ice yang difungsikan sebagai bahan pengawet makanan, hujan buatan, industri besi tuang, pengelasan dan bahan pemadam api ringan.

Beberapa komponen utama dalam gas bumi adalah metana 80%, etana 7%, propana 6%, butana 4%, isobutane, pentana dan juga mengandung helium, nitrogen, karbon dioksida, dan karbon-karbon lainnya.

Gas alam yang telah diproses itu sebenarnya tidak berbahaya, akan tetapi gas alam tanpa proses dapat mengganggu pernapasan karena ia dapat mengurangi kandungan oksigen di udara pada level yang membahayakan.

Gas alam yang telah diproses bersifat tidak berasa dan tidak berbau. Akan tetapi, sebelum gas tersebut dijual dan didistribusikan ke konsumen akhir, gas tersebut diberi bau dengan menambahkan Tiol, agar dapat terdeteksi bila terjadi kebocoran gas, karena gas alam dapat berbahaya karena sifatnya yang sangat mudah terbakar dan menimbulkan ledakan.

Gas alam lebih ringan dari udara, sehingga cenderung mudah tersebar di atmosfer. Akan tetapi bila ia berada dalam ruang tertutup, seperti dalam rumah, konsentrasi gas dapat mencapai titik campuran yang mudah meledak, yang jika tersulut api, dapat menyebabkan ledakan yang dapat menghancurkan bangunan.

Dalam pendistribusiannya, gas alam menggunakan beberapa metode transportasi, seperti:

  • Transportasi melalui saluran pipa.
  • Transportasi dalam tabung-tabung kecil (LPG) untuk kebutuhan rumah tangga dan industri kecil, menengah.
  • Transportasi dalam bentuk Liquefied Natural Gas (LNG) dengan kapal tanker LNG untuk pengangkutan jarak jauh.
  • Transportasi dalam bentuk Compressed Natural Gas (CNG), baik di daratan dengan road tanker maupun dengan kapal tanker CNG di laut, untuk jarak dekat dan menengah (antar pulau).

Gas bumi sebagai sumber energi utama dan sumber bahan baku memiliki peran penting di dunia. Potensi gas bumi yang dimiliki Indonesia sendiri berdasarkan status tahun 2008 mencapai 170 TSCF dan produksi per tahun mencapai 2,87 TSCF, dengan komposisi tersebut Indonesia memiliki reserve to production (R/P) mencapai 59 tahun.

Gas bumi masih memiliki potensi besar untuk dikembangkan, untuk itu pemerintah dalam rangka mendukung perencanaan pasokan gas untuk pemenuhan kebutuhan dalam negeri melakukan kajian dan menetapkan Neraca Gas Bumi Indonesia 2010-2025 dan menetapkan Rencana Induk Jaringan Transmisi dan Distribusi Gas Bumi Nasional serta memprioritaskan pemanfaatan melalui Kebijakan Penetapan Alokasi dan Pemanfaatan Gas Bumi dalam Negeri.

Terkait dengan pemanfaatan gas bumi untuk domestik, pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Menteri ESDM No.03 Tahun 2010 tentang Alokasi dan Pemanfaatan Gas Bumi Untuk Kebutuhan Dalam Negeri. Menteri ESDM menetapkan alokasi gas bumi untuk ini bertujuan untuk menjamin ketersediaan gas bumi untuk kebutuhan dalam negeri secara optimal dengan mempertimbangkan ketersediaan infrastruktur dan keekonomian pengembangan lapangan gas bumi.

Indonesia memiliki cadangan gas alam yang cukup besar hingga mampu berkontribusi 1,5% dari total cadangan gas dunia. Saat ini Indonesia memiliki cadangan gas terbesar ketiga di wilayah Asia Pasifik setelah Australia dan China (BP Statistical Review of World Energy 2015).

