obesitas

Beberapa Faktor Penyebab Kegemukan/Obesitas Di antaranya:

  1. Gaya hidup tidak sehat
  2. Genetik
  3. Efek samping obat tertentu
  4. Penyakit
  5. Faktor Usia
  6. Faktor (Stres, Masalah Sosial, dll )

Kegemukan atau kelebihan berat badan merupakan salah satu permasalahan yang tidak hanya memengaruhi kehidupan seseorang, namun juga kehidupan orang di sekitarnya. Apalagi jika sudah mencapai taraf obesitas, akan berdampak besar dari sisi kesehatan, sosial, dan ekonomi seseorang.

Di Indonesia, berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS), dikatakan telah terjadi peningkatan angka obesitas pada penduduk berusia di atas 18 tahun, dari 10,5% pada 2017 menjadi 21,8% pada 2018.

Sebagian orang banyak beralih ke makanan serba instan yang memiliki segudang resiko jika berlebihan. Hal ini semakin memperparah tingkat seseorang mengalami kegemukan.

Apa sih sebenarnya kegemukan itu?

Kegemukan merupakan kondisi dimana berat badan seseorang berada di atas BMI (Body Mass Index).

Body Mass Index atau berat massa tubuh merupakan acuan yang paling banyak digunakan saat menentukan kesehatan seseorang melalui berat badannya.

Bagaimana cara menghitungnya?

BMI merupakan kalkulasi antara berat badan dan juga tinggi seseorang dalam perhitungannya. Cara menghitungnya adalah dengan membagi berat badan dalam satuan kilogram dengan tinggi badan dalam satuan meter kuadrat (Kg/M2). Jika hasilnya melebihi standar BMI, maka orang tersebut dinyatakan kegemukan. Dan begitu juga sebaliknya, jika hasilnya di bawah standar normal, maka orang tersebut tergolong terlalu kurus.

BMI yang berada di angka 25.0 atau lebih maka dikatakan kegemukan. Angka rata-rata BMI yang dikatakan sehat berada di angka 18.5 hingga 24.9. Acuan ini berlaku bagi orang dewasa yang berusia 20-65 tahun.

Dalam perhitungan BMI, kegemukan (overweight) berbeda dengan obesitas (obesity). Berikut merupakan daftar acuan angka BMI untuk usia dewasa yang telah ditetapkan oleh World Health Organization (WHO):

  • 18.5 – 24.9 menandakan berat badan sehat atau normal
  • 25 – 29.9 menandakan kegemukan
  • 30 – 39.9 menandakan obesitas
  • 40 ke atas menandakan obesitas parah

Perhitungan BMI ini tidak dapat digunakan kepada anak kecil, atlet, binaragawan, lansia di atas 65 tahun atau ibu hamil. Hal ini dikarenakan pada perhitungan BMI, berat otot, tulang dan lemak tidak dibedakan.

Orang-orang dengan massa otot yang lebih besar seperti atlet dan binaragawan, sudah pasti akan memiliki angka BMI yang besar. Namun bukan berarti mereka memiliki resiko penyakit yang tinggi.

Sedangkan orang-orang dengan massa otot yang rendah, seperti anak kecil yang masih dalam masa pertumbuhan atau lansia yang telah kehilangan massa ototnya, kemungkinan akan memiliki BMI yang rendah.

Ibu hamil atau ibu yang sedang menyusui juga mengalami perubahan pada tubuhnya, menggunakan angka BMI dalam menentukan kesehatan mereka akan menjadi tidak relevan.

Kegemukan dapat terjadi saat kalori yang kamu konsumsi lebih besar daripada kalori yang dibakar di dalam tubuhmu saat melakukan aktivitas fisik. Namun tidak itu saja, banyak faktor lain yang dapat menyebabkan seseorang mengalami kegemukan.

Seberapa umumkah kasus obesitas?

Obesitas sendiri telah menjadi epidemi di negara Amerika Serikat. Pada 2015, 40% orang dewasa di Amerika Serikat mengalami obesitas. Sekitar dua pertiga dari orang dewasa di sana mengalami kegemukan atau obesitas, dan satu dari tiga orang di Amerika mengalami obesitas.

Obesitas yang terjadi pada anak telah mengalami peningkatan yang signifikan. Hal ini juga terjadi di berbagai negara di dunia, dan fenomena ini telah meningkat dua kali lebih banyak dalam kurun tahun 1991 hingga tahun 1998.

Menurut data yang dirangkum oleh WHO pada tahun 2016, lebih dari 1.9 miliar orang dewasa berusia 18 tahun ke atas mengalami kegemukan dan 650 juta di antaranya mengalami obesitas. Dikatakan juga bahwa sekitar 13% dari penduduk dunia mengalami obesitas. Penderita obesitas meningkat 3x lebih banyak antara tahun 1975 dan tahun 2016.

Beberapa Faktor Yang Menyebabkan Seseorang Mengalami Obesitas

kegemukan
Banyak faktor yang dapat menyebabkan seseorang mengalami kegemukan dan obesitas

Kegemukan atau obesitas sendiri memiliki banyak faktor pemicu. Mulai dari faktor eksternal hingga internal. Berikut merupakan beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab seseorang mengalami kegemukan dan obesitas:

1. Gaya Hidup Yang Tidak Sehat

Sudah menjadi rahasia umum bahwa gaya hidup tidak sehat seperti mengkonsumsi junk food dan malas berolahraga dapat berdampak pada kenaikan berat badan yang sangat drastis.

Frekuensi makan juga menjadi salah satu faktor yang dapat menaikan berat badan. Orang yang sering ngemil, khususnya makanan yang kaya akan kalori, gula, karbohidrat dan lemak, memiliki resiko mengalami kegemukan. Untuk itulah orang-orang yang sering mengkonsumsi makanan cepat saji (fast food) dan makanan beku harus waspada.

Studi yang dilakukan The National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) juga menunjukan bahwa orang yang jarang bergerak cenderung untuk mengalami kenaikan berat badan.

2. Genetik

Seseorang akan cenderung mengalami kegemukan atau bahkan obesitas, jika kedua orang tuanya juga mengalami hal yang sama. Genetik juga memengaruhi hormon yang mengatur lemak.

Masalah genetik seperti resistensi leptin misalnya. Hormon leptin merupakan hormon yang diproduksi pada sel lemak dan di dalam plasenta. Leptin mengendalikan berat badan seseorang dengan memberikan sinyal kepada otak untuk makan lebih sedikit saat persediaan lemak di tubuh terlalu tinggi. Jika tubuh tidak dapat memproduksi hormon leptin, kendali ini akan hilang yang mana akan menyebabkan kegemukan.

3. Efek Samping Obat Tertentu

Obat-obatan yang diasosiasikan dengan peningkatan berat badang contohnya adalah obat antidepresan, anticonvulsant (obat untuk mengendalikan kejang-kejang), dan Valproate. Juga beberapa obat diabetes yang digunakan untuk menurunkan kadar gula darah seperti insulin, alat kontrasepsi oral dan corticosteroid. Beberapa obat tekanan darah tinggi dan antithistamine juga menyebabkan kenaikan berat badan.

Penyebab kenaikan berat badan akibat obat-obatan ini dapat berbeda-beda pada setiap obat yang dikonsumsi. Jika kenaikan berat badan sudah sampai mengganggu aktivitasmu, konsultasikan kepada dokter, ya!

4. Penyakit

Beberapa penyakit, seperti hypothyroidism, resistensi insulin, sindrom polikistik ovarium, Prader-Willi dan sindrom cushing, juga merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan seseorang mengalami obesitas.

5. Faktor Lain

Untuk sebagian orang, emosi dapat memengaruhi pola makan. Terdapat banyak kejadian dimana seseorang melakukan binge eating atau makan dengan berlebihan sebagai respon dalam menghadapi emosi seperti kebosanan, kesedihan, stres, dan kemarahan. Sekitar 30% dari orang yang mencari perawatan terkait masalah berat badan, memiliki Binge Eating Disorder (BED).

Kebanyakan dari orang yang mengalami kegemukan juga memiliki gangguan psikologi melebihi orang dengan berat normal.

Selain masalah psikologi, terdapat korelasi antara masalah sosial dan obesitas. Tidak adanya dana yang mencukupi untuk membeli makanan sehat serta tidak adanya ruang terbuka yang cukup untuk melakukan olahraga juga dapat meningkatkan risiko terjadinya obesitas.

Berat badan seseorang pada saat ia kecil dan remaja juga dapat memengaruhi obesitas yang terjadi pada seseorang pada saat ia beranjak dewasa. Untuk itu, mencegah terjadinya kegemukan atau obesitas pada anak kecil merupakan langkah awal dalam gerakan melawan obesitas. Karena inilah banyak negara yang menempatkan concern mereka pada pencegahan obesitas pada anak kecil daripada penanganan obesitas yang terjadi pada orang dewasa.

Selain faktor-faktor di atas, perempuan juga memiliki kecenderungan untuk mengalami kenaikan berat badan pada saat kehamilan, menopause dan saat menggunakan kontrasepsi oral (konsumsi pil kb). Namun, dengan ketersediaan pil dengan kadar estrogen rendah, kenaikan berat badan dikarenakan alat kontrasepsi oral belum mencapai taraf yang membahayakan.

