capung

Apa yang terlintas di benakmu saat mendengar kata capung? Pasti kamu membayangkan seekor serangga terbang yang memiliki bentuk wajah seperti lalat namun bertubuh panjang, bukan?

Capung merupakan jenis serangga yang termasuk ke dalam ordo Odonata dan sub-ordo Anisoptera. Hewan ini juga ternyata termasuk hewan purba yang sudah ada sejak tiga ratus juta tahun yang lalu. Capung dewasa memiliki ciri-ciri fisik berbadan panjang, memiliki mata yang multifacet, sayap transparan.

Ia sering disamakan dengan damselflies (capung jarum) karena kesamaan fisiknya. Keduanya memang berasal dari ordo yang sama, namun berbeda sub-ordo. Capung jarum berasal dari ordo Zygoptera.

Capung mempunyai ciri bertubuh relatif besar. Bila hinggap, sayapnya akan terbuka atau membentang. Ia dapat terbang jauh dan kuat menjelajahi wilayah luas. Sedangkan capung jarum bertubuh kecil, memiliki perut yang kurus ramping mirip jarum, bila hinggap sayap tertutup, tegak menyatu di atas punggung, terbang dengan lemah dan tidak terlalu jauh.

Capung ciwet, atau yang lebih dikenal dengan Wandering glider, merupakan jenis capung migrasi yang mampu menempuh jarak hingga 18.000 km untuk bermigrasi. Secara individu, jenis ini mampu terbang hingga jarak 6.000 km, salah satu jarak terjauh yang mampu ditempuh oleh serangga.

Capung merupakan hewan predator yang ulung, tingkat keberhasilan dalam memburu mangsanya bisa mencapai 95 persen. Dengan kemampuan terbang di udara, menyelam di air, terbang mundur, berputar 360 derajat dan berbalik 180 derajat, kemampuan terbangnya bahkan dapat mencapai 30 mil per jam.

Terdapat sekitar 3012 spesies capung yang diketahui per tahun 2010. Mereka diklasifikasikan ke dalam 348 genus dan 11 famili. Capung dapat ditemukan di berbagai benua di dunia kecuali benua Antartika.

Hewan ini dapat ditemukan mulai dari tepi pantai sampai dataran tinggi. Dalam keseharianmu, pasti kamu pernah menemukan kumpulannya beterbangan di pekarangan rumah, sawah, hutan, danau, sungai bahkan di lingkungan perkotaan.

Siklus Berkembang Biak Capung

capung
Capung merupakan salah satu hewan yang mengalami metamorfosis tidak sempurna

Capung menyukai lingkungan berair untuk bertelur. Mereka meletakkan telurnya pada tumbuhan di air menggenang atau air mengalir. Capung jantan memiliki sifat yang lebih teritorial dan akan membela wilayah tempat larvanya ditelurkan.

Telur yang menetas mengeluarkan larva atau tempayak akan hidup dan berkembang di dasar air dan mengalami metamorfosis. Capung merupakan serangga hemimetabola, yang berarti ia tidak melewati tahap pupa dan memiliki metamorfosis tidak sempurna.

Kemudian berkembang menjadi larva/nimfa dan kemudian keluar dari air menjadi capung dewasa. Siklus hidup capung bervariasi, sejak dari telur, menetas sampai dewasa berkisar dari 6 bulan sampai 6 atau 7 tahun.

Beberapa spesies capung menelurkan telurnya di dalam jaringan tumbuhan, dan beberapa lainnya bertelur tepat di atas permukaan air. Larva akan menyerap oksigen dari air tersebut menggunakan insang yang terdapat pada bagian rektumnya. Perutnya akan memompa air masuk dan keluar melalui anus.

Sejak dalam air dalam bentuk larva dan nimfa hidup sebagai hewan karnivora yang ganas, sebagai larva memakan plankton dan  sebagai nimfa memburu dan memangsa anak-anak ikan dan berudu. Sedangkan capung dewasa memangsa nyamuk, lalat dan serangga lainnya.

Habitat hewan ini bisa sebagai indikator alami untuk mendeteksi kualitas air di lingkungan sekitar ia berada. Jika kita masih bisa menemui hewan ini, berarti menandakan perairan kita cukup bersih dari pencemaran. Hal ini dikarenakan telur dan larva hanya bisa berkembang biak dan bertahan hidup di perairan yang tak tercemar.

Larva yang belum memiliki sayap itu biasanya berwarna gelap dan berbintik, menyerupai sedimen atau tumbuhan dimana ia menempel. Matanya menonjol keluar layaknya capung dewasa, namun memiliki struktur yang lebih kuat.

Terdapat bagian tubuh yang disebut dengan “topeng” yang merupakan sebutan untuk bagian mulut ketiga larva. Ukurannya lebar dan harus terlipat di antara kepala dan thorax saat sedang tidak digunakan. Di ujung topeng tersebut terdapat penjepit berbentuk taring yang digunakan untuk menangkap mangsa, seperti cacing, berudu, dan ikan kecil.

Apakah informasi di atas memberikan pengetahuan yang berguna untuk kamu? Tinggalkan pertanyaan dan pesanmu di kolom komentar, serta jangan lupa untuk membagikan tulisan ini kepada teman-temanmu, ya!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *