Menyebabkan hilangnya kesadaran, kejang-kejang atau kematian bagi manusia
Merusak janin di dalam kandungan ibu hamil
Dampak Kekurangan Karbon Dioksida:
Mengalami sesak napas, jantung berdebar, kelelahan, muntah, kejang hingga koma
Gejala penyakit ginjal, addison, keracunan aspirin dan ketoasidosis diabetes
Karbon dioksida atau yang dikenal dengan nama ilmiah CO2, merupakan senyawa kimia yang terdiri dari satu karbon dan dua atom oksigen. Karbon dioksida yang berbentuk padat biasa dikenal dengan sebutan biang es (dry ice). Ia merupakan gas yang dapat mengikat panas dan karenanya dapat menimbulkan apa yang disebut dengan efek rumah kaca (greenhouse effect).
Fungsi Gas Karbon Dioksida
Gas karbon dioksida merupakan salah satu gas yang paling esensial dan dibutuhkan di bumi. Mengapa demikian? Karena, jika manusia mengeluarkan gas ini sebagai hasil dari proses bernapas (respirasi), namun pada tumbuhan adalah sebaliknya.
Tumbuhan membutuhkan gas karbondioksida untuk melakukan proses yang biasa dikenal dengan nama fotosintesis. Bersama dengan cahaya matahari yang cukup dan gas karbondioksida, tumbuhan baru dapat melakukan proses tersebut.
Nah, dari hasil proses fotosintesis tersebut, tumbuhan lantas akan mengeluarkan gas yang sangat dibutuhkan manusia dan hewan untuk bernapas. Gas apakah itu? Apalagi kalau bukan oksigen (O2). Proses fotosintesis juga merupakan cara bagi tumbuhan untuk makan dan memperoleh nutrisi bagi dirinya sendiri. Karena selain menghasilkan oksigen bagi manusia, tumbuhan juga memproduksi makanannya sendiri melalui proses tersebut.
Karbondioksida adalah gas cair yang tidak memiliki warna atau bau, tidak beracun, tidak mudah terbakar dan bersifat sedikit asam. Gas ini lebih berat daripada udara dan dapat larut di dalam air. Karena sifatnya tersebut, gas ini sangat cocok untuk dijadikan bahan baku industri dan keperluan komersial.
Apa saja yang dapat dibuat dengan menggunakan karbon dioksida?
1. Bahan Baku Industri
Di dunia industri, karbon dioksida menjadi salah satu bahan baku mentah yang digunakan untuk memproduksi kimia, energi, maupun barang jadi.
Ia juga digunakan pada industri pembuatan metal guna menambah tingkat kepadatan dan juga sebagai perekat. Karbon dioksida juga dapat ditemukan pada alat pemadam kebakaran. Gas ini berguna untuk menghambat oksigen semakin memperbesar api.
2. Bahan Baku Kimia Dan Farmasi
Gas karbon dioksida juga digunakan sebagai bahan untuk membuat urea, obat, methanol, karbonat organik dan non-organik, polyurethanes dan sodium salisilat. Karbon dioksida jika digabungkan dengan epoksida juga dapat digunakan untuk membuat plastik dan polymer.
3. Bahan Elektronik
Dalam industri pembuatan alat elektronik, gas karbon dioksida digunakan sebagai salah satu bahan untuk membuat circuit board, membersihkan permukaan dan manufaktur peralatan semikonduktor.
4. Industri Minyak
Gas karbon dioksida digunakan pada proses Enhanced Oil Recovery (EOR). EOR merupakan sebuah teknik yang digunakan untuk meningkatkan kuantitas minyak mentah yang didapatkan dari hasil pertambangan. Teknik ini berguna untuk menaikan cadangan minyak pada suatu sumur persediaan minyak.
Karbon dioksida akan dimasukan dengan tekanan tinggi ke dalam cadangan minyak yang lantas akan mendorong minyak melalui pipa yang telah disiapkan menuju ke atas permukaan.
Meskipun dapat dimanfaatkan dalam berbagai kegiatan, namun gas karbon dioksida memiliki kekurangan. Gas karbon dioksida merupakan gas yang sangat stabil sehingga membutuhkan usaha yang lebih untuk mengaktifkan molekul agar ia dapat bereaksi.
Selain itu, konsekuensi yang didapatkan dari menggunakan gas ini adalah ia akan meninggalkan jejak karbon (carbon footprint) yang jika dilepas begitu saja ke atmosfer akan mengakibatkan percepatan pemanasan global dan perubahan iklim.
Dari Mana Gas Karbondioksida Berasal?
Karbondioksida dihasilkan dari proses-proses alamiah yang biasa terjadi, seperti proses pernapasan (respirasi) makhluk hidup. Selain itu, juga terdapat sumber lain yang ternyata dapat menghasilkan gas karbon dioksida seperti:
1. Hasil Proses Natural
Karbon dioksida selain berasal dari proses respirasi juga dapat berasal dari proses alami lain, seperti contohnya erupsi dari gunung api.
2. Hasil Sisa Pembakaran Bahan Bakar Fosil
Gas karbon dioksida juga dapat dihasilkan dari sisa-sisa aktivitas manusia, seperti penggunaan bahan bakar fosil pada kendaraan dan mesin produksi.
3. Dekomposisi Makhluk Hidup
Saat organisme atau makhluk hidup mati, jasad mereka lantas akan dimakan oleh bakteri. Proses ini yang disebut dengan dekomposisi. Pada saat proses ini, tubuh yang dimakan bakteri tersebut akan mengeluarkan gas karbon dioksida.
4. Deforestasi
Selain dari pembakaran bahan bakar fosil, karbon dioksida juga dapat dihasilkan dari pembakaran hutan. Kegiatan deforestasi yang sengaja dilakukan manusia guna membuka lahan perkebunan ini dapat menghasilkan gas karbon dioksida yang bisa membahayakan bagi manusia.
Karbondioksida dan Bumi
Kamu pasti sering mendengar pemberitaan bahwa karbon dioksida merupakan penyumbang salah satu gas emisi yang mengakibatkan perubahan iklim dan pemanasan global.
Sisa-sisa pembakaran bahan bakar fosil menghasilkan gas CO2 yang kemudian akan mengumpul di atmosfer dan menimbulkan efek ‘pemanasan’.Dari situlah muncul istilah Pemanasan Global.
Tingkat karbondioksida di atmosfer yang semakin tinggi dapat berdampak pada perubahan iklim dan hal ini buruk bagi kelangsungan bumi dan umat manusia.
Steven Sherwood, seorang ilmuwan iklim dari University of New South Wales, Australia mengatakan bahwa perubahan temperatur yang terjadi, atau biasa dikenal dengan sensitivitas iklim, menunjukan bahwa bumi menjadi semakin sensitif akibat meningkatnya level karbon dioksida.
Perubahan iklim yang diakibatkan karena meningkatnya karbon dioksida di atmosfer bumi ini menimbulkan banyak masalah bagi keberlangsungan makhluk hidup. Untuk itu, mulailah lebih bijak dalam menggunakan peralatan yang dapat menghasilkan gas karbon dioksida.
Apa sekarang kamu menjadi lebih paham tentang apa itu karbon dioksida? Tinggalkan pertanyaan dan pesanmu di kolom komentar, serta jangan lupa untuk membagikan artikel ini ke teman-temanmu, ya!
Hidrokarbon di dalam bidang kimia merupakan senyawa yang terdiri dari unsurkarbon (C) dan unsur hidrogen (H). Seluruh hidrokarbon memiliki rantai karbon atom-atom hidrogen yang berikatan dengan rantai tersebut. Istilah itu juga digunakan sebagai pengertian dari hidrokarbon alifatik.
Sebagai contoh, metana (gas rawa) adalah hidrokarbon dengan satu atom karbon dan empat atom hidrogen: CH4. Etana adalah hidrokarbon yang terdiri dari dua atom karbon bersatu dengan sebuah ikatan tunggal, masing-masing mengikat tiga atom karbon: C2H6. Propana memiliki tiga atom C (C3H8) dan seterusnya (CnH2·n+2).
Dilihat dari jenis ikatan antar atom karbon, senyawa hidrokarbon dapat dibedakan menjadi hidrokarbon jenuh dan tidak jenuh. Senyawa hidrokarbon jenuh terdiri dari karbon yang hanya terikat dengan ikatan tunggal. Senyawa jenis ini juga disebut sebagai alkana atau parafin. Rumus umum senyawa ini adalah CnH2·n+2. Contohnya adalah metana (CH4) dan etana (C2H6).
Sedangkan, senyawa hidrokarbon tak jenuh dibagi dengan dua jenis, alkena dan alkuna. Senyawa jenis alkena atau Olefin, terikat dengan ikatan ganda. Rumus umum senyawa ini adalah CnH2n. Contohnya adalah etilena (C2H4). Dan salah satu karbon senyawa jenis alkuna, terikat dengan ikatan rangkap tiga. Rumus umum senyawa ini adalah CnH2·n-2. Contohnya adalah asetilena (C2H2)
Berdasarkan bentuk rantai karbon dan jenis ikatannya, senyawa hidrokarbon dikelompokkan menjadi:
1. Hidrokarbon alifatik
Adalah hidrokarbon dengan rantai terbuka dengan ikatan tunggal (jenuh) ataupun ikatan rangkap (tak jenuh). Senyawa hidrokarbon alifatik adalah senyawa karbon yang rantai C nya terbuka dan rantai C itu memungkinkan bercabang.
2. Hidrokarbon alisiklik
Adalah yaitu hidrokarbon dengan rantai tertutup atau melingkar. Senyawa alisiklik adalah senyawa organik berupa alifatik sekaligus siklik. Senyawa ini mengandung satu atau lebih cincin karbon, baik jenuh maupun tak jenuh, tetapi tidak memiliki karakter aromatik. Senyawa alisiklik dapat memiliki satu atau lebih rantai cabang alifatik.
3. Hidrokarbon aromatik
Adalah hidrokarbon rantai melingkar dengan ikatan konjugasi, yaitu ikatan tunggal dan ikatan rangkap yang berselang-seling. Senyawa hidrokarbon aromatik terdiri dari 6 atom C yang membentuk rantai benzena.
Kegunaan Senyawa Hidrokarbon
Kegunaan hidrokarbon secara umum dikelompokkan berdasarkan banyaknya atom C pada rantai hidrokarbon, yaitu:
Fraksi Hidrokarbon
Wujud Zat (pada 25°C)
Kegunaan Utama
C1-C4
Gas
Bahan bakar gas (LNG dan LPG)
C5-C7
Cair (titik didih rendah)
Pelarut, bahan bakar (bensin)
C6-C18
Cair
Bahan bakar (bensin dan kerosin)
C12-C24
Cair
Bahan bakar jet
C18-C50
Cair (titik didih tinggi)
Bahan bakar diesel, pelumnas
C50+
Padat
Petroleum jelly, lilin parafin
Secara lebih spesifik, hidrokarbon adalah salah satu sumber energi paling penting yang terdapat di bumi. Penggunaan utamanya adalah sebagai sumber bahan bakar. Jika dalam bentuk padat, hidrokarbon adalah salah satu komposisi pembentuk aspal.
Hidrokarbon juga pernah digunakan untuk pembuatan klorofluorokarbon (CFC), zat yang digunakan sebagai propelan pada semprotan nyamuk. Jika kamu mengikuti isu pemanasan global, tentunya sudah tahu bahwa klorofluorokarbon (CFC) sudah dilarang karena memiliki efek buruk terhadap lapisan ozon.
Untuk penjelasan yang lebih rinci, berikut hidrokarbon sederhana dan variasinya:
Metana dan etana berbentuk gas dalam suhu ruangan dan tidak mudah dicairkan dengan tekanan begitu saja.
Propana lebih mudah untuk dicairkan, dan biasanya dijual di tabung-tabung dalam bentuk cair.
Sebagai contoh yang lebih sering dilihat, jika kamu melihat cairan dalam korek atau pemantik rokok, itu adalah butana, yang sangat mudah dicairkan sehingga lebih aman digunakan.
Pentana berbentuk cairan bening pada suhu ruangan, digunakan di industri sebagai pelarut wax dan gemuk (pelumnas).
Heksana digunakan biasanya sebagai pelarut kimia dan termasuk dalam komposisi bensin.
Heksana, heptana, oktana, nonana, dekana, termasuk dengan alkena dan beberapa sikloalkana merupakan komponen penting pada bensin, nafta, bahan bakar jet, dan pelarut industri.
Untuk memudahkanmu dalam melihat contoh-contoh hidrokarbon dalam kehidupan sehari-hari, berikut contoh yang telah tim berkarir.id susun:
Sebagai Makanan
Jika kamu memakan nasi, maka kandungan di dalam nasi itu terdapat kandungan karbohidrat yang merupakan salah satu senyawa hidrokarbon. Di dalam karbohidrat, tersusun oleh senyawa glukosa yang menjadi sumber energi bagi manusia dan hewan. Glukosa tersebut memiliki struktur hidrokarbon alkana dengan bentuk siklik yang saling berikatan.
Bahan Bakar
Ketika kamu dalam perjalanan menggunakan transportasi darat, bensin yang kamu gunakan merupakan suatu senyawa hidrokarbon rantai panjang. Struktur dari bensin juga bervariasi yang bermula dari C7 hingga C11 sesuai dengan angka oktannya. Tentu bensin dapat diperoleh dari hasil panjang proses tambang minyak bumi yang dihasilkan oleh proses alami.
Hidrokarbon menjadi penyusun utama dari minyak bumi dan juga gas alam. Bahan-bahan ini tentunya dapat ditemukan dari hasil proses pertambangan dan dapat diolah dari permukaan bumi. Minyak bumi merupakan campuran dari hidrokarbon cair sedangkan gas alam terdiri dari senyawa metana. Fosil yang terpendam menjadi sumber utama dari hidrokarbon di dalam tanah.
Fosil yang telah melewati berbagai fase atau proses organik sehingga membentuk molekul yang lebih kompleks dan bervariasi disebut sebagai hidrokarbon. Dalam proses membentuk senyawa hidrokarbon di dalam tanah, fosil mengalami aktivitas biologis dan penataan ulang dalam definisi reaksi kimia.
Kilang minyak menjadi salah satu media pemrosesan hidrokarbon agar dapat digunakan. Dalam prosesnya, minyak mentah diproses dalam beberapa tahapan kemudian membentuk hidrokarbon tertentu yang kemudian dijadikan sebagai bahan bakar produk yang beragam.
Dalam proses pengambilannya, hidrokarbon telah melalui berbagai macam proses yang panjang untuk sampai terjadinya senyawa hidrokarbon yang diinginkan.Hasil tambang berupa bahan mentah akan melalui proses distilasi sehingga fraksi-fraksinya akan terpisah berdasarkan titik didihnya dan kemudian minyak mentah dapat disintesis menggunakan bahan tersebut.
Hidrokarbon juga merupakan sumber energi listrik dan panas utama dunia karena menghasilkan energi ketika dibakar. Energi hidrokarbon ini biasanya sering langsung digunakan sebagai pemanas di rumah-rumah, dalam bentuk minyak maupun gas alam.
Hidrokarbon dibakar dan panas yang dihasilkan digunakan untuk menguapkan air, yang kemudian uapnya disebarkan ke seluruh ruangan. Prinsip yang hampir sama digunakan di pembangkit-pembangkit listrik.
Berikut tabel kegunaan hidrokarbon sesuai fraksi dan titik didihnya:
No.
Fraksi
Jumlah Atom C
Titik Didih (°C)
Kegunaan
1.
LPG
1-4
<20
Bahan bakar kompor gas
2.
Bensin
5-12
30-180
Bahan bakar kendaraan
3.
Kerosin
11-16
170-290
Bahan bakar kompor minyak
4.
Solar
14-18
260-350
Bahan bakar mesin diesel
5.
Minyak pelumas
15-24
300-370
Pelumas dan lilin
6.
Aspal
>25
Residu
Pengerasan jalan
Bahan Plastik
Plastik yang sering kamu gunakan sehari-hari juga salah satu contoh dari senyawa hidrokarbon. Penjelasan sebelumnya telah menyebutkan bahwa hidrokarbon mampu membentuk polimer, yang salah satu aplikasinya pada plastik.
Plastik pada umumnya memiliki struktur utama yaitu polipropilena atau polietilena yang merupakan polimer atau rantai panjang dari propilena dan etilena. Kedua senyawa ini pun merupakan senyawa hidrokarbon rantai panjang yang berpolimerisasi.
Obat Bius dalam Dunia Medis
Senyawa karbon juga mencakup dunia medis, salah satunya etana. Etana yang merupakan hidrokarbon tidak jenuh dengan ikatan rangkap dua atau turunan dari alkena difungsikan sebagai obat bius dalam dunia medis.
Dampak Hidrokarbon Dalam Kehidupan
Kehadiran Hidrokarbon di dalam kehidupan menjadi sebuah dilema. Selain memiliki manfaat dalam perkembangan industri dan teknologi di dalam kehidupan, nyatanya hidrokarbon pun juga memiliki dampak negatif bagi lingkungan maupun kesehatan.
Hidrokarbon yang bertebaran di lingkungan dapat menjadi polutan primer maupun sekunder. Jika jumlahnya berlebih pada manusia, hewan, tumbuhan, ekosistem, maupun material lainnya, ia akan memberikan dampak yang negatif. Berikut dampak yang bisa diakibatkan bagi hidrokarbon yang berlebihan:
Kesehatan Manusia
Sebagian dari bahan pencemaran merupakan senyawa-senyawa yang bersifat karsinogenik dan mutagenik seperti, etilen, formaldehid, benzena, metil nitrit dan hidrokarbon poliaromatik (PAH).
Kendaran bermotor menghasilkan emisi yang mengandung senyawa karsinogen diperkirakan menimbulkan tumor pada organ manusia selain paru-paru. Terdapat berbagai pendapat tentang hal ini, apakah pembentukan tumor tersebut hanya diakibatkan karena asap solar atau gas lain yang bersifat sebagai iritan.
Untuk lebih jelasnya, berikut tabel tentang pengaruh konsentrasi hidrokarbon terhadap kesehatan manusia:
Konsentrasi Jenis Hidrokarbon (ppm)
Dampak Kesehatan
Benzena (C6H6)
Iritasi membran mukosa
100
Lemas setelah ½ – 1 jam
3000
Pengaruh sangat berbahaya setelah pemaparan 1 jam
7500
Kematian setelah pemaparan 5-10 menit
2000 Toluena (C7H8)
Pusing lemah dan berkunang-kunang setelah pemaparan 8 jam
200
Kehilangan koordinasi bola mata terbalik setelah pemaparan 8 jam
600
Lingkungan dan Ekosistem
Reaksi pembakaran hidrokarbon yang melibatkan O2 akan menghasilkan panas yang tinggi. Panas yang tinggi ini menimbulkan peristiwa pemecahan (cracking) menghasilkan rantai hidrokarbon pendek atau partikel karbon. Gas hidrokarbon dapat bercampur dengan gas buangan lainnya.
Cairan hidrokarbon membentuk kabut minyak (droplet). Padatan hidrokarbon akan membentuk asap pekat dan menggumpal menjadi debu/partikel. Hidrokarbon bereaksi dengan NO2 dan O2 menghasilkan PAN (Peroxy Acetyl Nitrates) yang menyebabkan iritasi pada mata yang menyebabkan mata terasa pedih dan berair.
Hewan dan Tumbuhan
Hidrogen yang bersifat mutagenik akan sangat rentan terhadap hewan. Hewan yang terpapar atau menghirup zat ini membuktikan adanya perubahan gen. Dengan kekekalan massa yang berlaku, konsumsi hewan yang tercemar oleh manusia akan memindahkan kandungan senyawa hidrokarbon itu ke manusia.
Sedangkan campuran PAN dengan gas CO dan O3 dikenal dengan Photo Chemistry Smog akan berdampak pada rusaknya tanaman. Dampak yang terjadi dapat dilihat dari daun yang menjadi pucat diakibatkan selnya mati. Toksisitas yang berdampak kepada tanaman juga akan meningkat jika hidrokarbon bercampur bahan lain.
Material
Dampak hidrokarbon pada material disebabkan oleh sifat kimiawi dari senyawa hidrokarbon itu sendiri. Contohnya, karet gelang yang direndam dalam cairan bensin maka akan menambah volume dari gelang tersebut namun akan berkurang tingkat elastisitasnya. Hal ini menunjukkan bahwa hidrokarbon dapat melarutkan beberapa senyawa penting dalam sebuah material, tidak hanya fisik namun juga kimianya.
Kesimpulan
Hidrokarbon adalah senyawa dalam arti kimia organik yang tersusun atas atom hidrogen dan juga atom karbon yang saling berikatan. Molekul hidrokarbon secara alami terjadi dan ditemukan dalam minyak mentah, gas alam, batu bara, dan sumber energi penting lainnya.
Bagi kamu yang ingin tahu lebih banyak tentang hidrokarbon, terdapat banyak artikel dan video yang bisa kamu akses secara gratis.
Bagaimana sobat kitacerdas.com, apakah sudah paham? Jika kamu masih memiliki pertanyaan seputar hidrokarbon dan sejenisnya, kamu bisa tulis di kolom komentar ya, dan jangan lupa bagikan ke teman-temanmu!
Pestisida merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut substansi yang dipakai untuk membunuh, mencegah atau mengendalikan hama tanaman atau binatang. Karena penggunaan pestisida berbahan kimia di dalam sektor pertanian, masyarakat kini terekspos dengan residu pestisida berkadar rendah.
Pestisida singkatnya adalah bahan kimia yang digunakan untuk membasmi hama. Secara umum, pestisida bisa dibuat dari bahan kimia maupun biologis, seperti virus, bakteri, antimikroba.
Penggunaan pestisida sudah semakin umum dan seringkali disamakan dengan produk pelindung tanaman. Padahal pada kenyataannya, ia hanya ditujukan untuk membasmi hama tanaman.
Tahukah kamu bahwa pestisida ternyata sudah digunakan dari zaman dahulu kala? Masyarakat pada zaman pemburu-pengumpul, biasa menggunakan pestisida untuk melindungi pertanian mereka dari serangga dan hama.
Bangsa Sumeria kuno memanfaatkan sulfur sebagai insektisida. Sedangkan bangsa medieval bereksperimen dengan menggunakan bahan arsenik.
Bangsa China juga menggunakan pestisida berbahan dasar arsenik dan juga merkuri untuk membasmi lintah dan hama lain. Sementara bangsa Yunani dan Romawi kuno menggunakan minyak, abu, sulfur dan material lain untuk melindungi persediaan makanan mereka.
Pada abad ke-19, para ilmuwan lebih fokus kepada pembuatan pestisida berbahan alami yang dibuat dari akar tanaman tropis dan krisantemum. Baru pada tahun 1939 lah Dichloro-Diphenyl-Trichloroethane (DDT) ditemukan.
Bahan ini sangat efektif untuk membasmi hama serangga dan karena itulah bahan tersebut banyak digunakan di berbagai dunia sebagai insektisida. Namun 20 tahun kemudian, penggunaan bahan ini telah dilarang di 86 negara karena diketahui memiliki efek biologis yang berbahaya bagi manusia dan makhluk hidup lain.
“Zat atau campuran zat yang bertujuan untuk mencegah, membunuh, atau mengendalikan hama tertentu, termasuk vektor penyakit bagi manusia dan hewan, spesies tanaman atau hewan yang tidak diinginkan yang dapat menyebabkan kerusakan selama produksi, pemrosesan, penyimpanan, transportasi, atau pemasaran bahan pertanian (termasuk hasil hutan, hasil perikanan, dan hasil peternakan).
Istilah ini juga mencakup zat yang mengendalikan pertumbuhan tanaman, merontokkan daun, mengeringkan tanaman, mencegah kerontokkan buah, dan sebagainya yang berguna untuk mengendalikan hama dan memitigasi efek dari keberadaan hama, baik sebelum maupun setelah panen.”
Jenis-jenis Pestisida
Jika diklasifikasikan berdasarkan target penggunaannya, pestisida dapat dibagi menjadi 4 macam, yaitu:
Insektisida: Untuk membasmi hama serangga
Herbisida: Untuk membasmi hama tumbuhan
Rodentisida: Untuk membasmi hama pengerat
Fungisida: Untuk mengontrol jumlah jamur dan lumut
Sementara berdasarkan bahan kandungannya, pestisida dapat dibagi menjadi:
Organophosphate: Banyak dari insektisida mengandung bahan ini. Ia bekerja pada sistem saraf dan mampu mengganggu enzim yang mengatur neurotransmitter.
Karbamat: Mirip dengan pestisida berbahan organophosphorus, pestisida dengan kandungan karbamat juga mempengaruhi sistem saraf dan mengganggu enzim. Namun efek pada enzim tersebut dapat dibalikan.
Insektisida Organoklorin: Pada zaman dulu bahan ini biasa digunakan, namun karena menimbulkan efek yang membahayakan kesehatan, penggunaannya kini dilarang (contoh: DDT, klordan, toksapen)
Pyrethroid: Ia merupakan bahan sintetis dari pyrethrin. Bahan ini lebih organik karena didapatkan dari krisantemum.
Sulfonylurea herbisida: Ia biasa digunakan untuk mengendalikan hama tanaman (rumput, lumut dan lainnya)
Biopestisida: Ia merupakan pestisida berbahan alami yang didapatkan dari hewan, tumbuhan, bakteri dan mineral.
Bahaya Di Dalam Pestisida
Karena sifatnya, pestisida memang berbahaya bagi organisme hidup dan terkadang termasuk makhluk hidup lain yang bukan targetnya, seperti manusia. Inilah mengapa penggunaan pestisida harus dilakukan oleh orang yang tepat. Pada beberapa kasus, pestisida bahkan dapat mengakibatkan kematian akibat keracunan.
Seperti telah disebutkan sebelumnya, penggunaan bahan DDT telah dilarang di berbagai negara karena menimbulkan ancaman pada lingkungan dan kesehatan manusia.
Selain itu, bahan lain seperti lindane juga dipercaya dapat menyebabkan kanker dan kandungannya mampu bertahan di dalam tanah dan air untuk waktu yang lama. Bahan-bahan seperti ini lantas dapat memengaruhi ekosistem dan juga terakumulasi ke dalam rantai makanan.
Populasi manusia secara umum kini sudah terpapar kandungan pestisida melalui air dan makanan yang dikonsumsi meskipun dalam kadar rendah. Ancaman yang lebih serius dihadapi oleh mereka yang secara langsung terpapar oleh pestisida, seperti petani dan mereka yang berada di area pertanian tersebut.
Kandungan beracun di dalam pestisida didesain untuk dapat lepas ke udara dengan bebas. Dan meskipun pestisida dibuat untuk membasmi hama tertentu, banyak kasus dimana pestisida membahayakan makhluk hidup di luar targetnya. Pestisida juga mampu mengendap di dalam air, udara, sedimen dan terakumulasi di dalam makanan.
Pestisida telah dikaitkan pada gangguan kesehatan pada manusia, baik untuk jangka pendek seperti mual dan sakit kepala, maupun jangka panjang seperti kanker dan gangguan reproduksi.
Dapat mengurangi keanekaragaman hayati pada ekosistem tanah. Jika tidak terdapat bahan kimia di dalam tanah, maka kualitas tanah akan meningkat dan karenanya akan meningkatkan ketahanan air. Hal ini penting untuk menjaga tumbuhan agar tumbuh baik.
Di negara-negara berkembang, keracunan akut pestisida untuk jangka pendek adalah jenis keracunan yang paling mengkhawatirkan. Namun, di negara-negara maju, yang terjadi adalah kebalikannya.
Keracunan pestisida jangka pendek dapat dikendalikan, namun masalah utamanya adalah keracunan jangka panjang akibat paparan pestisida dalam jumlah sedikit namun berlangsung cukup lama.
Peraturan Penggunaan dan Opsi Alternatif Pestisida
World Health Organization (WHO) merekomendasikan untuk mengurangi penggunaan pestisida jika memungkinkan. Tentukan sejauh mana penggunaan pestisida dibutuhkan kemudian carilah jalan alternatif non-kimia untuk menyelesaikan permasalahan pada pertanian. Jika penggunaan pestisida memang harus dilakukan dan tidak ada jalan alternatif, maka carilah produk yang memiliki resiko paling rendah terhadap kesehatan manusia dan lingkungan.
Saat menggunakan pestisida, patuhilah arahan dan instruksi manufaktur. Pada banyak kasus, personal protective equipment (PPE) turut digunakan untuk menghindari kontak langsung dengan pestisida serta mengurangi eksposur saat pengaplikasiannya.
Perjanjian internasional seperti Stockholm Convention on Persistent Organic Pollutants dan Rotterdam Convention on Prior Informed Consent memastikan negara pesertanya untuk taat dalam melindungi populasinya dari eksposur terhadap pestisida beracun.
Agar tepat sasaran dan menghasilkan hasil yang diinginkan, informasi terhadap penggunaan, insiden dan eksposur terhadap pestisida diperlukan. Namun sayangnya, di berbagai negara informasi seperti ini masih kurang.
Cara lain yang dapat digunakan untuk mencegah keracunan akibat pestisida adalah dengan menggunakan metode alternatif.
Beberapa metode alternatif yang bisa dicoba adalah kultivasi, penggunaan pengendali hama organik (seperti pheromone dan mikroba), teknik genetik dan pengendalian reproduksi hama itu sendiri. Penggunaan sampah domestik yang dikomposkan juga dapat digunakan untuk mengendalikan hama.
Metode kultivasi sendiri merupakan metode yang melibatkan polikultur, crop rotation, menanam makanan di area yang tidak terdapat hama, penanaman berdasarkan waktu di mana hama tidak aktif, menggunakan umpan yang akan menarik perhatian hama dari tanaman sebenarnya. Di Amerika, petani juga melakukan penyemprotan air panas untuk membasmi hama.
Penggunaan makhluk hidup yang secara alami merupakan predator dari hama juga dapat menjadi salah satu opsi alternatif. Pengendalian reproduksi hama dapat dilakukan dengan mensterilkan hama jantan lalu melepaskannya kembali. Hal ini dilakukan agar pada saat mereka bertemu dengan hama betina, mereka tidak akan bereproduksi.
Cara ini banyak digunakan terhadap medfly, tsetse fly dan ngengat gipsi. Namun kekurangan dari metode ini adalah memakan waktu dan biaya yang banyak. Selain itu, cara ini juga hanya dapat dilakukan pada beberapa spesies hama.
Penggunaan pestisida memang tidak secara eksplisit dilarang. Namun jika kamu ingin menghindari bahaya yang mungkin terjadi dalam jangka panjang maupun jangka pendek, pestisida organik dan metode pengendalian hama alternatif dapat menjadi opsimu.
Apakah kamu menyukai informasi di atas? Tinggalkan pertanyaan serta pesanmu pada kolom komentar, dan jangan lupa untuk membagikan artikel ini kepada teman-temanmu.
Herbisida (Inggris: herbicide) atau dikenal dengan penyiang gulma adalah senyawa atau material yang disebarkan pada lahan pertanian untuk menekan atau memberantas tumbuhan yang menyebabkan penurunan hasil panen.
Herbisida untuk Membasmi Gulma
Di dalam industri pertanian, lahan biasanya ditanami sejenis atau dua jenis tanaman utama. Namun, tidak dapat dipungkiri tanaman lainnya juga akan tumbuh di sekitar lahan tersebut. Di sekitaran lahan terjadi kompetisi dalam mendapatkan hara di tanah, perolehan cahaya matahari, dan atau keluarnya substansi alelopati, yang berartitumbuhan lain tidak diingin untuk tumbuh.
Pada kasus ini para petani menggunakan herbisida sebagai senyawa untuk menekan tumbuhan yang menyebabkan penurunan kuantitas panen, tumbuhan yang tidak diinginkan keberadaannya itu disebut gulma.
Berbagai macam gulma jika dilihat dari karakteristiknya
Rumput
Panicum repens
Eleusine indica
Axonopus compressus
Teki ladang
Cyperus rotundus
Gulma daun lebar
Mikania spp
Ageratum conyzoides
Euparotum odoratum
Jika dilihat dari habitat tumbuhnya, gulma bisa dibedakan dengan gulma darat dan gulma air. Gulma darat dapat hidup selama setahun, dua tahun, bahkan bisa beberapa tahun (tidak terbatas), penyebarannya pun dapat melalui biji atau dengan cara vegetatif.
Sedangkan gulma air dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
Gulma air yang hidup terapung di atas permukaan air
Eichhorina crassipes
Salvinia spp
Gulma air yang berada di dalam air
Ceratophyllum demersum
Gulma air yang muncul ke permukaan namun tumbuh dari dasar
Nymphaea sp
Sagittaria spp
Cara Kerja Herbisida
Proses kerja herbisida pada umumnya ialah dengan mengganggu proses anabolisme senyawa penting seperti pati, asam lemak atau asam amino melalui kompetisi dengan senyawa yang normal dalam proses itu.
Alasan kenapa herbisida dapat dijadikan kompetitor, karena memiliki struktur yang mirip dan menjadi kosubstrat yang dikenali enzim yang menjadi sasarannya. Cara kerja yang lainnya adalah dengan mengganggu keseimbangan produksi bahan-bahan kimia yang diperlukan tumbuhan seperti:
Glifosat yang akan mengganggu sintesis asam amino aromatik karena berkompetisi dengan fosfoenol piruvat.
Fosfinositrin yang mengganggu asimilasi nitrat dan amonium karena menjadi substrat dari enzim dari glutamin sintase.
Penjelasan dengan visual bisa kamu simak di video berikut:
Tipe dan Klasifikasi Herbisida:
Penggunaan herbisida dengan benar dan tepat membutuhkan pengetahuan yang cukup memadai tentang tipe dan klasifikasi dari senyawa ini. Penggolongan herbisida ini memudahkan pengenalan dan mendalami masing-masing jenis yang beragam. Secara umum klasifikasi herbisida terbagi atas empat, antara lain:
Berdasarkan Waktu Aplikasi
Sebagaimana fungsinya, herbisida merupakan bahan kimia yang digunakan untuk mengendalikan tumbuhan penghambat (gulma), dalam klasifikasinya herbisida dapat dibedakan dari pengaplikasiannya. Aplikasi herbisida dapat ditentukan oleh tahapan pertumbuhan tanaman utama maupun gulma.
Dengan membaginya sesuai pertimbangan pertumbuhan gulma, herbisida terbagi menjadi:
Herbisida Pratumbuh
Herbisida ini diaplikasikan pada tanah sebelum gulma tumbuh. Semua herbisida jenis ini adalah soil acting herbicide atau herbisida yang diaplikasikan ke tanah dan bersifat sistematik.
Herbisida ini diaplikasikan saat gulma sudah tumbuh. Herbisida jenis ini merupakan foliage applied herbicide atau herbisida yang diaplikasikan ke gulma dan dapat bersifat sistematik maupun non sistematik.
Berdasarkan aplikasi herbisida yang mempertimbangkan stadia pertumbuhan dari tanaman utama atau gulma, dapat dibagi menjadi:
Pre plant
Herbisida diaplikasikan pada saat tanaman belum ditanam, tetapi tanah sudah diolah.
Berikut penjelasannya yang bisa kamu simak:
Pre emergence
Herbisida diaplikasikan sebelum benih tanaman atau biji gulma berkecambah. Pada tahap ini, benih dari tanaman utama sudah ditanam, tetapi gulma belum tumbuh.
Agar lebih jelas, simak video berikut:
Post emergence
Herbisida diaplikasikan pada saat gulma dan tanaman sudah melewati fase perkecambahan. Aplikasi herbisida bisa dilakukan pada saat tanaman masih muda maupun sudah tua.
Simak video berikut untuk lebih jelasnya:
Berdasarkan Cara Aplikasi
Penggunaan herbisida bisa disesuaikan dengan cara pengaplikasiannya dalam tumbuhan utama dan gulma, yang dapat dibagi menjadi dua jenis:
Aplikasi melalui daun
Herbisida yang diaplikasikan melalui daun tumbuhan utama maupun gulma pun juga dibagi atas dua yaitu:
Bersifat kontak:
Herbisida ini memiliki fungsi hanya membunuh bagian hijau tumbuhan yang terkena semprotan. Jenis herbisida semacam ini sangat tepat untuk mengendalikan gulma setahun, karena akan mematikan secara permanen gulma yang terkena semprotan.
Berikut cara kerja herbisida dengan aplikasi bersifat kontak:
Dalam proses penyemprotan herbisida kontak terhadap gulma, kemudian bisa dapat dibedakan lagi menjadi dua jenis. Dua jenis ini dibedakan berdasarkan seberapa banyak jenis gulma yang akan mati jika terkena kontak secara langsung.
Herbisida kontak selektif: Herbisida ini hanya dapat membunuh satu dari beberapa jenis gulma.
Herbisida kontak non-selektif: herbisida yang dapat membunuh semua jenis tumbuhan yang terkena, terutama bagian yang berwarna hijau.
Bersifat Sistemik:
Herbisida ini diberikan kepada gulma setelah diserap oleh jaringan daun kemudian ditranslokasikan ke seluruh bagian tumbuhan tersebut (titik tumbuh, akar, rimpang, dan lain-lain) sehingga gulma akan mati total.
Contoh herbisida jenis ini adalah:
Glyphosate (Roundup) dengan cara kerjanya menghambat sintesa protein dan metabolisme asam amino.
Berikut cara kerja herbisida ini di dalam pengaplikasiannya:
Aplikasi melalui tanah
Herbisida yang diaplikasikan melalui medium tanah adalah herbisida yang bersifat sistemik. Setelah herbisida ini disemprotkan ke tanah, kemudian diserap oleh akar dan ditranslokasikan bersama aliran transpirasi sampai ke site of action pada jaringan daun dan menghambat proses pada photosystem II dalam fotosintesis.
Untuk lebih jelasnya mengenai hasil herbisida dengan aplikasi melalui tanah, dapat kamu simak melalui video berikut ini:
Berdasarkan Bentuk Molekul
Herbisida dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuk molekulnya. Berdasarkan bentuk molekul, dapat dibagi menjadi dua bagian, herbisida organik dan herbisida anorganik.
Herbisida organik
Herbisida organik adalah herbisida yang tersusun secara organik dengan contohnya sebagai berikut:
Amida
Amida adalah penyusun herbisida yang digunakan untuk mengendalikan kecambah gulma semusim, khususnya dari golongan rumput-rumputan. Penyusun herbisida ini lebih aktif bila diaplikasikan pada permukaan tanah sebagai herbisida pratumbuh.
Mekanisme kerja utama herbisida yang termasuk dalam golongan kelas amida adalah dengan memengaruhi sintesa asam nukleat dan protein. Contoh herbisida yang masuk dalam kelas ini adalah, butaklor, pretilakor, alaklor, dan propanil.
Bipiridilium
Susunan herbisida ini umumnya adalah herbisida pasca tumbuh. Susunan ini juga tidak akan aktif bila diaplikasikan lewat tanah dan tidak selektif. Contoh herbisida yang termasuk dalam kelas ini adalah paraquat dan diquat.
Efek tumbuhan atau gulma yang terkena bipiridilium ini akan tampak semacam efek bakar dalam waktu yang relatif singkat dan diikuti dengan peluruhan daun. Agar fungsi dan efek racun dari herbisida ini terlihat, membutuhkan prasarana utama antara lain, cahaya, oksigen, dan klorofil.
Herbisida Gramoxonejuga memiliki kandungan paraquat sebanyak 20%. Senyawa paraquat dikenal sebagai racun kontak umum. Menurut formulasinya, semua tumbuhan hijau dapat mati jika terkena. Namun, beberapa lumut yang tumbuh di batu terbukti tahan meski terkena. Terdapat simpang siur mengenai totalitas keampuhannya tersebut.
Agar sobat kitacerdas paham melihat efek yang diberikan herbisida ini, simak video berikut:
Dinitroanilin
Butralin dan pendimentalin merupakan bagian dari golongan herbisida dinitroanilin. Efektifitas herbisida ini akan bekerja bila diaplikasikan ke tanah sebelum gulma tumbuh atau berkecambah. Cara kerja dinitroanilin adalah sebagai racun mitotik yang menghambat perkembangan akar dan tajuk gulma yang baru berkecambah.
Jika kamu ingin melihat bagaimana penggunaan herbisida organik dalam membunuh gulma, simak video berikut:
Herbisida anorganik
Adalah herbisida yang tersusun secara anorganik. Contoh susunan anorganik seperti:
Ammonium sulfanat
Susunan herbisida anorganik ini akan memperpanjang masa dormansi sampai cadangan karbohidrat dan gula menjadi habis dan menyebabkan kematian.
Ammonium sulfat
Susunan herbisida ini menyebabkan peningkatan nilai PH pada cairan tubuh tumbuhan yang terkena ammonium, yang membuat tumbuhan mati. Ammonium juga beracun pada protoplasma sel.
Ammonium tiosianat
Ammonium tiosianat menyebabkan racun pada sel tumbuhan, menghambat enzim katalase dan mengkoagulasikan (menggumpalkan) protein.
Kalsium sianamida
Memiliki fungsi dapat mengkoagulasikan protein sel.
Tembaga sulfat, nitrat, dan fero sulfat
Dapat melemahkan kerja dan menyebabkan protein mengendap.
Berdasarkan Cara Kerja
Herbisida pun dapat dibedakan dari cara kerjanya, sebagai berikut:
Kontrak dan ditranslokasikan
Herbisida bagian ini dikenal juga sebagai caustis herbisides, dikarenakan adanya efek bakar yang terlihat ketika terkena. Efek bakar akan terlihat terutama pada konsentrasi yang tinggi seperti asam sulfat, besi sulfat, dan tembaga sulfat.
Reaksi sel ini tidak spesifik, biasanya memperlihatkan denaturasi dan pengendapan protein. Dengan larutnya membran sel maka seluruh konfigurasi sel dirusak karena membran dari kloroplas juga rusak dan sel itu akan mati.
Terdapat pula pembagian herbisida menurut mekanisme kerjanya. Herbisida yang memengaruhi metabolisme tanaman antara lain:
Herbisida yang menghambat fotosintesis
Penghambatan perkecambahan
Penghambatan pertumbuhan
Penghambatan respirasi/oksidasi
Penjelasan lainnya mengenai herbisida kontak dan sistematik dapat kamu simak dari video berikut:
Jenis-jenis Herbisida
Beberapa jenis herbisida yang bisa kamu jadikan referensi yang lebih rinci dan lengkap:
Argold
Bahan aktif :
Sinmetilin 100g/l + 2,4 D-IBE 400 g/l
Jenis formulasi :
Cairan
Translokasi :
Sistemik
Selektivitas :
Selektivitas
Waktu aplikasi :
Pra tumbuh
Tanaman sasaran :
Padi
Gulma sasaran & dosis :
daun lebar, teki-tekian, rumput
Volume semprot :
100-200 l/ha
Mekanisme kerja:
Herbisida ini akan menembus kutikula dan dinding sel yang terdiri dari selulosa dan pektin maupun lapisan lilin
Gejala yang ditimbulkan gulma setelah diberi herbisida ini hanya mematikan bagian hijau tumbuhan yang terkena semprotan
Mempengaruhi bagian jaringan gulma, mulai dari daun sampai ke perakaran atau sebaliknya.
Gejala gulma setelah diberi herbisida membutuhkan waktu 1-2 hari untuk mati, karena tidak langsung mematikan jaringan tanaman yang terkena. Namun, bekerja dengan cara mengganggu proses fisiologi jaringan tersebut lalu dialirkan ke dalam jaringan tanaman gulma dan mematikan jaringan sasarannya seperti, daun, titik tumbuh, tunas, hingga ke perakarannya.
Pro Quat 276 SL
Bahan aktif :
Parakuat Diklorida 276 g/l setara dengan ion paraquat 200 g/l
Mempengaruhi proses fotosintesis pada gulma dengan menghambat fotosistem I.
Gejala yang ditimbulkan gulma setelah diberi herbisida yaitu daunnya menguning dan kering karena fotosintesis yang terhambat.
Dampak Buruk Penggunaan Herbisida
Herbisida adalah bahan kimia yang sering dijumpai dengan mudah di dunia pertanian. Tidak sedikit terjadi kasus keracunan herbisida yang memberikan efek buruk pada kesehatan baik manusia maupun makhluk lain yang terkena. Keracunan dapat terjadi karena sengaja terhisap (inhalasi), menelan, atau melalui kulit.
Berikut beberapa catatan kejadian keracunan herbisida baik hewan maupun manusia:
Keracunan Paraquat menyebabkan kematian setidaknya tujuh anjing di Portland, Amerika Serikat. Keracunan ini telah menjadi epidemi di mana terjadi dalam skala cukup besar.
Paraquat adalah senyawa beracun dipyridilium (herbisida non selektif) yang masih banyak digunakan di Amerika Serikat karena efektif dalam lingkungan yang basah dan memiliki keterbatasan potensi pencemaran lingkungan.
Tingkat resistensi gulma pun rendah, sehingga banyak digunakan dalam sistem tanaman produksi. Namun, paraquat sangat beracun pada hewan domestik jika tertelan.
Keracunan akibat herbisida juga pernah terjadi pada lima kuda. Perubahan signifikan diamati pada dua kuda setelah pengobatan awal dengan dekstrosa salin 5%, anti-bloat, pheneramine maleat dan tonik hati.
Sedangkan tiga kuda lainnya merespon setelah terapi kedua. Gejala hipersalivasi dan timpani menghilang dan hewan kembali normal (sembuh) pada hari ke-3 pengobatan.
Anamnese dari kejadian ini memberi petunjuk bahwa kuda-kuda tersebut memperlihatkan gejala-gejala klinis setelah meminum air di sawah yang terpapar dengan herbisida.
Kejadian yang sering terjadi pada manusia yaitu menyebabkan dermatitis exfoliative, jaundice, peningkatan enzim hati, dan eosinofilia. Gejala ini timbul satu hari setelah kulit terpapar toksin butachlor.
Kejadian pada manusia lainnya pernah terjadi pada tahun 2008.
Gejala yang ditimbulkan setelah terpapar herbisida secara oral yaitu muntah, depresi sistem saraf pusat, gangguan saraf dan kardiovaskuler parah dan bahkan kematian.
Masuknya bahan-bahan herbisida dan pestisida lain ke dalam tubuh manusia dapat melalui beberapa cara yaitu, mulut (terminum/diminum), hidung (terhirup/menghirup). Contoh kasus misalnya para petani menyemprot dengan tidak benar tanpa menggunakan alat pelindung diri. Juga dapat melalui kulit (melalui pori-pori), dan rambut ataupun mata.
Kontak dengan herbisida dapat memberikan efek bakar yang terlihat dalam hitungan menit, karena kandungan asam sulfat 70%, besi sulfat 30%, tembaga sulfat 40%, dan paraquat.
Keracunan herbisida pun menyebabkan rusaknya lapisan selaput lendir saluran pencernaan, rasa terbakar di saluran pencernaan, dehidrasi, terganggunya sistem pernapasan. Pada akhirnya menyebabkan korban kejang, muntah, koma akibat kekurangan oksigen, dan kematian mendadak jika tidak segera mendapatkan pertolongan.
Kesimpulan
Herbisida merupakan penemuan yang sangat bagus bagi industri pertanian. Hal ini menunjukkan kemampuan manusia untuk menemukan zat kimia yang dapat membunuh gulma dengan tujuan produksi tanaman utama yang sesuai harapan. Berbagai kelebihan, jenis, dan cara masing-masing herbisida bekerja menunjukkan tujuannya yang beragam dan disesuaikan.
Namun tidak semua yang menggunakan bantuan kimia itu 100% aman tanpa menimbulkan efek apapun. Herbisida dapat menimbulkan efek pada hama, khususnya gulma. Namun, herbisida pun dapat mempengaruhi mekanisme yang penting yang lebih tinggi seperti manusia dan hewan.
Herbisida tidak berbahaya bagi manusia maupun hewan, jika masih dalam dosis kecil, karena ukurannya yang jauh lebih besar dari hama tanaman pengganggu. Namun, apabila dosis kecil itu terakumulasi dalam jumlah tertentu, tentunya akan sangat membahayakan.
Bagaimana sobat kitacerdas, apakah sudah paham tentang apa itu herbisida dan dampaknya pada kehidupan? Jika kamu masih memiliki pertanyaan seputar ini, silakan tulis di kolom komentar, ya! Dan jangan lupa bagikan ke teman-temanmu yang ingin memulai di industri pertanian. Semoga bermanfaat!
Teknologi pertanian telah membawa perubahan yang cukup maju dalam meningkatkan kualitas panen pertanian, seperti penemuan herbisida, insektisida, akarisida, bakterisida, rodentisida, moluskisida dan fungisida. Di dalam dunia pertanian diperlukan pestisida untuk mengendalikan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), baik pestisida kimia maupun organik.
Cendawan atau fungi dalam dunia pertanian adalah sesuatu yang merugikan, merusak kualitas panen dan juga menurunkan hasil panen. Di sini, kita akan membahas secara lebih spesifik tentang apa itu fungisida dan manfaatnya.
Fungisida adalah zat kimia yang digunakan untuk mengendalikan cendawan (fungi). Zat kimia ini termasuk dalam pestisida yang secara spesifik membunuh, menghambat atau mencegah jamur atau cendawan patogen penyebab penyakit tanaman.
Fungisida di dalam dunia pertanian digunakan untuk mengendalikan cendawan yang terdapat pada benih, bibit, batang, akar, daun, bunga, dan buah. Pengaplikasiannya pun bisa dilakukan dengan penyemprotan langsung ke tanaman, injeksi batang, pengecoran pada akar, perendam benih, dan pengasapan atau penyemprotan gas (fumigan).
Terdapat berbagai macam klasifikasi fungisida, yaitu:
Klasifikasi Fungisida Berdasarkan Cara Kerja
Pada umumnya, fungisida dapat dibagi berdasarkan cara kerjanya di dalam tubuh tanaman sasaran yang diaplikasikan, sebagai berikut:
Fungisida Sistemik
Fungisida sistemik adalah jenis fungisida yang apabila disemprotkan ke tanaman akan diserap dan didistribusikan ke seluruh bagian tanaman melalui jaringan tanaman. Fungisida sistemik diabsorbsi oleh organ-organ tanaman dan ditranslokasikan ke bagian tanaman lainnya melalui pembuluh angkut maupun melalui jalur simplas (melalui dalam sel).
Pada umumnya fungisida sistemik ditranslokasikan ke bagian atas (akropetal), yakni dari organ akar ke daun. Beberapa fungisida sistemik juga dapat bergerak ke bawah, yakni dari daun ke akar (basipetal).
Fungisida Non Sistemik
Fungisida non sistemik tidak dapat diserap dan ditranslokasikan di dalam jaringan tanaman. Jenis fungisida ini hanya membentuk lapisan penghalang di permukaan tanaman (pada umumnya daun) tempat di mana ia disemprotkan.
Fungisida ini hanya berfungsi mencegah infeksi cendawan dengan cara menghambat perkecambahan spora atau miselium jamur yang menempel di permukaan tanaman. Hal inilah yang membuat fungisida kontak hanya berfungsi sebagai protektan dan efektif jika hanya digunakan sebelum tanaman terinfeksi oleh penyakit.
Oleh karena ini, fungisida non sistemik harus sering diaplikasikan agar tanaman terus terlindungi dari infeksi baru.
Fungisida Sistemik Lokal
Terdapat jenis lain dari fungisida sistemik, yaitu fungisida sistemik lokal. Fungisida sistemik lokal dapat diabsorbsi oleh jaringan tanaman, tetapi tidak disebarkan ke bagian tanaman lainnya. Bahan aktif hanya akan terserap ke sel-sel jaringan yang tidak terlalu dalam dan tidak sampai masuk hingga pembuluh angkut.
Fungisida Kontak
Fungisida kontak adalah fungisida yang hanya bekerja pada bagian yang terkena semprotan saja atau hanya pada bagian yang terkontak langsung dengan larutannya. Fungisida jenis ini tidak dapat menembus jaringan tanaman dan tidak dapat didistribusikan di dalam jaringan tanaman.
Fungisida Translaminar
Fungisida translaminar adalah jenis fungisida yang dapat menembus jaringan tanaman namun tidak dapat didistribusikan di dalam jaringan tanaman. Fungisida translaminar mengalir dari bagian yang disemprot (daun dan bagian atas tanaman) ke bagian yang tidak disemprot (ke bawah).
Fungisida Kontak dan Sistemik
Fungisida jenis ini memiliki kinerja ganda, yaitu bekerja secara kontak sekaligus bekerja secara sistemik.
Klasifikasi Fungisida Berdasarkan Mekanisme Kerja
Sesuai mekanisme kerjanya, fungisida dibagi menjadi dua kelompok:
Multisite Inhibitor
Multisite inhibitor adalah fungisida yang bekerja menghambat beberapa proses metabolisme cendawan. Dengan sifatnya ini, membuat cendawan menjadi lemah dan tumbuhan memiliki ketahanan terhadapnya. Fungisida yang bersifat multisite inhibitor (merusak di banyak proses metabolisme) ini umumnya berspektrum luas.
Monosite inhibitor dikenal sebagai site specific, yang berarti fungisida bekerja dengan menghambat salah satu proses metabolisme cendawan. Salah satu proses metabolisme yang dihambat seperti hanya menghambat sintesis protein atau hanya menghambat respirasi.
Berdasarkan bahan yang digunakan, fungisida digolongkan menjadi dua golongan, yaitu fungisida sintetis/kimia dan fungisida alami/organik.
Fungisida Kimia/Sintetis
Fungisida yang dibuat dari bahan sintetis atau kimia disebut dengan fungisida sintetis. Meskipun dapat diproduksi massal dengan kelebihan yang beragam, namun fungisida ini memiliki efek negatif bagi lingkungan, manusia, dan hewan. Efek negatif dapat bersifat jangka pendek maupun jangka panjang jika digunakan dalam waktu yang lama.
Lalu bagaimana fungisida memengaruhi kehidupan hewan? Berikut video yang bisa kamu simak:
Fungisida Alami/Organik/Nabati
Tumbuhan dan organisme lain telah berevolusi dan mengembangkan pertahanan dalam melawan fungi parasit. Fungisida alami atau organik terbuat dari bahan-bahan banyak tersedia di alam. Fungisida ini relatif lebih aman digunakan karena tidak mengandung bahan kimia berbahaya.
Beberapa senyawa alami atau organik yang dapat digunakan sebagai fungisida antara lain:
Jika sobat kitacerdas ingin membuat fungisida secara organik dengan mudah dan murah, bisa simak video tutorial berikut:
Klasifikasi Fungisida Berdasarkan Bentuk
Berdasarkan bentuknya fungisida dibedakan menjadi empat golongan:
Fungisida Berbentuk Tepung
Berikut video ulasan tentang produk fungisida berbentuk tepung:
Fungisida Berbentuk Cair
Ulasan mengenai salah satu produk fungisida cair merek Score 250 EC bisa kamu simak di sini:
Fungisida Berbentuk Gas
Fungisida Berbentuk Butiran
Klasifikasi Fungisida Berdasarkan Sifat
Berdasarkan sifatnya, fungisida dibedakan menjadi dua kelompok yaitu:
Fungisida Selektif
Adalah fungisida yang bersifat selektif, yaitu fungisida yang hanya dapat membunuh jenis cendawan tertentu namun tidak mengganggu cendawan jenis lainnya.
Fungisida ini bersifat toksik pada jamur targetnya. Biasanya yang termasuk dalam golongan ini adalah anti jamur dengan bahan aktif sulfur, quinon, tembaga, dan heterosilik.
Sebagai contoh bagaimana fungisida selektif digunakan, kamu bisa lihat video berikut:
Fungisida Non Selektif
Merupakan fungisida yang bersifat tidak selektif yang dapat membunuh semua jenis cendawan, baik cendawan yang merugikan maupun cendawan yang menguntungkan. Fungisida non selektif cenderung memiliki target organisme luas karena tidak hanya beracun pada spesies fungi tertentu.
Kelompok ini biasanya terdiri dari fungisida dengan bahan aktif hidrokarbon aromatik, organofosfat, hingga oxathilin.
Klasifikasi Fungisida Berdasarkan Fungsinya
Terdapat tiga golongan fungisida jika dilihat dari fungsinya:
Fungisida Fungisidal
Adalah fungisida yang dapat membunuh cendawan dan menghambat pertumbuhan cendawan.
Fungisida Fungistatik
Adalah fungisida yang hanya dapat menghambat pertumbuhan cendawan.
Fungisida Genestatik
Adalah fungisida yang dapat mencegah terjadinya sporulasi.
Kesimpulan
Berbagai fungisida hadir di pasaran untuk membantu mengatasi beragam masalah cendawan atau jamur pada tanaman. Fungisida nantinya akan disesuaikan sesuai kebutuhan dan jenis tanaman.
Kebanyakan fungisida berbagai merek di pasaran berbahan dasar sulfur dalam konsentrasi yang rendah antara 0.08 sampai 0.5% (jika dalam bentuk cair) hingga 90% (dalam wujud bubuk). Residu fungisida telah ditemukan di makanan manusia, kebanyakan dari aktivitas pasca panen untuk memperpanjang usia simpan hasil pertanian.
Fungisida seperti vinclozolin diketahui sangat berbahaya dan saat ini telah dilarang penggunaannya. Sejumlah fungisida pun telah diatur penggunaannya karena mempertimbangkan efek kesehatan.
Bagaimana sobat kitacerdas apakah sudah memahami beragam jenis fungisida serta fungsi-fungsinya? Perlu diingat meski sangat ampuh mengatasi masalah jamur pada tanaman, namun tetap memiliki efek jangka panjang karena menggunakan zat-zat kimia yang perlu dipertimbangkan.
Oleh karena itu, sobat kitacerdas harus mampu menggunakan fungisida dengan bijak, ya. Jika ada pertanyaan seputar fungisida, kamu bisa tulis di kolom komentar dan jangan lupa bagikan ke teman-temanmu, ya.
Setelah sebelumnya kita telah membahas apa itu herbisida dan fungisida serta manfaatnya dalam dunia pertanian, kali ini sobat kitacerdas akan belajar tentang apa itu insektisida. Sederhananya, insektisida adalah bahan-bahan kimia yang bersifat racun dan dipakai untuk mematikan serangga (insect).
Insektisida termasuk salah satu jenis pestisida yang bekerja dengan efek memengaruhi pertumbuhan, perkembangan, tingkah laku, perkembangbiakan, kesehatan, sistem hormon, sistem pencernaan, hingga kematian pada serangga (segala aktivitas biologis serangga). Serangga yang dimaksud lebih spesifik pada serangga pengganggu tanaman.
Secara umum, zat-zat kimia yang terkandung dalam insektisida yang difungsikan untuk membunuh hama serangga dilakukan dalam dua mekanisme yaitu, meracuni makanannya (tanaman) dan meracuni serangga secara langsung. Salah satu jenis pestisida ini merupakan kolaborasi dari campuran zat kimia dan racun yang ampuh di kalangan petani kebanyakan.