Resiko Yang Dapat Timbul Akibat Obesitas

obesitas
Kegemukan dan obesitas menimbulkan resiko yang jika tidak ditangani dengan segera dapat berakibat fatal

Masalah kegemukan atau obesitas sendiri dapat berdampak pada banyak hal dalam kehidupan seseorang. Mulai dari turunnya rasa percaya diri akibat merasa tidak cocok dengan standar keelokan yang tertanam pada masyarakat luas, hingga resiko kesehatan.

Seseorang yang mengalami kegemukan atau obesitas memiliki resiko yang lebih besar terhadap penyakit mematikan hingga komplikasi. Di Amerika Serikat, 300.000 kematian yang terjadi per tahunnya terkait dengan kasus obesitas dan kebanyakan dari mereka merupakan orang dengan BMI di atas 30.

Masalah obesitas menjadi concern di beberapa negara karena memiliki dampak yang lumayan besar bagi negara. Jika seseorang mengalami obesitas, maka produktivitasnya akan berkurang. Selain itu, negara juga memiliki tanggung jawab untuk merawat masyarakat yang mengalami obesitas tersebut.

Biaya yang dikeluarkan untuk operasi sedot lemak bagi masyarakat yang obesitas tidaklah sedikit. Pemerintah harus terus berupaya untuk melakukan cara-cara yang diharapkan dapat mencegah kegemukan bagi masyarkatnya sebelum benar-benar membahayakan.

Beberapa negara seperti China dan Finlandia bahkan membuat program khusus untuk mengurangi kegemukan pada anak-anak. Indonesia, melalui Kementerian Kesehatan juga telah meluncurkan program GENTAS (Gerakan Melawan Obesitas) yang fokus terhadap pencegahan dan pengendalian obesitas.

Beberapa penyakit yang dapat timbul akibat kegemukan dan obesitas diantaranya:

1. Resistensi Insulin

Selain menjadi penyebab munculnya kegemukan, resistensi insulin juga dapat menjadi resiko akibat obesitas. Insulin merupakan hormon penting yang berguna untuk mengangkut gula darah ke sel otot dan lemak, yang mana berguna untuk menghasilkan energi. Dengan mengangkut glukosa (gula darah) ke sel tubuh, insulin membuat level gula darah berada di taraf normal.

Resistensi terhadap insulin mengurangi keefektifitasan hormon insulin dalam mengangkut glukosa kepada sel tubuh. Sel lemak lebih memiliki resistensi terhadap insulin jika dibanding dengan sel otot, karenanya jika mengalami kondisi resistensi insulin akan lebih mudah mengalami obesitas.

2. Diabetes Melitus Tipe 2

Resiko terjadinya Diabetes melitus tipe 2 semakin meningkat seiring dengan lamanya seseorang mengalami obesitas. Diabetes tipe ini juga sering diasosiasikan dengan central obesity. Seseorang dengan kondisi central obesity memiliki lemak berlebih pada pinggangnya (apple-shaped figure).

3. Kanker

Obesitas merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya beberapa jenis kanker, seperti kanker kolon, kanker rektum dan prostat pada pria, kanker kantung empedu dan kanker uterus pada perempuan. Obesitas juga diasosiasikan dengan kanker payudara, khususnya pada perempuan yang telah mengalami menopause.

Jaringan lemak merupakan salah satu faktor penting dalam memproduksi hormon estrogen. Dan jika terdapat hormon estrogen yang terlalu tinggi di dalam tubuh, resiko mengalami kanker payudara akan meningkat.

4. Penyakit Jantung

Sebuah studi menunjukkan bahwa resiko terjadinya penyakit pada pembuluh darah arteri koroner meningkat 3 hingga 4x pada perempuan dengan BMI yang lebih dari 29.

Sebuah studi di Finlandia juga menunjukan bahwa setiap tubuh mengalami kenaikan berat sebesar 1kg, resiko kematian akibat penyakit jantung akan meningkat sebesar 1%. Pada orang-orang yang sebelumnya pernah mengalami serangan jantung, obesitas akan meningkatkan resiko terjadinya serangan jantung selanjutnya.

5. Stroke

Kegemukan atau obesitas, meningkatkan resiko seseorang untuk mengalami stroke. Karena lemak yang berlebih di dalam tubuh, inflamasi akan cenderung untuk terjadi, yang mana akan menyebabkan aliran darah berkurang dan berpotensi terjadi penyumbatan. Kedua hal tersebut merupakan dua penyebab utama terjadinya stroke.

6. Kolesterol Tinggi

Obesitas meningkatkan resiko seseorang untuk memiliki kadar kolesterol yang tinggi. Triglycerides dan LDL, atau yang biasa disebut dengan kolesterol jahat, cenderung akan lebih tinggi pada orang yang obesitas. Sedangkan HDL, atau kolesterol baik, cenderung akan menjadi rendah. Inilah yang dapat menyebabkan munculnya penyakit kronis lain.