Beberapa pusat produksi gas alam di Indonesia berlokasi di lepas pantai. 4 terbesar di antaranya adalah:

  1. Arun, Aceh (Sumatra)
  2. Bontang (Kalimantan Timur)
  3. Tangguh (Papua)
  4. Pulau Natuna

Negara produsen gas alam terbesar di dunia data tahun 2015 (dalam milyar m³):

  1. Amerika Serikat 767.3
  2. Rusia 573.3
  3. Iran 192.5
  4. Qatar 181.4
  5. Kanada 163.5
  6. China 138.0
  7. Norwegia 117.2
  8. Saudi Arabia 106.4
  9. Aljazair 83.0
  10. Indonesia 75.0

Negara konsumen Gas Alam terbesar data tahun 2015 (dalam milyar m³):

  1. Amerika Serikat 778.0
  2. Rusia 391.5
  3. China 197.3
  4. Iran 191.2
  5. Jepang 113.4
  6. Saudi Arabia 106.4
  7. Kanada 102.5
  8. Meksiko 83.2
  9. German 74.6
  10. Indonesia 39.7

Untuk menyimpan gas bumi dalam skala besar, digunakan “Natural Gas Underground Storage”, yakni suatu ruangan raksasa di bawah tanah yang lazim disebut sebagai “salt dome”, yaitu kubah-kubah di bawah tanah sebagai waduk penampungan yang merupakan bekas sumber-sumber gas alam yang telah habis. Hal ini sangat efisien untuk negara yang memiliki 4 musim.

Pada musim panas saat pemakaian gas untuk pemanas jauh berkurang, gas alam diinjeksikan melalui kompresor-kompresor gas ke dalam kubah di dalam tanah tersebut dan pada musim dingin, di mana terjadi kebutuhan yang sangat banyak, gas bumi yang disimpan di dalam kubah bawah tanah dikeluarkan untuk disalurkan kepada konsumen yang membutuhkan. Hal ini sangat membantu penyedia gas alam yang cukup untuk menjaga stabilitas operasional pasokan gas alam melalui jaringan pipa gas alam.

Resiko Ancaman Penggunaan Gas Alam

Meskipun gas alam banyak dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari manusia, ketergantungan yang masif terhadap gas alam menimbulkan beberapa ancaman, seperti:

1. Menghasilkan Emisi yang Mengakibatkan Global Warming

Pembakaran gas alam dapat menghasilkan emisi, layaknya batu bara dan minyak. Namun, ia mengeluarkan 50-60% lebih sedikit karbon dioksida dibandingkan dengan pembakaran batu bara.

Meskipun demikian, kegiatan pengeboran dan ekstraksi gas alam, serta transportasinya melalui jalur pipa menyebabkan kebocoran gas metana, yang mana lebih berbahaya dibandingkan dengan karbon dioksida. Sebuah studi juga menunjukan bahwa gas metana memiliki 1 hingga 9 persen dari total siklus kehidupan emisi.

Jadi meskipun penggunaan gas alam memiliki lebih sedikit siklus kehidupan emisi dibandingkan batu bara, potensi global warming yang ditimbulkan gas metana lebih membahayakan.

Studi lain juga menunjukan bahwa bocornya gas metana harus dijaga untuk tetap di bawah 3.2% dalam kurun waktu 20 tahun atau kurang dari itu. Teknologi sebenarnya mampu untuk mengurangi kebocoran tersebut, namun dengan menggunakannya akan membutuhkan kebijakan serta investasi baru.

2. Polusi Udara

Pembakaran gas alam juga memproduksi polutan berbahaya seperti zat sulfur, merkuri dan partikel lain. Ia juga dapat memproduksi nitrogen oksida (NOx), yang merupakan penyebab munculnya smog.

Polutan-polutan tersebut beresiko memunculkan masalah kesehatan masal seperti asma, bronkitis, kanker paru-paru, dan penyakit jantung. Pengeboran gas alam dapat mengganggu kualitas udara di area sekitarnya. Di beberapa area tersebut, terjadi peningkatan konsentrasi polutan udara berbahaya. 

Sebuah studi juga menunjukan bahwa resiko penyakit akan lebih rentan terjadi kepada mereka yang tinggal berdekatan dengan area pengeboran gas alam dibandingkan mereka yang tinggal jauh dari area tersebut.

3. Ancaman Terhadap Keberadaan Hewan Liar

Pembangunan dan gangguan tanah yang diperlukan untuk pengeboran gas alam dapat mengganggu ekosistem lokal di sekitarnya dengan menyebabkan erosi, gangguan pola migrasi dan kerusakan habitat hewan liar.

Saat dilakukan pengeboran untuk membangun area pertambangan gas alam, prosesnya dapat menyebabkan erosi kotoran, mineral dan polutan lain yang akan berakhir di aliran air sekitarnya.

4. Polusi Air

Pengeboran gas alam dapat juga meningkatkan resiko kesehatan masyarakat melalui kontaminasi sumber air akibat terkena bahan kimia berbahaya. Bahan berbahaya seperti metana dan gas lain juga dapat bocor ke dalam persediaan air minum. Penggunaan air dalam pengembangan gas alam juga menimbulkan resiko kelangkaan air bersih di beberapa area.

5. Gempa Bumi

Salah satu proses dalam pengembangan gas alam, yaitu Hydraulic fracturing, dikaitkan dengan aktivitas seismik bermagnitudo rendah yang mana tidak terdeteksi di permukaan. Namun, pembuangan air sisa proses pengeboran dengan cara menginjeksinya dengan tekanan tinggi ke dalam lubang injeksi Kelas II, telah dikaitkan dengan munculnya gempa bumi di Amerika Serikat.

Meskipun gas alam memiliki peran yang cukup besar dalam kehidupan sehari-hari manusia, namun ketergantungan terhadap gas alam dapat mengakibatkan resiko ekonomi, lingkungan dan kesehatan yang signifikan.

Permintaan terhadap gas alam yang terus meningkat juga dapat mengakibatkan kelangkaan dan kenaikan harga di masa yang akan mendatang, seperti apa yang dialami Amerika Serikat di tahun 2000an. Dan dengan tidak adanya kebijakan nasional jangka panjang, gas alam yang murah akan terus menyaingi energi terbarukan.

Inilah mengapa keberagaman sumber energi listrik dan alternatif energi terbarukan dapat menjadi solusi bagi permasalahan ketergantungan tersebut.

Apakah informasi di atas memberikan pengetahuan yang berguna untuk kamu? Tinggalkan pertanyaan dan pesanmu di kolom komentar, serta jangan lupa untuk membagikan tulisan ini kepada teman-temanmu, ya!

hidroponik

Semua Yang Perlu Kamu Tahu Seputar Hidroponik!

Tahukah kamu bahwa tumbuhan dapat tumbuh tanpa tanah? Wah, kok bisa ya? Bagaimana caranya?

Tumbuhan berkembang melalui proses yang disebut dengan fotosintesis, dimana tumbuhan menggunakan cahaya dan klorofil dari dalam daunnya untuk membuat karbon dioksida dan merubah air menjadi glukosa dan oksigen. Atau jika dijabarkan menggunakan rumus kimia menjadi:

6CO2 + 6H2O → C6H12O6 + 6O2

Di dalam proses tersebut disebutkan bahwa tanah bukan merupakan media yang wajib digunakan, inilah mengapa tumbuhan dapat tumbuh tanpa adanya tanah. Yang mereka butuhkan adalah nutrisi dan air, yang mana bisa mereka dapatkan dari tanah. Namun nutrisi dan air tidak hanya bersumber dari tanah, bukan?

Inilah prinsip dasar dari hidroponik. Hidroponik atau dalam bahasa Inggris hydroponic yang berasal dari bahasa Yunani, hydro berarti air dan ponos berarti daya atau sering disebut budidaya tanaman tanpa tanah. Secara teori, kata “Hidroponik” itu sendiri berarti menumbuhkan tanaman menggunakan air.

Namun karena kamu juga dapat mengembangkan tumbuhan tanpa harus memasukannya ke dalam air, banyak orang yang mendefinisikan kata ini menjadi menumbuhkan tumbuhan tanpa menggunakan tanah.

Dalam metode hidroponik, semua kebutuhan nutrisi tanaman dipenuhi melalui air dan untuk menyangga tanaman, dipakai beberapa media yang tidak mengandung hara atau nutrisi seperti: spons, sabut, batu apung, arang sekam, rockwool, pasir, kerikil, expanded clay, perlite, serbuk gergaji, vermiculite dan lain-lain.

Teknik hidroponik mulai banyak dilakukan oleh masyarakat perkotaan baik dalam skala menengah sebagai sumber penghasilan yang cukup menguntungkan atau skala kecil sebagai hobi di kalangan masyarakat Indonesia. Dalam skala besar atau komersil, pemilihan jenis tanaman harus betul-betul diperhatikan, hanya tanaman yang bernilai ekonomis yang biasanya ditumbuhkan.

Beberapa jenis tanaman hidroponik yang sering dilakukan adalah: Melon, tomat, selada, paprika, timun jepang dan terong jepang.

Sistem-sistem Yang Ada Dalam Hidroponik

hidroponik
Terdapat berbagai macam sistem dalam penerapan hidroponik

Terdapat berbagai macam cara untuk mengembangkan tumbuhan melalui hidroponik. Metode yang populer adalah NFT (Nutrient Film Technique), yaitu dengan mendirikan tumbuhan di dalam plastik dan membiarkan larutan nutrisi terserap ke dalam akarnya dengan bantuan gaya gravitasi.

Dalam sistem hidroponik terdapat 6 cara lain yang dapat diterapkan. Masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangannya tergantung bagaimana kita merasa lebih sesuai dan memungkinkan untuk diterapkan.

1. Wick system

Merupakan teknik yang paling sederhana dan paling banyak digunakan untuk memulai dan belajar cara bertanam tanpa tanah, dimana nutrisi yang masuk ke media tanam melalui sumbu dibawah wadah tanam.

Teknik ini tidak memerlukan pompa untuk mengalirkan air nutrisi hanya perlu diperhatikan supaya meletakkan sumbu sedekat mungkin dengan akar tanaman supaya penyerapan nutrisi oleh akar dapat semaksimal mungkin, sumbu dapat terbuat dari kain bekas atau sumbu kompor dan lain-lain.

2. Ebb & Flow System

Teknik ini menggunakan sebuah wadah yang berisi media tanam dan penampungan larutan nutrisi di bawahnya, kemudian larutan nutrisi dipompakan secara berkala dengan pengaturan timer ke media tanam dan mengalir kembali turun ke wadah penampungan untuk dipompakan kembali dan seterusnya. Kelebihannya, wadah tanam bisa lebih besar dan kebutuhan nutrisi bisa diatur sesuai kebutuhan.

3. NFT (Nutrient Film Technique) System

Sistem ini yang paling banyak digunakan, terutama dalam penanaman sayuran berdaun seperti selada. Teknik ini memakai pipa paralon atau talang yang atasnya berjejer wadah tanam yang dimana akar tanaman nanti masuk kedalam larutan nutrisi yang dialirkan dengan pompa secara terus menerus, teknik ini cukup sederhana dan ternyata memberi hasil yang panen yang baik sehingga menjadi teknik yang terbanyak digunakan.

4. Water Culture System

Di Indonesia dikenal dengan sistem apung, dimana tanaman berada di atas rakit yang biasanya terbuat dari styrofoam yang dilubangi untuk tempat wadah bersama media tanam mengapung dalam larutan nutrisi.

Jadi akar dan sebagian media terendam dalam larutan, kemudian dalam larutan diberi pompa udara atau pompa akuarium untuk membuat gelembung-gelembung udara. Gelembung-gelembung membantu akar menyerap nutrisi dan oksigen, sehingga tanaman tumbuh lebih cepat dan subur.

5. Drip System

Dalam sistem drip atau yang sering disebut sistem irigasi tetes dimana cairan nutrisi dialirkan secara perlahan dengan bantuan pompa dan selang-selang kecil secara berkala langsung ke akar tanaman dengan demikian sangat menghemat air dan nutrisi. Dalam skala komersial, sistem drip banyak diterapkan pada tanaman tomat, melon, lombok, paprika dan terong.

6. Aeroponic System

Teknik ini menggunakan cara akar tanaman yang bergelantungan disemprotkan larutan nutrisi yang halus seperti kabut, dengan pompa bertekanan tinggi secara berkala, ternyata teknik ini memberi hasil terbaik dari semua teknik yang ada, karena beberapa telah terbukti secara komersial baik untuk tanaman tomat, tanaman kentang maupun tanaman daun.

Peralatan Yang Kamu Butuhkan Untuk Hidroponik

Untuk menjaga sistem hidroponik agar tetap berjalan dengan semestinya, kamu membutuhkan beberapa peralatan pendukung, seperti:

1. Media Tanam

Tumbuhan hidroponik biasa tumbuh menggunakan media yang stagnan yang mampu menopang berat tumbuhan dan menahan struktur akar. Media tanam inilah yang menggantikan tanah, namun ia tidak menyediakan nutrisi independen bagi tanaman sebagaimana tanah. Media tanam hanya mampu menjaga kelembapan dan menjadi media bagi larutan nutrisi agar terserap tanaman.

Banyak dari media tanam juga memiliki kandungan pH netral, jadi mereka tidak akan mengganggu keseimbangan larutan nutrisi. Banyak opsi media tanam yang dapat kamu pilih, tergantung dari jenis tanaman dan sistem hidroponik yang kamu gunakan.

2. Air stone & Pompa udara

Tanaman yang terendam di dalam air dapat dengan cepat tenggelam jika air tersebut tidak dianginkan dengan baik. Air stone, atau alat penganginan air mampu memecah gelembung oksigen agar dapat menyebar ke seluruh larutan nutrisi dan tanaman.

Air stone tidak mampu membuat oksigennya sendiri. Ia harus dikaitkan dengan pompa udara eksternal. Kedua komponen ini merupakan peralatan yang banyak ditemukan pada aquarium, jadi akan mudah untuk didapatkan.

3. Net pot (Pot berlubang)

Net pot merupakan sebutan bagi pot tanaman yang digunakan dalam hidroponik. Bentuknya layaknya pot tanaman biasa, namun pada bagian bawahnya berlubang. Hal ini agar memudahkan akar tanaman untuk bergerak bebas dan air mampu masuk untuk memberikan nutrisi.

Kelebihan Dari Hidroponik

hidroponik

Beberapa orang yang menanam tumbuhan melalui cara hidroponik mengatakan bahwa mereka mendapatkan hasil pertanian yang lebih banyak dibandingkan dengan cara konvensional. Hal ini karena akar tumbuhan yang ditanam menggunakan metode hidroponik menyerap larutan kaya nutrisi secara langsung.

Karena tumbuhan tersebut mendapatkan nutrisi lebih mudah, sistem akarnya put menjadi lebih kecil dan energi tumbuhan dialihkan kepada pertumbuhan daun dan batang. Dengan akar yang lebih kecil, kamu dapat menumbuhkan lebih banyak tanaman di area yang sama sehingga mendapatkan hasil yang lebih banyak.

Tumbuhan hidroponik juga tumbuh dengan lebih cepat. Banyak dari hama tumbuhan berasal dari tanah. Dengan tanpa adanya tanah, akan menguntungkan bagi sistem pertumbuhan tanaman dan menghindarkannya dari penyakit.

Hidroponik juga dapat dilakukan tanpa memandang musim. Hal ini karena ia dapat dilakukan di di dalam ruangan (indoor).

Apakah informasi di atas memberikan pengetahuan baru bagimu? Tinggalkan pertanyaan dan pesan di kolom komentar serta jangan lupa untuk membagikan tulisan ini jika kamu menyukainya!

sayuran organik

Pertanian Organik: Langkah Awal Hidup Sehat Dan Ramah Lingkungan!

Pertanian organik adalah sebutan bagi sistem pertanian yang dilakukan tanpa menggunakan bahan kimia sintetis, baik untuk pertumbuhan maupun pengendalian hama. Jadi dalam praktik pertanian organik, lebih mengandalkan bahan alami berupa kompos, pupuk hijau, dan bahan mineral dari alam.

Hampir semua tanaman, sayur dan buah dapat ditanam secara organik, misalnya seperti kubis, selada, brokoli, padi, tomat, lombok, jeruk, maupun tanaman perkebunan misalnya: apel, kopi, teh dan lainnya.

Dalam prinsip pertanian organik, kegiatan pertanian yang dilakukan harus memperhatikan kelestarian dan peningkatan kesehatan lingkungan tanah, tanaman, hewan, bumi, dan manusia sebagai satu kesatuan karena semua komponen tersebut saling berhubungan dan tidak terpisahkan.

Pertanian organik juga harus didasarkan pada siklus dan sistem ekologi kehidupan dan juga harus memperhatikan keadilan baik antar manusia maupun dengan makhluk hidup lain di lingkungan untuk itu perlu dilakukan pengelolaan yang baik dan bertanggung jawab dalam melindungi kesehatan dan kesejahteraan manusia baik pada masa kini maupun pada masa depan. Inilah mengapa hasil pertanian organik kini semakin banyak dipilih karena mengedepankan nilai moral eco friendly (Sustainable) dan fair trade.

Praktik pertanian organik sebenarnya bukanlah hal baru. Pertanian tradisional yang telah dilakukan sejak ribuan tahun di seluruh dunia diawali dengan pertanian organik yang memanfaatkan ekologi hutan (kebun hutan, forest gardening). Ia merupakan salah satu sistem produksi pangan pada masa prasejarah yang dipercayai merupakan pemanfaatan ekosistem pertanian yang pertama.

Bahaya Di Dalam Pestisida Kimia

pestisida
Di balik fungsinya, pestisida memiliki efek samping lain yang dapat membahayakan kehidupan

Pada abad ke-19, para ilmuwan lebih fokus kepada pembuatan pestisida berbahan alami yang dibuat dari akar tanaman tropis dan krisantemum. Baru pada tahun 1939 lah Dichloro-Diphenyl-Trichloroethane (DDT), bahan yang biasa digunakan dalam pestisida kimia ditemukan.

Bahan ini sangat efektif untuk membasmi hama serangga dan karena itulah bahan tersebut banyak digunakan di berbagai dunia sebagai insektisida. Namun 20 tahun kemudian, penggunaan bahan ini telah dilarang di 86 negara karena diketahui memiliki efek biologis yang berbahaya bagi manusia dan makhluk hidup lain.

The Food and Agriculture Organization (FAO) mendefinisikan pestisida sebagai:

“Zat atau campuran zat yang bertujuan untuk mencegah, membunuh, atau mengendalikan hama tertentu, termasuk vektor penyakit bagi manusia dan hewan, spesies tanaman atau hewan yang tidak diinginkan yang dapat menyebabkan kerusakan selama produksi, pemrosesan, penyimpanan, transportasi, atau pemasaran bahan pertanian (termasuk hasil hutan, hasil perikanan, dan hasil peternakan).

Istilah ini juga mencakup zat yang mengendalikan pertumbuhan tanaman, merontokkan daun, mengeringkan tanaman, mencegah kerontokkan buah, dan sebagainya yang berguna untuk mengendalikan hama dan memitigasi efek dari keberadaan hama, baik sebelum maupun setelah panen.”

Karena sifatnya, pestisida memang berbahaya bagi organisme hidup dan terkadang termasuk makhluk hidup lain yang bukan targetnya, seperti manusia. Inilah mengapa penggunaan pestisida harus dilakukan oleh orang yang tepat. Pada beberapa kasus, pestisida bahkan dapat mengakibatkan kematian akibat keracunan.

Seperti telah disebutkan sebelumnya, penggunaan bahan DDT telah dilarang di berbagai negara karena menimbulkan ancaman pada lingkungan dan kesehatan manusia.

Selain itu, bahan lain seperti lindane juga dipercaya dapat menyebabkan kanker dan kandungannya mampu bertahan di dalam tanah dan air untuk waktu yang lama. Bahan-bahan seperti ini lantas dapat memengaruhi ekosistem dan juga terakumulasi ke dalam rantai makanan.

Populasi manusia secara umum kini sudah terpapar kandungan pestisida melalui air dan makanan yang dikonsumsi meskipun dalam kadar rendah. Ancaman yang lebih serius dihadapi oleh mereka yang secara langsung terpapar oleh pestisida, seperti petani dan mereka yang berada di area pertanian tersebut.

  • Kandungan beracun di dalam pestisida didesain untuk dapat lepas ke udara dengan bebas. Dan meskipun pestisida dibuat untuk membasmi hama tertentu, banyak kasus dimana pestisida membahayakan makhluk hidup di luar targetnya. Pestisida juga mampu mengendap di dalam air, udara, sedimen dan terakumulasi di dalam makanan.
  • Pestisida telah dikaitkan pada gangguan kesehatan pada manusia, baik untuk jangka pendek seperti mual dan sakit kepala, maupun jangka panjang seperti kanker dan gangguan reproduksi.
  • Dapat mengurangi keanekaragaman hayati pada ekosistem tanah. Jika tidak terdapat bahan kimia di dalam tanah, maka kualitas tanah akan meningkat dan karenanya akan meningkatkan ketahanan air. Hal ini penting untuk menjaga tumbuhan agar tumbuh baik.

Di negara-negara berkembang, keracunan akut pestisida untuk jangka pendek adalah jenis keracunan yang paling mengkhawatirkan. Namun, di negara-negara maju, yang terjadi adalah kebalikannya.

Keracunan pestisida jangka pendek dapat dikendalikan, namun masalah utamanya adalah keracunan jangka panjang akibat paparan pestisida dalam jumlah sedikit namun berlangsung cukup lama.

Menyadari dampak negatif untuk kesehatan dan lingkungan yang ditimbulkan oleh pemakaian pestisida, pupuk dan obat-obat kimia dalam pertanian, pemerintah Indonesia mencanangkan gerakan revolusi hijau sekitar tahun 1970, akhirnya pertanian organik semakin populer di Indonesia sejak sekitar tahun 1980 sampai sekarang.

Kaidah-Kaidah Pertanian Organik

Agar dapat dikategorikan sebagai organik, pertanian haruslah memenuhi beberapa syarat, seperti:

  1. Bibit yang digunakan harus berasal dari tanaman alami, bukan hasil rekayasa genetik.
  2. Pengolahan tanah tidak memakai traktor sepenuhnya supaya tidak terjadi pemadatan tanah dan kematian organisme, pengolahan tanah hanya bergantung dekomposisi bahan organik tanah dengan pupuk hijau, kompos dan proses biologis oleh mikroorganisme.
  3. Tidak memakai pupuk dan pestisida kimiawi.
  4. Persemaian bibit sampai penanaman bibit tidak memakai pestisida.
  5. Penanaman berbagai jenis tanaman dengan kombinasi yang baik untuk menghindari penumpukan hama dan meminimalkan gulma.
  6. Pengendalian gulma bisa menggunakan bahan alami seperti legum, pemberian mulsa dan hewan gembala untuk memakan gulma.
  7. Pengairan memakai air yang belum tercemar bekas/sisa pestisida dan pupuk kimiawi.
  8. Pemupukan dengan kompos, pupuk kandang dan mineral hasil tambang tanpa proses melalui kimiawi.

Pemerintah Indonesia sendiri telah mengeluarkan sebuah pedoman mengenai pertanian organik yang tertuang pada PERMENTAN NOMOR 28/2009 tentang pupuk organik, pupuk hayati dan pembenah tanah, yang mengatakan:

  1. Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari sisa tanaman dan/atau kotoran hewan yang telah melalui proses rekayasa, berbentuk padat atau cair dan dapat diperkaya dengan bahan mineral alami dan/atau mikroba yang bermanfaat memperkaya hara, bahan organik tanah, dan memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah.
  2. Pupuk hayati adalah produk biologi aktif terdiri dari mikroba yang dapat meningkatkan efisiensi pemupukan, kesuburan, dan kesehatan tanah.
  3. Pembenah tanah adalah bahan-bahan sintetis atau alami, organik atau mineral berbentuk padat dan cair yang mampu memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah.
  4. Formula pupuk organik adalah komposisi bahan-bahan organik dan mineral alami penyusun pupuk organik.
  5. Formula pupuk hayati adalah komposisi mikroba/mikrofauna dan bahan pembawa penyusun pupuk hayati.
  6. Formula pembenah tanah adalah komposisi mineral alami dan/atau bahan sintetis/organik penyusun pembenah tanah.
  7. Rekayasa formula pupuk organik adalah serangkaian kegiatan rekayasa, baik secara kimiawi, fisik, dan/atau biologis untuk menghasilkan formula pupuk organik.
  8. Rekayasa formula pupuk hayati adalah serangkaian kegiatan rekayasa pupuk hayati, baik secara kimiawi, fisik, dan/atau biologis untuk menghasilkan formula pupuk hayati.
  9. Rekayasa formula pembenah tanah adalah serangkaian kegiatan rekayasa pembenah tanah, baik secara kimiawi, fisik, dan/atau biologis untuk menghasilkan formula pembenah tanah.
  10. Uji mutu pupuk organik adalah analisis kandungan hara, mineral logam berat dan mikroba patogen yang dilakukan di laboratorium berdasarkan metode analisis yang ditetapkan.
  11. Uji mutu pupuk hayati adalah analisis kandungan jenis, populasi dan fungsi mikroba/mikrofauna, serta patogenisitas di laboratorium berdasarkan metode analisis yang ditetapkan.
  12. Uji mutu pembenah tanah adalah analisis kandungan pembenah tanah yang dilakukan di laboratorium berdasarkan metode analisis yang ditetapkan.
  13. Sertifikat hasil uji mutu adalah jaminan tertulis yang diberikan oleh lembaga yang terakreditasi untuk menyatakan bahwa produk telah memenuhi standar mutu yang ditetapkan.
  14. Surat keterangan mutu adalah keterangan tertulis yang diberikan oleh lembaga uji mutu untuk menyatakan bahwa produk telah memenuhi standar mutu yang ditetapkan.
  15. Standar mutu adalah kandungan pupuk organik, jenis dan populasi mikroba/mikrofauna dalam pupuk hayati, atau kandungan pembenah tanah yang ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional dalam bentuk SNI, atau yang ditetapkan oleh Menteri Pertanian dalam bentuk Persyaratan Teknis Minimal.
  16. Uji efektivitas pupuk organik adalah uji lapang atau rumah kaca untuk mengetahui pengaruh dari pupuk organik terhadap pertumbuhan dan/atau produktivitas tanaman, efisiensi pemupukan, atau peningkatan kesuburan tanah.
  17. Uji efektivitas pupuk hayati adalah uji lapang atau rumah kaca untuk mengetahui pengaruh dari pupuk hayati terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman, efisiensi pemupukan peningkatan kesuburan tanah atau kesehatan tanah.
  18. Uji efektivitas pembenah tanah adalah uji laboratorium, rumah kaca atau lapangan untuk mengetahui pengaruh dari pembenah tanah terhadap perbaikan sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.
  19. Persyaratan teknis minimal pupuk organik, pupuk hayati dan pembenah tanah adalah standar mutu yang dipersyaratkan dan ditetapkan dalam peraturan ini.
  20. Pengadaan pupuk organik, pupuk hayati atau pembenah tanah adalah kegiatan penyediaan pupuk organik, pupuk hayati atau pembenah tanah baik berasal dari produksi dalam negeri maupun dari luar negeri.
  21. Peredaran adalah kegiatan atau serangkaian kegiatan dalam rangka penyaluran pupuk organik, pupuk hayati atau pembenah tanah di dalam negeri baik untuk diperdagangkan maupun tidak.
  22. Penggunaan adalah kegiatan pemanfaatan pupuk organik, pupuk hayati atau pembenah tanah oleh pengguna.
  23. Pengawasan adalah serangkaian kegiatan pemeriksaan terhadap produksi, peredaran, penyimpanan dan penggunaan pupuk organik, pupuk hayati atau pembenah tanah agar terjamin mutu dan efektivitasnya, tidak mengganggu kesehatan manusia dan kelestarian fungsi lingkungan.
  24. Badan usaha adalah perusahaan baik berbadan hukum maupun tidak.
  25. Direktur Jenderal Pembina Teknis Komoditas Tanaman adalah Pejabat Eselon I yang bertanggung jawab di bidang tanaman pangan, hortikultura, perkebunan atau peternakan.
  26. Kepala Pusat adalah Kepala Pusat Perizinan dan Investasi.

Penggunaan pestisida memang tidak secara eksplisit dilarang. Namun jika kamu ingin menghindari bahaya yang mungkin terjadi dalam jangka panjang maupun jangka pendek, beralih ke pertanian organik dapat menjadi opsimu.

Apakah kamu menyukai informasi di atas? Tinggalkan pertanyaan serta pesanmu pada kolom komentar, dan jangan lupa untuk membagikan artikel ini kepada teman-temanmu.