Penggunaan insektisida yang termasuk dalam jenis pestisida ini, telah diatur dalam Undang-Undang yaitu No. 12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman. Merupakan zat pengatur dan perangsang tumbuh, bahan lain, dan organisme renik, atau virus yang digunakan untuk dapat melakukan perlindungan tanaman.
Penjelasan singkat mengenai apa itu insektisida bisa kamu simak dari video berikut:
Sejarah Singkat Penggunaan Insektisida
Beberapa sumber menjelaskan bagaimana manusia telah menggunakan insektisida beberapa ratus tahun dari sekarang. Para pekerja kebun diketahui telah menggunakan pelindung tanaman berzat kimia sejak awal tahun 1800-an.
Terdapat juga beberapa data sejarah tentang penggunaan sabun untuk melindungi tanaman dari ancaman serangga. Sabun yang terbuat dari minyak ikan paling banyak digunakan meski cara ini sering membuat tanaman mati. Beberapa orang menyebut bahwa cara itu cukup efektif, meski perlu penggunaan berkali-kali.
Beberapa sumber lain menyebutkan bahwa para petani saat itu juga menggunakan campuran bawang putih, bawang merah, lada, atau berbagai jenis rempah lainnya, namun sayangnya tidak begitu efektif membunuh serangga.
Catatan sejarah menyebutkan penggunaan insektisida sintetik pertama dimulai pada tahun 1930-an dan meluas setelah perang dunia II berakhir. Pada tahun 1945 hingga tahun 1965, insektisida golongan organoklorin dipakai secara meluas baik untuk pertanian hingga kehutanan.
Insektisida DDT menjadi salah satu produk yang paling terkenal dan dijual di pasaran pada tahun 1964. Setelah itu, pada tahun 1970-an mulailah bermunculan golongan insektisida sintetik lain seperti organofosfat, karbamat, dan pyrethroid.
Sejak tahun 1995, tanaman transgenik yang membawa gen resistensi terhadap serangga mulai digunakan.
Untuk lebih jelasnya mengenai sejarah bagaimana sejarah manusia menggunakan pestisida, kamu bisa simak video di bawah ini:
Kandungan dan Jenis Insektisida
Penggolongan insektisida dapat dibedakan dari beberapa klasifikasi antara lain:
Insektisida Organik
Merupakan insektisida dari bahan kimia yang dapat mengandung unsur karbon yang mampu membunuh serangga yang menurunkan kualitas tanaman. Insektisida ini juga dapat disebut sebagai insektisida hayati atau alami, karena diperoleh dari makhluk hidup.
Jika kamu ingin tahu bagaimana membuat insektisida organik dari rumah, video berikut mungkin bisa menjelaskannya dengan mudah:
Insektisida Anorganik
Bila insektisida organik bersifat alami dan dapat diproduksi secara rumahan, insektisida anorganik adalah kebalikannya. Insektisida anorganik adalah bahan kimia yang secara besar diproduksi perusahaan yang fokus pada penghancur hama, namun tetap harus sesuai takaran dan ketentuan dalam penggunaannya.
Video di bawah ini dapat menjelaskan bagaimana bentuk dari insektisida anorganik tersebut:
Insektisida Sintetik
Insektisida sintetik memiliki beberapa golongan besar dengan berbagai tujuan:
Senyawa Organofosfat
Golongan insektisida ini tersusun dan berasal dari molekul organik dengan penambahan fosfat. Ragam insektisida yang masuk dalam golongan ini, antara lain:
Chlorpyrifos
Chlorpyrifos-methyl
Diazinon
Dichlorvos
Pirimphos-methyl
Fenitrothion
Malathion
Senyawa Organoklorin
Insektisida golongan ini diciptakan dari molekul organik dengan penambahan klorin. Insektisida ini memiliki sifat sangat persisten, yaitu di mana ketika senyawa ini masih tetap aktif hingga bertahun-tahun lamanya. Hal inilah yang membuat penggunaannya kini dilarang karena memberikan dampak buruk pada lingkungan. Contoh dari insektisida ini adalah:
Lindane
Chlordane
Video berikut dapat menjelaskan bagaimana insektisida jenis chlordane digunakan pada tahun 1959. Sebelum akhirnya insektisida ini dilarang penggunaannya di Negara Amerika Serikat secara menyeluruh pada tahun 1988.
DTT
Sebuah klip video pada tahun 1946 ini menunjukkan bagaimana DDT dapat membunuh serangga lalat. Meskipun terbukti ampuh, namun para ahli kesehatan mencekal penggunaannya setelah terbukti dapat menyebabkan tumbuhnya sel kanker pada manusia.
Negara Amerika Serikat telah mencekal penggunaannya sejak tahun 1973.
Karbamat
Golongan insektisida karbamat sangat efektif mematikan banyak jenis hama pada suhu tinggi dan meninggalkan residu dalam jumlah sedang. Meskipun demikian, insektisida karbamat akan terurai pada suasana yang terlalu basa.
Salah satu produk karbamat yang banyak digunakan adalah:
bendiokarbamat
Pyrethrin/Pyrethroid Sintetik
Insektisida ini dibagi menjadi dua kategori, yaitu bersifat fotostabil dan bersifat tidak non fotostabil namun kemostabil. Produknya sering dicampur dengan senyawa lain untuk menghasilkan efek yang lebih baik. Salah satu produk dari insektisida golongan ini adalah:
Permethrin
Pengatur Tumbuh Serangga
Insektisida golongan ini berisi hormon yang berperan dalam siklus pertumbuhan serangga, fungsinya seperti menghambat perkembangan normal dari serangga. Contoh produk dari golongan insektisida ini antara lain:
Methoprene
Video berikut menjelaskan bagaimana insektisida jenis methoprene berpengaruh pada lingkungan dan kesehatan pada manusia.
Hydramethylnon
Pyriproxyfen
Flufenoxuron
Fumigan
Fumigan merupakan gas-gas yang mudah menguap dan dapat membunuh hama serangga. Insektisida fumigan hanya diizinkan digunakan oleh orang-orang terlatih karena resiko dari tingkat toksisitasnya yang tinggi. Contoh insektisida ini seperti:
Metil Bromida (CH3Br)
Aluminium Fosfit
Magnesium Fosfit
Kalsium Sianida
Hidrogen Sianida
Insektisida Hayati
Insektisida sudah dikenal sebagai alat pembunuh serangga atau hama yang menggunakan senyawa sintetik, tetapi nyatanya juga terdapat insektisida alami yang menggunakan bahan dasar dari bakteri, pohon, hingga bunga.
Insektisida ini pun terbukti ampuh dan mengurangi dampak buruk kepada lingkungan dan kesehatan manusia. Berikut beberapa insektisida hayati yang menggunakan unsur-unsur alami:
Silica (SiO2)
Adalah insektisida anorganik yang memiliki sistem kerja dengan menghilangkan selubung lilin pada kutikula serangga sehingga menyebabkan mereka mati lemas. Insektisida jenis ini acap kali dibuat dari tanah diatom (kieselguhr), yang tersusun dari molekul diatom bacillariophyceae.
Asam Borat (H3BO3)
Membasmi hama semut, para petani cukup sering menggunakan asam borat sebagai insektisida anorganik yang dipakai untuk menarik perhatian semut.
Pyrethrum
Merupakan insektisida organik alami yang berasal dari kepala bunga tropis krisan. Senyawa yang dihasilkannya dapat menghambat serangga yang baik pada konsentrasi rendah. Senyawa ini sangat mahal karena berkaitan dengan proses ekstraksinya.
Insektisida organik ini berasal dari ekstrak pohon neem (azadirachta indica). Ekstrak dari pohon neem menyebabkan terganggunya aktivitas sistem pencernaan serangga, khususnya golongan Lepidoptera (ngengat dan kupu-kupu beserta larvanya).
Ekstrak neem juga berperan sebagai pengatur tumbuh yang menyebabkan beberapa jenis serangga terus berada pada kondisi larva dan tidak bisa tumbuh dewasa dan berkembang.
Bakteri Bacillus thuringiensis
Bakteri ini memproduksi toksin Bt yang mampu mematikan serangga yang memakannya. Toksin Bt aktif pada pH basa dan menyebabkan saluran pencernaan serangga rusak (berlubang) hingga berujung pada kematian.
Para peneliti yang ahli di bidangnya telah berhasil memindahkan gen yang berperan dalam produksi toksin Bt dari B.thuringiensis ke tanaman kapas sehingga serangga yang memakan tanaman kapas tersebut akan mati.
Berikut video yang bisa kamu simak untuk penjelasan mengenai bakteri Bacillus thuringiensis:
Ragam Insektisida
Selain dari beberapa jenis insektisida yang telah terbagi dalam beberapa kategori, berikut terdapat beberapa contoh insektisida yang sering digunakan oleh para petani dalam memaksimalkan hasil pertanian, di antaranya:
Merek : CASCADE
Nama bahan aktif : Flufenoksuron 50 gr/l
Formulasi : 50 EC
Bobot/volume : 300 ml
Jenis pestisida : Insektisida cair
Merek : FURADAN
Nama bahan aktif : Karbofuran 3%
Formulasi : 3GR
Bobot/volume : 2 kg
Jenis pestisida : Sistemik
Merek : DECIS
Nama bahan aktif : Deltametrin 25 gr/l
Formulasi : 2,5 EC
Bobot/volume : 500 ml
Jenis pestisida : Insektisida cair
Merek : CURATERR
Nama bahan aktif : Karbofuran 3%
Formulasi : –
Bobot/volume : 2 kg
Jenis pestisida : Insektisida
Merek : SEVIN
Nama bahan aktif : Karbani 85%
Formulasi : 85 S
Bobot/volume : 500 g
Jenis pestisida : Insektisida
Merek : MARSHAL
Nama bahan aktif : Karbonsulfat 25,53%
Formulasi : 25 ST
Bobot/volume : 20 g
Jenis pestisida : Insektisida
Merek : BVR (Beauveria Bassiana)
Nama bahan aktif : –
Formulasi : –
Bobot/volume : 100 g
Jenis pestisida : Insektisida
Efek Buruk Insektisida
Penggunaan insektisida secara berlebihan dan tidak sesuai takaran akan membuat ketidakseimbangan bahkan efek buruk bagi lingkungan. Efek buruk penggunaan insektisida yang berlebihan dapat mengancam dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Insektisida yang dipakai sering kali menyerang organisme non target seperti burung dan makhluk hidup lainnya. Hal ini yang membuat kekhawatiran penggunaan insektisida berpotensi membahayakan makhluk hidup lainnya.
Kenyataannya dalam penerapan insektisida oleh petani sering kali digunakan melebihi dosis yang ditentukan. Beberapa petani beranggapan bahwa semakin banyak insektisida yang diaplikasikan maka akan semakin bagus hasil yang diperoleh. Hal ini tentu jelas salah, bahkan penggunaan insektisida yang terlalu banyak justru mengakibatkan tingginya jumlah residu pestisida pada hasil panen yang nantinya akan dikonsumsi manusia atau makhluk hidup lainnya.
UN atau PBB mengeluarkan data bahwa sebanyak 200 ribu orang meninggal dunia setiap tahunnya akibat keracunan pestisida atau insektisida. Insektisida sintetik yang digunakan juga menimbulkan masalah lingkungan, dikarenakan insektisida tertentu dapat tersimpan di dalam tanah selama bertahun-tahun, dapat merusak komposisi mikroba tanah, serta mengganggu ekosistem perairan.
Video berikut cukup bisa menjelaskan bagaimana insektisida dapat mengancam kesehatan manusia:
Selain pengaruh bahan insektisida sintetik yang mengancam kesehatan manusia, terdapat juga masalah selanjutnya yang diakibatkan oleh penggunaan bahan kimia ini secara berkelanjutan, yaitu, resistensi insektisida.
Resistensi insektisida adalah suatu kenaikan proporsi individu dalam populasi yang secara genetik memiliki kemampuan untuk tetap hidup meski terpapar satu atau lebih senyawa insektisida.
Peningkatan individu ini disebabkan karena matinya individu atau kelompok serangga yang sensitif terhadap insektisida, sehingga memberikan peluang bagi individu yang resisten untuk terus berkembang biak dan hidup meneruskan gen resistensi pada keturunannya. Hal ini secara sederhananya merupakan ketidakseimbangan yang terjadi karena matinya sekelompok serangga yang lemah terhadap insektisida dan memunculkan serangga yang lebih kuat.
Berikut penjelasan mengenai resistensi insektisida yang lebih mudah untuk kamu pahami:
Kesimpulan
Hama masih menjadi hambatan dan tantangan yang mengancam petani. Penggunaan insektisida tentu memberikan pengaruh besar terhadap hasil panen. Perlunya pengendalian yang jelas dan ampuh adalah solusi yang singkat bagi para petani pada umumnya. Termasuk jika harus menggunakan insektisida sintetik secara berlebihan.
Meski terbilang ampuh, namun tetap memiliki dampak jangka pendek dan jangka panjang yang merugikan. Tantangan ini perlu dijawab ke depannya oleh para pengembang teknologi pertanian yang memiliki visi yang lebih baik lagi dalam menangani permasalahan hama.
Beberapa bahan insektisida telah dibatasi penggunaannya dan bahkan dilarang di beberapa negara, namun perlu solusi alternatif yang bisa digunakan oleh para petani untuk mengurangi insektisida kimia. Salah satu langkahnya dengan cara menggunakan insektisida nabati.
Insektisida nabati adalah bahan aktif tunggal atau majemuk yang berasal dari tumbuhan yang digunakan untuk mengendalikan hama. Insektisida nabati dapat berfungsi sebagai penolak, penarik, antifertilitas, pembunuh, dan lainnya. Sifat dari insektisida ini pun umumnya tidak berbahaya bagi manusia ataupun lingkungan, karena mudah terurai dibandingkan dengan insektisida sintetik (kimia).
Meskipun secara keseluruhan insektisida nabati tidak bisa bekerja secara cepat sebagai pengganti insektisida sintetik, namun insektisida nabati dapat mengurangi jumlah penggunaan insektisida sintetik, jika kedua insektisida tersebut digunakan secara bersamaan.
Penggunaan insektisida nabati memiliki tingkat keamanan yang lebih bagus jika dibandingkan dengan racun senyawa-senyawa anorganik. Hal ini dikarenakan molekul yang sebagian besar terdapat pada insektisida alami akan terurai menjadi senyawa-senyawa yang tidak membahayakan lingkungan.
Bagaimana sobat kitacerdas, apakah sudah memahami bagaimana fungsi insektisida dan ragamnya? Jika kamu masih memiliki pertanyaan terkait insektisida, kamu bisa menulisnya di kolom komentar dan bagikan tulisan ini ke teman-temanmu, ya.
Presipitasi merupakan semua cairan dan partikel air yang jatuh dari awan dan mencapai tanah hingga menghasilkan rintik, hujan, salju, kristal es dan hujan es.
Apa Itu Presipitasi?
Presipitasi adalah istilah yang digunakan untuk menyebut fenomena pada saat tetes air (droplet) dan partikel solid seperti debu terkondensasi lalu jatuh dari awan dan mencapai tanah. Saat jatuh, ia akan menghasilkan rintik, hujan, salju, kristal es dan hujan es.
Perbedaan mendasar antara partikel presipitasi dan partikel awan adalah ukurannya. Tetes hujan memiliki berat rata-rata yang setara dengan 1 juta droplet. Karena ukurannya yang besar, partikel presipitasi memiliki kecepatan jatuh yang cukup cepat.
Perkembangan presipitasi melalui kristal es bergantung kepada droplet awan yang secara tiba-tiba dapat membeku pada temperatur −40 °C, atau −40 °F (supercooling).
Presipitasi terbentuk di awan pada saat uap air terkondensasi menjadi droplet (tetesan air) yang lebih besar. Saat droplet tersebut mencapai titik tertentu dan menjadi lebih berat, ia kemudian akan jatuh ke tanah. Jika awan tersebut berada di tempat yang lebih tinggi dan dingin, droplet akan berubah menjadi es.
Kristal es ini kemudian akan jatuh ke bumi dalam bentuk salju, hujan atau hujan es, tergantung dari seberapa dingin temperatur awan dan permukaan bumi. Nyatanya, banyak dari hujan yang terjadi awalnya berbentuk salju pada saat masih di awan. Namun saat ia turun dan mencapai permukaan yang lebih hangat, ia mencair menjadi tetesan air.
Partikel debu atau asap yang ada di atmosfer penting bagi proses presipitasi. Partikel-partikel yang juga disebut sebagai “condensation nuclei” ini menjadi tempat bagi uap air untuk bersangga pada saat kondensasi. Hal ini membantu tetes air untuk berkumpul hingga menjadi berat dan jatuh ke tanah.
Presipitasi selalu menggunakan air tawar, bahkan jika air tersebut berasal dari laut. Hal ini dikarenakan garam laut tidak menguap dengan air. Namun pada beberapa kasus, polutan di atmosfer dapat mengkontaminasi tetes air sebelum mereka jatuh ke tanah. Presipitasi yang dihasilkan dari air yang terkontaminasi tersebut disebut dengan hujan asam.
Hujan asam tidak secara langsung membahayakan manusia, tapi ia mampu membuat sungai dan aliran air lain menjadi lebih asam. Hal ini nantinya akan membahayakan ekosistem akuatik karena tumbuhan dan hewan seringkali tidak dapat beradaptasi dengan keasamannya.
Perbedaan Rasio Presipitasi
Jumlah presipitasi dapat berbeda-beda di suatu negara dan bahkan kota. Seperti Bogor yang mendapat sebutan “Kota Hujan” karena curah hujannya yang dapat mencapai 2.500 – 5.000 mm/tahun, sementara di kota lain seperti Surabaya, curah hujannya adalah 848 mm/tahun.
Awan yang berada di atmosfer mengandung uap air dan tetesan awan, yang merupakan tetesan kecil air yang terkondensasi. Tetesan tersebut terlalu kecil untuk dapat jatuh ke tanah dan mengalami presipitasi, namun cukup besar untuk membentuk awan. Sementara air terus menerus mengalami evaporasi dan kondensasi di langit.
Jika kamu memperhatikan awan secara seksama, kamu akan melihat bahwa terdapat beberapa bagian yang hilang (evaporasi), dan ada beberapa bagian yang muncul (kondensasi). Kebanyakan dari air yang terkondensasi di langit tidak jatuh sebagai presipitasi karena ukurannya terlalu kecil dan tidak mampu jatuh ke tanah.
Agar terjadi presipitasi, tetesan kecil air haruslah berkondensasi pada debu, garam atau partikel kecil yang lebih kecil yang berperan sebagai inti. Tetesan air tersebut lantas akan menjadi lebih besar karena adanya kondensasi uap air saat partikel saling bertemu. Dan ini bukan merupakan hal yang mudah mengingat jutaan tetesan awan masih dibutuhkan untuk memproduksi setetes hujan.
Mekanisme yang lebih efisien untuk memproduksi presipitasi dikenal sebagai Bergeron-Findeisen process, yang merupakan proses yang dapat mempercepat pertumbuhan kristal es dengan menggunakan uap air yang ada di awan. Kristal tersebut dapat jatuh sebagai salju atau meleleh menjadi hujan.
Curah Hujan Saat Badai
Kamu mungkin akan terkejut jika tahu berapa galon air yang dapat jatuh dari angkasa dalam sekali badai. Hujan yang jatuh di satu hektar tanah mampu menghasilkan 27,154 galon air. Jika kamu ingin menghitung berapa banyak air yang jatuh pada saat badai, kamu dapat menggunakan kalkulator hujan dengan hanya memasukan ukuran area dan jumlah hujan.
Kesimpulan
Menurut penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa presipitasi merupakan segala benda cair atau air dalam bentuk es yang terbentuk di atmosfer dan jatuh ke bumi. Dan ia merupakan salah satu bagian dari siklus air global.
Apakah informasi di atas membantu memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai presipitasi? Tinggalkan pesan serta pendapatmu di kolom komentar, dan jangan lupa untuk membagikan artikel ini ke teman-temanmu.