7. Sleep Apnea

Apnea tidur atau sleep apnea adalah kondisi di mana seseorang berhenti bernapas selama beberapa kali saat ia tidur. Hal ini berdampak pada rendahnya kualitas tidur seseorang.

Kelainan ini biasanya jarang terdeteksi oleh orang yang mengalaminya, tetapi orang-orang dengan tekanan darah tinggi akan menunjukan tanda-tanda memiliki kelainan ini.

8. Arthritis

Berat badan berlebih juga dapat berdampak pada Arthritis. Seiring dengan bertambahnya berat badan seseorang, maka tekanan dan beban yang harus ditopang oleh persendian juga akan semakin meningkat. Seiring waktu, persendian tersebut akan rusak dan mengakibatkan beberapa jenis penyakit Arthritis, seperti Osteoarthritis, Rheumatoid arthritis, Psoriasis arthritis, dan asam urat (Gout).

Orang yang mengalami obesitas juga memiliki 60% resiko lebih rentan mengalami arthritis dibandingkan mereka dengan berat badan normal. Sebuah studi menunjukan bahwa orang yang menjalani operasi penggantian lutut dan pinggang dengan rentang usia 18 hingga 50 tahun, 72% diantaranya merupakan orang dengan obesitas.

9. Hipertensi

Tekanan darah tinggi (Hipertensi) merupakan penyakit yang biasa terjadi pada orang dewasa yang mengalami obesitas. Sebuah studi yang dilakukan di Norwegia menunjukkan bahwa kenaikan berat badan cenderung lebih meningkatkan tekanan darah pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki.

Cara-cara Yang Dapat Dilakukan Untuk Mengurangi Obesitas

fitness
Terdapat banyak cara yang dapat diusahakan oleh orang dengan obesitas untuk menurunkan berat badannya

Dengan banyaknya resiko yang menghantui orang yang kegemukan dan obesitas, perlu dilakukan usaha yang dapat menurunkan berat badan atau setidaknya menghentikan kenaikan berat badan.

Terdapat banyak usaha yang dapat dilakukan, namun semuanya membutuhkan waktu yang tidak sebentar, misalnya:

1. Atur Pola Hidup Sehat

Kunci untuk mengurangi kegemukan dan obesitas tentunya adalah menurunkan berat badan. Hal ini membutuhkan komitmen dan kemauan yang kuat, karena yang pertama harus diubah adalah pola hidup.

Memulainya mungkin mudah, namun menjaga konsistensi pola hidup sehat merupakan hal yang sulit.

Kamu harus dapat mengatur asupan gizi yang masuk agar sesuai dengan BMI normal serta melakukan olahraga secara teratur.

Pada anak kecil, cara yang dapat digunakan untuk mencegah terjadinya obesitas adalah memperkenalkan pola hidup sehat sedari dini. Hal ini agar anak terbiasa menjalankan hidup sehat dan melihat hal tersebut seperti rutinitas normal yang dijalankan sehari-hari.

2. Regulasi Pemerintah

Pemerintah di banyak negara dunia sadar akan resiko yang ditimbulkan pada masyarakat yang mengalami obesitas. Untuk itu, mereka mengeluarkan inisiatif, kebijakan maupun program tersendiri untuk menekan angka obesitas.

Di indonesia sendiri, pemerintah telah memperkenalkan GERMAS (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat) dan GENTAS (Gerakan Tekan Obesitas) yang diinisiasi oleh Kementerian Kesehatan.

3. Operasi Jika Dibutuhkan

Pada beberapa kasus obesitas parah, dimana seseorang tidak lagi dapat beraktivitas dan bergerak, maka diperlukan intervensi medis dalam bentuk operasi. Terdapat dua macam operasi yang dikenal dapat membantu menurunkan berat badan, yaitu operasi sedot lemak (liposuction) dan operasi pengecilan lambung (bariatric).

Yang perlu digaris bawahi adalah kedua operasi tersebut memiliki resiko tersendiri. Jalan ini merupakan pilihan terakhir bagi mereka yang sudah masuk taraf obesitas morbid. Jadi bagi kamu yang ingin menurunkan berat badan, lebih baik konsultasikan pada ahlinya terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk mengambil langkah medis.

Kegemukan dan obesitas menjadi momok tersendiri bagi sebagian masyarakat. Namun, jangan biarkan hal tersebut membuatmu berkecil hati dan merasa sedih. Tanamkan mindset body positivity dalam kepalamu dan tetap lakukan usaha-usaha yang dibutuhkan untuk tetap sehat dan percaya diri, ya!

Apakah tulisan di atas memberikan informasi yang berguna untukmu? Tinggalkan pertanyaan dan pesanmu di kolom komentar, serta jangan lupa untuk membagikan tulisan ini ke teman-temanmu, ya!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *